Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pergilah Puan Tanah ini telah Bertuan (Script Version)
Suka
Favorit
Bagikan
1. Scene 1 - 6

1.     EXT. KOTA JAKARTA – MALAM

Close up ke tugu pancoran, kemudian long shot ke seluruh pemandangan kota Jakarta. Terlihat dari atas pemandangan lalu-lalang mobil dan lampu-lampu yang berkelip. Suasana kota cukup sepi, karena sudah tengah malam.

BINAR (22 tahun): (VO)

Aku mengenalnya lima tahun lalu. Seorang wanita yang selalu kudapati terbangun di sepertiga malamnya dengan wajah segar dan basah. Wanita ceria yang penuh rahasia. Setidaknya, aku mengetahui itu dari buku harian bersampul coklat tua usang dan begitu kuno yang tak lama kuketahui merupakan hadiah dari mendiang ibunya. Di buku itu semua yang tak ia ceritakan padaku tertuang, tentang bagaimana ia yang bisa begitu indah mengabadikan sesuatu ke dalam aksara sederhana. Melalui tulisannya, aku menjadi tahu bila diam-diam ia sedang mengagumi sesuatu, sesosok, atau apapun yang ia sebut 'Langit'.

CUT TO:

2.     INT. DI SEBUAH APARTEMEN LANTAI 8 DI JAKARTA – MALAM

Close up ke sebuah foto di atas nakas yang diterangi table lamp dengan cahaya temaram, di dalam foto tampak dua gadis (satu memakai jilbab tersenyum anggun, satunya lagi diikat kucir kuda tertawa ceria) dan satu laki-laki didepan seperti selfie, ketiganya seumuran. Long shot suasana kamar yang tidak terlalu terang, dominan putih, dan sepi. Move to jendela apartemen, disana ada seorang gadis dengan rambut sebahu berdiri di balkon menghadap pemandangan kota sambil memegang cangkir kopi dan ponsel.

BINAR: (CONTINUED VO)

Kirana Wirastri, bila seorang lelaki telah bertemu dengannya satu kali, aku yakin malamnya ia akan menggumamkan nama itu sebelum tidur sembari tersenyum. Satu-satunya lelaki yang tak terpengaruh akan hal itu adalah Naj, tapi ... aku salah.

Binar melihat sebuah video bayi lucu di layar ponselnya, sedikit tersenyum. Rambutnya sedikit berkibar terkena angin malam. Ia kemudian mengetik pesan “Selamat atas kelahiran putra pertamamu” lalu dikirim kepada kontak bernama Kirana. Binar menurunkan ponsel, menyeruput cangkir kopi yang sedari tadi dipegang dan kembali menatap pemandangan kota.

SOUND EFFECT: Bunyi pesan masuk

Binar kembali membuka pesan dari Kirana bertuliskan “Makasih, Bi. Coba kamu juga di sini, pasti aku seneng banget” yang dibalas Binar dengan “Kamu sekarang tinggal di mana?” Kirana kembali membalas “Aku dan Naj sekarang di Finlandia, Bi.” Binar perlahan menurunkan ponselnya dan mengalihkan pandangan ke langit, berusaha menarik bibir untuk tersenyum sambil menahan air mata.

BINAR: (CONTINUED VO)

Najandra dengan dunianya adalah aku. Tak ayal bila ia hilang, maka aku pun kehilangan aku. Dongengku masih saja tentangnya. Pangeran yang kudamba datang dengan pegasus putihnya. Ia adalah konstelasi yang kujadikan navigasi, namun ternyata justru membuatku hilang dan tersesat dalam pekat rasa yang bahkan sekarang tak terdengar indah untuk diceritakan. Rasa yang membuat dongengku berantakan. Aku tahu aku keliru, tapi rindu tak bisa disalahkan hanya karena rasa yang kian waktu tak bisa layu.

FADE OUT

MAIN TITLE

3.     EXT. LAPANGAN OLAHRAGA SALAH SATU SMA DI BANDUNG – SIANG (FLASHBACK 5 TAHUN LALU)

Establishing shot gedung sekolah lalu move ke lapangan. Seluruh siswa berkumpul di pinggir lapangan, menonton pertandingan futsal. Semua meneriaki nama Najandra dan bersorak saat bola tendangan Naj berhasil masuk ke gawang. Close up ke Binar (17 tahun) dan Wulan (sahabat Binar) yang bersorak karena Naj mencetak gol.

INSERT: Kirana yang sedang tenang menulis di ruang jurnalistik dan tak peduli dengan pertandingan futsal di luar ruangan.

CUT BACK TO: Suara sorak semua siswa kembali terdengar, tim sekolah mereka kembali mencetak gol. Pertandingan futsal selesai, karena jeda isoma. Siswa mulai meninggalkan lapangan namun masih dengan euforia senang karena tim futsal sekolah masuk ke babak final.

CUT TO:

4.     INT. RUANG KELAS BINAR – SIANG

Binar memakai sweater abu-abu dan menggendong tasnya, lalu Wulan masuk ke dalam kelas.

WULAN:

Loh, mau kemana Bi?

BINAR:

Pulanglah!

WULAN:

Heh, kebiasaan. Belum waktunya pulang kali! Mau nyari masalah sama guru BK?

BINAR:

Bye, Lan! (Tersenyum mencubit pipi Wulan dan keluar kelas sambil melambaikan tangan ceria).

WULAN:

(Berteriak)

Bi! Gila tuh anak!

CUT TO:

5.     EXT. LINGKUNGAN SEKOLAH – SIANG

Binar mengendap-endap, menengok kanan dan kiri, waspada kalau ada guru BK yang berkeliling. Saat ada seorang guru lewat, Binar dengan cepat langsung bersembunyi dibalik tembok. Setelah gurunya lewat, Binar kembali mengendap-endap dan ketika tiba di lorong ia tak sengaja menabrak orang sampai jatuh ke lantai.

BINAR:

Aduh! (Meringis kesakitan)

IRGI:

Eh, sorry sorry. Lo gapapa Bi?

BINAR:

(Mendongak ke depan, melihat Irgi dengan seragam basket yang sudah berjongkok di depannya dengan heran)

Bi?! Kok tahu namaku?

IRGI:

Kenapa? Emang lo nggak kenal gue?

BINAR:

Kenal.

(Cuek, sambil berusaha bangkit tanpa menyambut uluran tangan Irgi).

IRGI:

Siapa?

BINAR:

Irgi.

IRGI:

(Tersenyum tipis)

Kenapa lo heran gue tau nama lo? Kita satu angkatan, cuma beda kelas.

BINAR:

(Mendengus, sinis)

Tahu kok!

IRGI:

Lo mau kemana? Balik?

BINAR:

Bukan urusan kamu.

Binar meninggalkan Irgi begitu saja. Sampai di gerbang sekolah, pak satpam ternyata tidur. Diam-diam Binar mengambil kunci dan membuka gerbang lalu keluar.

BINAR:

Makasih pak! (Teriak keras sampai Pak Satpam bangun, dan langsung kabur).

PAK SATPAM:

(Gelagapan, mengejar Binar tapi sudah terlalu jauh)

Neng, belum bel pulang atuh! Aduh, kumaha ini teh?! Neng!! (Logat sunda).

CUT TO:

6.     EXT. PERKEBUNAN TEH – SIANG HAMPIR SORE

Long shot pemandangan hijau perkebunan teh, move to sebuah pohon akasia yang dibawahnya diduduki Binar. Big close up gerakan tangan Binar memasang earphone ke telinga. Binar melihat dari kejauhan sebuah motor vespa merah tua menuju ke arahnya, ia pura-pura tidur. Vespa sampai di tempat Binar, Naj turun dari vespa dan langsung mencabut earphone yang terpasang di telinga Binar.

BINAR:

(Sontak membuka mata)

Naj! Sini balikin, nggak?!

NAJANDRA:

Kamu bolos lagi, Bi?

BINAR:

Enggak, cuma mau nyari udara segar aja. Bosen di sekolah.

NAJANDRA:

(Mendengus)

Pulang sebelum waktunya itu bolos namanya.

Kapan berubah sih?

BINAR:

Iya deh, iya! Besok nggak bolos lagi.

NAJANDRA:

(Membuka tasnya, mengeluarkan beberapa buku lalu diberikan ke Binar)

Kebiasaan juga ninggalin buku di laci meja kelas!

BINAR:

(Menyengir)

Hehe, makasih Naj!

Najandra duduk di bawah pohon akasia, bertolak belakang dengan Binar. Ia mengeluarkan Al-Qur’an hijau tua usang dan mulai menghafal dengan suara lirih. Binar yang melihat Naj sibuk hafalan langsung mengambil earphone-nya dan memasang kembali ke telinga, tapi kali ini tidak ada musik yang ia dengar. Binar diam sejenak.

BINAR:

Udah berapa halaman kamu hafalannya?

NAJANDRA:

Baru setengahnya. Aku harus cepet-cepet menyelesaikan hafalanku kalau mau ketemu ayah, Bi.

BINAR:

Tapi, lulus SMA masih satu tahun lagi, Naj.

NAJANDRA:

Satu tahun waktu yang singkat buatku.

Suasana menjadi hening, Binar menoleh ke arah Naj yang masih fokus menghafal. Ia menghela napas panjang lalu menyandarkan punggung ke pohon akasia.

BINAR: (VO)

Naj begitu merindukan sosok ayah di hidupnya, aku tahu itu. Tekadnya yang kuat dan tak goyah, membuat aku harus mulai bersiap-siap kehilangan jika nanti Naj benar-benar meninggalkan panti. Berkelana, mencari ayahnya yang entah di mana keberadaannya. Najandra adalah karya istimewa dari Semesta, kado terindah yang diberikan-Nya untukku. Lelaki pecinta astronomi, mitologi Etruska dan Yunani, peradaban Romawi, kisah para nabi, hingga dongeng delapan puluh delapan konstelasi. Tiga tahun yang lalu Naj hadir di hidupku saat semua sedang kacau, dan layaknya canopus Naj hadir menjadi penunjuk arah baru setelah lama kapalku terombang-ambing di tengah lautan bersama badai.

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Cantik pasti😇
4 tahun 5 bulan lalu