Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. — MUSHOLA AT TAQWA - MALAM
Suara jamaah berdzikir secara serempak terdengar menggema. Sandi berdzikir dengan penuh hikmat hingga menggoyang-goyangkan tubuhnya.
Seorang warga berbisik pada seorang warga lainnya,
Keduanya pun tertawa, kamera kini menuju Ustadz Amin, Ustadz Amin mendengar, membuka matanya mencari sumber suara dan mendapati dua orang warga sedang memperhatikan Sandi sambil menertawakannya.
Ustadz Amin beristighfar dalam hati, ia memperhatikan Sandi sejenak, dan kembali berdzikir.
Kamera kini fokus secara medium long shot pada Sandi, Ustadz Amin serta dua warga yang mengghibah Sandi.
Kegiatan dari masing-masing mereka adalah.
Sandi:
Berdzikir dengan sangat kyusuk sambil sampai-sampai menggoyang-goyangkan seluruh tubuh.
Suara dzikir yang keluar dari tenggorakannya keras dan mantap.
Ustadz Amin:
Berdzikir dengan kyusuk.
Telinganya mendengar beberapa warga membicarakan Sandi.
Sesekali dalam hati beristighfar.
Warga Di Mushola 1:
Berdzikir sambil sesekali mencuri pandang pada Sandi.
Warga Di Mushola 2:
Berdzikir sambil sesekali melihat teman di sebelahnya yang berdzikir sambil sesekali memperhatikan Sandi.
Sesekali memperhatikan Sandi dan hampir tidak bisa menahan tawa.
EXT — HALAMAN MUSHOLA AT TAQWA - MALAM
Sandi hendak memakai sendal, dia nampak kesulitan beberapa detik untuk mengepaskan kaki dengan sandal, beberapa detik kemudian dia berhasil.
Tiba-tiba Ustadz Amin memberi salam dan Sandi pun menjawabnya.
Sandi mencium tangan Ustadz Amin.
Sandi tersenyum mengangguk dan menjawab.
Sandi agak kagok, ia menjawab:
Ustadz Amin menepuk pundak Sandi.
Sambil bercanda dia berkata,
Sandi nampak lega kemudian mengangguk-angguk.
Ustadz Amin berlalu pergi.
INT — RUMAH SANDI - RUANG TENGAH - MALAM
Sandi masuk ke dalam rumah, Slamet dan Rasmiati sedang menonton televisi.
Slamet dan Rasmiati melongok, mereka membalas salam dari Sandi
Sandi meletakkan empat dus berkat di meja ruang tamu.
SANDI
Kiye pak, Bu.
Berkate.
SLAMET
Alhamdulillah
RASMIATI
Alhamdulillah banget.
Slamet mendekat dan mulai membuka berkatnya.
SLAMET
Sayang banget bapak ra teyeng melu gegara sikile lagi lara.
Angger ora dewek olih 8 dus kiye.
RASMIATI
Aja keserakahen, pak.
Kiye papat dus be wis akeh banget.
SLAMET
Ora.
Maksud bapak angger wolu kan olih loro loro.
Tiba-tiba muncul Siregar (29 tahun) berperawakan tinggi dan gemuk, ia muncul di depan pintu, kemudian berucap dengan logat batak khas.
Terdengar suara Sandi dari dalam kamarnya.
SANDI
Bentar, Kak Siregar.
Aku lagi ganti baju.
SIREGAR
Oke.
Dengan logat batak khas kemudian Siregar mencoba mengobrol dengan Rasmiati dan Slamet.
Maaf ini, acaranya malam sekali.
SLAMET
Gak papa, Regar.
Baru juga jam 9.
Rasmiati kemudian bertanya.
Sandi muncul dari kamarnya, ia sudah berganti pakaian.
Slamet menyalakan rokok sedangkan Rasmiati melangkah menyalakan televisi.
Sambil menyalakan televisi Rasmiati berkata,
Slamet menghisap rokoknya dalam-dalam, sedangkan Rasmiati mulai menonton televisi setelah terdengar dari televisi bahwa acara kuis akan segera dimulai.
Mata sayu Rasmiati memperhatikan acara kuis di televisi, hanya matanya yang kita lihat, setiap mata Rasmiati berkedip, kuis sudah berganti peserta, Rasmiati berkedip setiap dua puluh detik sekali, kamera terus syut pada mata Rasmiati.
Yang kita dengar dari Sang Pembawa Acara di Televisi ialah:
Kedipan 20 detik pertama Rasmiati:
Kedipan 20 detik kedua Rasmiati:
Kedipan 20 detik ketiga Rasmiati:
Penonton bersorak, pupil mata Rasmiati membesar, sorak penonton makin ramai,
Scoring tegang dari acara kuis semakin keras dan keras, dan...
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dengan panik.
Ujang dengan logat sundanya yang kental berkata:
Terdengar Slamet beristighfar dengan suara memekik.
Kamera masih fokus ke televisi beberapa detik diiringi nafas Rasmiati yang tak beraturan, kemudian semakin kencang dan kencang, suara deru nafas Rasmiati pun beradu dengan acara kuis di televisi dan kini lebih kencang dari yang ada di televisi, kemudian kita melihat seperti layaknya orang yang menjatuhkan kamera dari tangannya.
Suara orang jatuh terdengar, kemudian layar menjadi gelap, terdengar pula Ujang dan Slamet panik serta langkah kaki mereka yang mendekat.
INT. RUMAH SANDI - KAMAR SLAMET & RASMIATI - MALAM
Toha masuk ke dalam kamar dengan baik:
Rasmiati membalas dengan nada lemah, tubuhnya pun lemas, ia berbaring, tubuhnya sedang dipijati Slamet.
Rasmiati sedang berdzikir.
Rasmiati menghentikan dzikirnya dan menjawab Toha:
Toha mengeluh.
Rasmiati melanjutkan Dzikirnya.
Toha mengeluarkan handphone dari saku, ia mulai menelepon, terdengar suara dari balik telepon bahwa Bu Angel sedang tidak aktif.
Slamet sambil tetap memijati Rasmiati menanggapi sikap Toha:
Rasmiati berhenti berdzikir dan ikut dalam obrolan.
Slamet panik. Ia berkata:
Slamet mengangguk.
SLAMET
Iya, Ha.
Toha berlalu pergi.
Slamet terus memijat tubuh Rasmiati, sedangkan Rasmiati lanjut berdzikir.
Slamet saat memijat terlihat murung, sedangkan saat berdzikir Rasmiati nampak menahan Isak tangis.
Slamet dan Rasmiati matanya memerah.
INT. RUMAH USTADZ AMIN - RUANG TAMU - MALAM
Sandi sesenggukan, ia menangis sambil menjelaskan kenapa ia bunuh diri.
Di ruang tengah rumah Ustadz Amin juga ada Fikri, Pak Wawan,Ujang, 26 tahun Bertubuh tinggi sangat kurus, Bayu, 25 tahun, gemuk, mata kanannya lebih besar daripada mata kiri, Fikri, 26 tahun, tubuh proporsional, berkulit gelap, sedikit tampan, Alex, 19 tahun, tampan, putih dan bertubuh proporsional, juga Pak Ruswanto, Siregar, dan beberapa warga lainnya.
Di ruang tersebut juga sudah ada Toha yang sejak tadi memperhatikan.
Toha memotong.
Ustadz Amin mencoba menenangkan Toha.
Kemudian semua mengamini, termasuk Sandi yang kata Aminnya tidak ia suarakan, hanya gerak bibir saja.
Tiba-tiba Fikri memotong.
Ustadz Amin menjawab Fikri dengan nada tegas.
USTADZ AMIN
Fikri terkejut, ia meminta maaf kemudian menunduk.
Orang-orang disitupun mulai memarahi Fikri.
Semuanya memarahi dalam waktu bersamaan.
Kecuali Toha dan Alex yang dari gesturnya beristighfar.
BAYU
Piwe sih kowe.
Wong sepuh lagi ngomong koh dipotong.
UJANG
Jangan nyela orang tua, Kri.
Pamali.
WAWAN
Belajar sopan santun, Kri.
Kamu kan normal.
RUSWANTO
Sekolah tinggi-tinggi motong begitu.
Ustadz Amin berusaha menenangkan suasana.
Ustadz Amin agak meninggikan nada.
Semua kecuali Fikri pun menjawab dengan kompak secara bersamaan.
Lalu secara bersamaan berkata:
Ketika semua kecuali Siregar dan Fikri berkata inshaallah, secara bersamaan Siregar berkata:
Sedangkan Fikri tertunduk. Ia nampak malu, sedih, sekaligus kesal.
EXT. JALAN MERPATI PUTIH - GANG 3 - DEPAN RUMAH FIKRI - MALAM
Fikri tanpa turun dari motor membuka pintu rumah, kemudian dengan motornya masuk ke dalam rumahnya.
Ia memarkirkan motor di dalam rumahnya.
Fikri kemudian menutup pintu rumahnya
Semua adegan tersebut dishoot dari luar rumah.
Sejak tadi nampak raut wajah Fikri amat emosi.
INT. — RUMAH FIKRI - RUANG TAMU - MALAM
Kamera beralih shoot dari dalam rumah Fikri.
Fikri mengeluarkan handphonenya.
Dengan nada kesal Fikri berkata:
FIKRI
Fikri memainkan handphone nya, kita melihat ia memainkan handphonenya sekitar 3 menitan, kemudian Fikri berkata:
FIKRI
Yes, wis terupload.
INT. — RUMAH USTADZ AMIN - RUANG TAMU - SORE
Sebuah video rekaman dimana Sandi mencoba bunuh diri sedang ditonton Ustadz Amin, kita hanya melihat tangan ustadz tersebut.
Kemudian kamera mengzoom-out shoot nya, dan kita bisa melihat keseluruhan tubuh Ustadz Amin.
Ia berucap:
USTADZ AMIN
Kemudian kita melihat Alex yang nampak kesal keluar dari kamarnya, tangannya membawa handphone, suara video percobaan bunuh diri Sandi nampak terdengar jelas di handphonenya.
Ustadz Amin mencegah langkah Alex dengan pertanyaannya.
Alex diam sesaat kemudian berkata:
Ustadz Amin diam sesaat.
Ia kemudian berkata:
Alex mendekati Ustadz Amin, sambil Alex mendekat, kita dapat mendengar Alex berkata:
Alex mencium tangan Ustadz Amin.
Kemudian mengucapkan salam.
Alex kemudian berlalu pergi, Ustadz Amin kembali memperhatikan handphonenya, ia nampak menekan tombol play, suara video percobaan bunuh diri Sandi yang ketahuan dan dicegah nampak terdengar.
Ustadz Amin pun beristighfar.
Ustadz Amin menggeleng-gelengkan kepalanya.
USTADZ AMIN