Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Mitsaq
Suka
Favorit
Bagikan
7. Tujuh : Lupakan

 

Darian

Mars, apa tadi kamu bertemu Ki, dan bertengkar dengannya?

 

Jari-jari Marsden membeku di atas laptop.

Marsden memalingkan wajah pada Darian. Memperlihatkan rasa sebal dan marah yang dia rasakan pada Darian, yang tersenyum senyum lebar.

 

Darian

Woooo.

(Mengangkat kedua tangan)

Jangan menatapku seperti itu, Mars. Tatapanmu itu bisa menghantui mimpi-mimpiku. Pertanyaanku tadi, bukan untuk menyindir atau membuatmu marah. Aku hanya ingin mencari tahu apa, siapa, yang menyebabkan mood jelekmu. Sekarang, boleh aku menurunkan kedua tanganku?

 

Marsden menganggukkan kepala.

 

Darian

Terima kasih.

(Menurunkan kedua tangannya)

 

Darian menatap Marsden, yang kembali menatap layar laptop dengan serius.

 

Darian

Mars?

 

Marsden

Hem.

 

Darian

Apa ini saat yang tepat untuk bertanya, atau aku harus menahan diri?

 

Marsden

(Menghela napas panjang. Lalu menatap Darian)

Kamu bisa menahan diri?

 

Darian

Emm, mungkin bisa, untuk beberapa menit.

 

Sambil menghela napas panjang, Marsden menempelkan telapak tangan kanan di dahi. Marsden memejamkan mata, menarik satu napas panjang lain, kemudian menghelanya dengan perlahan. Mengulanginya dua kali lagi.

Masih dengan tangan kanan di dahi, Marsden menatap Darian.

 

Marsden

Apa yang ingin kamu tahu?

 

Darian

Kamu tidak perlu menjawab pertanyaanku kalau kamu tidak ingin.

 

Marsden

(Mengangguk-anggukkan kepala)

Katakan saja, apa yang ingin kamu tahu.

 

Darian

Kenapa kamu bertengkar dengan Ki?

 

Marsden

Kami tidak bertengkar. Kami hanya sepakat untuk….

(Diam sejenak)

Saling menjauh dan tidak lagi mencampuri kehidupan kami satu sama lain.

 

Darian melihat kegalauan di wajah Marsden.

 

Darian

Kalau kamu menginginkan sebaliknya, Mars, datangi Ki. Bujuk dia. Lakukan apapun sampai kamu menjadi bagian terpenting di hidupnya. Hingga Ki tidak bisa lagi hidup tanpamu.

(Tersenyum)

Dengan senang hati aku akan membantumu.

 

Marsden

(Menggeleng)

Tidak.

 

Darian

Kamu tidak mau aku membantumu?

(Menghempaskan punggung ke sandaran kursi kerja)

Oke. Baiklah. Aku mengerti. Tidak masalah.

(Memasang tampang sedih, kecewa)

 

Marsden

Bukan itu, Ian.

(Menatap mata Darian)

Aku rasa, menjauh dari Ki adalah keputusan yang tepat, terbaik.

 

Darian

(Mengernyit)

Untuk siapa?

 

Marsden

Kami berdua. Keluarga kami. Orang-orang terdekat kami.

 

Darian

Serumit itukah?

 

Marsden

(Mengangguk)

Ya. Tapi maaf, Ian, aku tidak bisa menjelaskan lebih banyak lagi.

 

Darian

Hah. Ini menyebalkan, sekaligus membuat penasaran.

 

Marsden

Buang rasa penasaranmu, Ian. Lupakan masalah antara Ki dan aku.

(Berdiri)

Aku akan membuat kopi. Kamu mau?

 

Darian

(Menunjuk mug kopi di mejanya)

Aku sudah mendapatkan kopi pagiku.

 

Marsden mengangguk, kemudian meninggalkan ruangan.

Darian sibuk memikirkan alasan Marsden bersikeras melupakan Ki.

 

Marsden baru saja melewati pintu saat Darian melontarkan pertanyaan mengejutkan.

 

Darian

Apa Ki sudah menikah? Itu sebabnya kalian memutuskan untuk saling menjauh satu sama lain. Begitukah?

 

Marsden

(Menatap Darian dengan sebal)

Ian, aku tidak segila atau sebodoh itu hingga menjalin hubungan dengan istri orang.

 

Darian

(Mengangkat kedua tangan)

Maaf. Maaf. Aku hanya mencari tahu.

 

Marsden menggelengkan kepala, lalu berjalan menuju mejanya.

Marsden baru saja duduk saat mendapatkan pertanyaan lain dari Darian.

 

Darian

Ki, sudah bertunangan dan hampir menikah?

 

Marsden

Tidak.

 

Darian

Ki terlalu muda untukmu?

 

Marsden

Tidak.

 

Darian

Terlalu tua?

 

Marsden

(Menatap Darian dengan jengkel)

Tidak.

 

Darian

Ki putri tunggal seorang konglomerat, karena itu keluarganya tidak merestui hubungan kalian?

 

Marsden

(Semakin sebal)

Keluarga Ki biasa saja.

 

Darian

Lalu, apa yang membuatmu berusaha melupakan Ki?

 

Marsden membisu.

 

Darian

(Menatap Marsden dengan serius)

Sebenarnya, aku tidak ingin menanyakan ini. Tapi….

(Diam sejenak)

Mars, kamu pernah menyakiti Ki?

 

Marsden

(Mengangguk)

Juga keluarganya.

 

Darian

Keluarga Ki?

 

Marsden

(Mengangguk)

Aku menyakiti mereka dengan sangat dalam.

 

Darian

Temui mereka. Minta maaflah pada mereka. Lalu, lakukan sesuatu untuk memperbaiki kerusakan yang sudah kamu lakukan.

 

Marsden

Konsekuensinya terlalu besar kalau aku melakukan itu. aku harus siap untuk kehilangan banyak hal. Reputasi, karir….

(Menatap mata Darian)

Orang-orang yang teramat penting bagiku. Hidup mereka akan porak-poranda, bersama dengan hancurnya hidupku. Aku tidak berani menanggung konsekuensi sebesar itu, Ian.

(Menggeleng)

Karena itu, yang terbaik adalah melupakan Ki.

 

Sorot mata Marsden, ekspresi wajah Marsden, memunculkan perasaan tidak enak, gelisah, was-was, pada Darian.

 

Marsden

Sudah. Lupakan saja pembicaraan ini. Lebih baik kita bekerja saja.

 

Marsden menyalakan laptop. Kemudian menyibukkan diri dengan pekerjaan.

Darian melakukan hal yang sama, menyibukkan diri dengan pekerjaan, ditemani firasat tidak enak dan rasa penasaran.

CUT

 

17.     Halaman Kantor Marsden – Mobil Marsden – Siang

 

Percakapan Kila dengan penambal ban tadi pagi, terus mengusik Marsden. Hingga Marsden menyerah dan memutuskan mencari tahu, tentang Kila.

Berdiri di halaman kantor, Marsden menelepon kantor Kila. Mencari tahu, Kila masih bekerja disana, atau tidak.

 

(Liana) Resepsionis

Bintang Terang Sekuritas. Selamat siang.

 

Marsden

Selamat siang. Bisa saya berbicara dengan Kila?

 

(Liana) Resepsionis

Maaf, saat ini, Kila sedang tidak ada di kantor.

 

Marsden

Oh. Baiklah

 

(Liana) Resepsionis

Boleh tahu keperluan bapak apa? Saya akan menyambungkan bapak dengan orang yang bisa membantu bapak.

 

Marsden

Tidak. Terima kasih. Saya menelepon untuk keperluan pribadi.

 

(Liana) Resepsionis

Kalau bapak mempunyai pesan untuk Kila, saya bisa menyampaikannya.

 

Marsden.

Tidak. Tidak ada pesan.

 

(Liana) Resepsionis

Emm, maaf, saya berbicara dengan bapak siapa? Dengan begitu saya bisa memberitahu Kila kalau bapak menelepon dan Kila bisa menelepon bapak kembali.

 

Marsden

Saya akan menelepon kembali nanti sore. Terima kasih.

(Mengakhiri telepon)

CUT

 

18.     Bintang Terang Sekuritas – Meja Resepsionis – Siang

 

Liana (Resepsionis)

(Menatap sejenak telepon di tangan kirinya, lalu mengembalikan telepon di tempatnya)

Laki-laki yang aneh. Tidak mau memberi tahu namanya. Padahal, aku sangat ingin tahu. Selama ini, hanya ada satu laki-laki yang menelepon dan menemui Kila. Limar. Tapi Limar sepupu Kila. Jadi kedekatan mereka tidak bisa dijadikan bahan gosip.

(Menghela napas kesal)

Kalau saja laki-laki tadi memberitahu namanya….

(Menghela napas kesal)

CUT

 

19.     Halaman Kantor Marsden – Mobil Marsden – Siang

 

Marsden

Kila masih bekerja di kantor sekuritas itu. Lalu, kenapa Kila juga bekerja di Tasty en Cozy?

 

Kernyitan dalam terbentuk di dahi Marsden saat benaknya memberikan jawaban atas pertanyaannya.

 

Marsden

Kila membutuhkan uang untuk mengembalikan uang yang digelapkan ayahnya.

(Mendengus, tersenyum masam dan menggelengkan kepala)

Uang yang Erick, Darian dan aku tuduhkan digelapkan oleh ayah Kila. Itu sebabnya Kila melakukan dua pekerjaan sekaligus.

 

Marsden menyandarkan kepala di sandaran kursi pengemudi. Mata Marsden memejam. Beberapa helaan napas panjang, berat, meluncur dari mulut Marsden. Segumpal besar penyesalan, juga rasa bersalah, membuat dada Marsden terasa berat.

 

Marsden

Setelah hari itu, apa yang terjadi padamu, Ki? Kesulitan apa yang kami berikan padamu?

 

Benak Marsden menayangkan kembali suasanan sidang terakhir Yanuar. Marsden merasa beban yang menghimpit dadanya membesar.

 

Marsden

Aku berhutang lautan maaf pada kalian. Aku…

 

Refrain lagu Taking Off yang menghentak, mengejutkan Marsden. Mata Marsden seketika terbuka lebar.

Marsden meraih ponsel yang ada di pangkuannya.

 

Marsden

Ya, Ian?

 

Darian

Mars, kamu dimana?

 

Marsden

Kantor. Ada apa?

 

Darian

Aku dalam perjalanan ke kantor Erick. Kamu bisa menyusulku kesana kan?

 

Marsden

Ya. Tentu saja.

 

Darian

Bagus. Sampai bertemu di kantor Erick.

 

Marsden

Ian, beritahu aku, apa yang telah Erick lakukan?

 

Darian

Kenapa kamu beranggapan Erick membuat masalah dan membutuhkan bantuan kita? Mungkin Erick hanya merindukan kita berdua, ingin menghabiskan waktu sambil mengobrol santai dengan kita.

 

Marsden

(Mendengus)

Ian, kali ini, apa yang Erick lakukan?

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar