Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Darian
Mars, apa tadi kamu bertemu Ki, dan bertengkar dengannya?
Jari-jari Marsden membeku di atas laptop.
Marsden memalingkan wajah pada Darian. Memperlihatkan rasa sebal dan marah yang dia rasakan pada Darian, yang tersenyum senyum lebar.
Darian
Woooo.
(Mengangkat kedua tangan)
Jangan menatapku seperti itu, Mars. Tatapanmu itu bisa menghantui mimpi-mimpiku. Pertanyaanku tadi, bukan untuk menyindir atau membuatmu marah. Aku hanya ingin mencari tahu apa, siapa, yang menyebabkan mood jelekmu. Sekarang, boleh aku menurunkan kedua tanganku?
Marsden menganggukkan kepala.
Darian
Terima kasih.
(Menurunkan kedua tangannya)
Darian menatap Marsden, yang kembali menatap layar laptop dengan serius.
Darian
Mars?
Marsden
Hem.
Darian
Apa ini saat yang tepat untuk bertanya, atau aku harus menahan diri?
Marsden
(Menghela napas panjang. Lalu menatap Darian)
Kamu bisa menahan diri?
Darian
Emm, mungkin bisa, untuk beberapa menit.
Sambil menghela napas panjang, Marsden menempelkan telapak tangan kanan di dahi. Marsden memejamkan mata, menarik satu napas panjang lain, kemudian menghelanya dengan perlahan. Mengulanginya dua kali lagi.
Masih dengan tangan kanan di dahi, Marsden menatap Darian.
Marsden
Apa yang ingin kamu tahu?
Darian
Kamu tidak perlu menjawab pertanyaanku kalau kamu tidak ingin.
Marsden
(Mengangguk-anggukkan kepala)
Katakan saja, apa yang ingin kamu tahu.
Darian
Kenapa kamu bertengkar dengan Ki?
Marsden
Kami tidak bertengkar. Kami hanya sepakat untuk….
(Diam sejenak)
Saling menjauh dan tidak lagi mencampuri kehidupan kami satu sama lain.
Darian melihat kegalauan di wajah Marsden.
Darian
Kalau kamu menginginkan sebaliknya, Mars, datangi Ki. Bujuk dia. Lakukan apapun sampai kamu menjadi bagian terpenting di hidupnya. Hingga Ki tidak bisa lagi hidup tanpamu.
(Tersenyum)
Dengan senang hati aku akan membantumu.
Marsden
(Menggeleng)
Tidak.
Darian
Kamu tidak mau aku membantumu?
(Menghempaskan punggung ke sandaran kursi kerja)
Oke. Baiklah. Aku mengerti. Tidak masalah.
(Memasang tampang sedih, kecewa)
Marsden
Bukan itu, Ian.
(Menatap mata Darian)
Aku rasa, menjauh dari Ki adalah keputusan yang tepat, terbaik.
Darian
(Mengernyit)
Untuk siapa?
Marsden
Kami berdua. Keluarga kami. Orang-orang terdekat kami.
Darian
Serumit itukah?
Marsden
(Mengangguk)
Ya. Tapi maaf, Ian, aku tidak bisa menjelaskan lebih banyak lagi.
Darian
Hah. Ini menyebalkan, sekaligus membuat penasaran.
Marsden
Buang rasa penasaranmu, Ian. Lupakan masalah antara Ki dan aku.
(Berdiri)
Aku akan membuat kopi. Kamu mau?
Darian
(Menunjuk mug kopi di mejanya)
Aku sudah mendapatkan kopi pagiku.
Marsden mengangguk, kemudian meninggalkan ruangan.
Darian sibuk memikirkan alasan Marsden bersikeras melupakan Ki.
Marsden baru saja melewati pintu saat Darian melontarkan pertanyaan mengejutkan.
Darian
Apa Ki sudah menikah? Itu sebabnya kalian memutuskan untuk saling menjauh satu sama lain. Begitukah?
Marsden
(Menatap Darian dengan sebal)
Ian, aku tidak segila atau sebodoh itu hingga menjalin hubungan dengan istri orang.
Darian
(Mengangkat kedua tangan)
Maaf. Maaf. Aku hanya mencari tahu.
Marsden menggelengkan kepala, lalu berjalan menuju mejanya.
Marsden baru saja duduk saat mendapatkan pertanyaan lain dari Darian.
Darian
Ki, sudah bertunangan dan hampir menikah?
Marsden
Tidak.
Darian
Ki terlalu muda untukmu?
Marsden
Tidak.
Darian
Terlalu tua?
Marsden
(Menatap Darian dengan jengkel)
Tidak.
Darian
Ki putri tunggal seorang konglomerat, karena itu keluarganya tidak merestui hubungan kalian?
Marsden
(Semakin sebal)
Keluarga Ki biasa saja.
Darian
Lalu, apa yang membuatmu berusaha melupakan Ki?
Marsden membisu.
Darian
(Menatap Marsden dengan serius)
Sebenarnya, aku tidak ingin menanyakan ini. Tapi….
(Diam sejenak)
Mars, kamu pernah menyakiti Ki?
Marsden
(Mengangguk)
Juga keluarganya.
Darian
Keluarga Ki?
Marsden
(Mengangguk)
Aku menyakiti mereka dengan sangat dalam.
Darian
Temui mereka. Minta maaflah pada mereka. Lalu, lakukan sesuatu untuk memperbaiki kerusakan yang sudah kamu lakukan.
Marsden
Konsekuensinya terlalu besar kalau aku melakukan itu. aku harus siap untuk kehilangan banyak hal. Reputasi, karir….
(Menatap mata Darian)
Orang-orang yang teramat penting bagiku. Hidup mereka akan porak-poranda, bersama dengan hancurnya hidupku. Aku tidak berani menanggung konsekuensi sebesar itu, Ian.
(Menggeleng)
Karena itu, yang terbaik adalah melupakan Ki.
Sorot mata Marsden, ekspresi wajah Marsden, memunculkan perasaan tidak enak, gelisah, was-was, pada Darian.
Marsden
Sudah. Lupakan saja pembicaraan ini. Lebih baik kita bekerja saja.
Marsden menyalakan laptop. Kemudian menyibukkan diri dengan pekerjaan.
Darian melakukan hal yang sama, menyibukkan diri dengan pekerjaan, ditemani firasat tidak enak dan rasa penasaran.
CUT
17. Halaman Kantor Marsden – Mobil Marsden – Siang
Percakapan Kila dengan penambal ban tadi pagi, terus mengusik Marsden. Hingga Marsden menyerah dan memutuskan mencari tahu, tentang Kila.
Berdiri di halaman kantor, Marsden menelepon kantor Kila. Mencari tahu, Kila masih bekerja disana, atau tidak.
(Liana) Resepsionis
Bintang Terang Sekuritas. Selamat siang.
Marsden
Selamat siang. Bisa saya berbicara dengan Kila?
(Liana) Resepsionis
Maaf, saat ini, Kila sedang tidak ada di kantor.
Marsden
Oh. Baiklah
(Liana) Resepsionis
Boleh tahu keperluan bapak apa? Saya akan menyambungkan bapak dengan orang yang bisa membantu bapak.
Marsden
Tidak. Terima kasih. Saya menelepon untuk keperluan pribadi.
(Liana) Resepsionis
Kalau bapak mempunyai pesan untuk Kila, saya bisa menyampaikannya.
Marsden.
Tidak. Tidak ada pesan.
(Liana) Resepsionis
Emm, maaf, saya berbicara dengan bapak siapa? Dengan begitu saya bisa memberitahu Kila kalau bapak menelepon dan Kila bisa menelepon bapak kembali.
Marsden
Saya akan menelepon kembali nanti sore. Terima kasih.
(Mengakhiri telepon)
CUT
18. Bintang Terang Sekuritas – Meja Resepsionis – Siang
Liana (Resepsionis)
(Menatap sejenak telepon di tangan kirinya, lalu mengembalikan telepon di tempatnya)
Laki-laki yang aneh. Tidak mau memberi tahu namanya. Padahal, aku sangat ingin tahu. Selama ini, hanya ada satu laki-laki yang menelepon dan menemui Kila. Limar. Tapi Limar sepupu Kila. Jadi kedekatan mereka tidak bisa dijadikan bahan gosip.
(Menghela napas kesal)
Kalau saja laki-laki tadi memberitahu namanya….
(Menghela napas kesal)
CUT
19. Halaman Kantor Marsden – Mobil Marsden – Siang
Marsden
Kila masih bekerja di kantor sekuritas itu. Lalu, kenapa Kila juga bekerja di Tasty en Cozy?
Kernyitan dalam terbentuk di dahi Marsden saat benaknya memberikan jawaban atas pertanyaannya.
Marsden
Kila membutuhkan uang untuk mengembalikan uang yang digelapkan ayahnya.
(Mendengus, tersenyum masam dan menggelengkan kepala)
Uang yang Erick, Darian dan aku tuduhkan digelapkan oleh ayah Kila. Itu sebabnya Kila melakukan dua pekerjaan sekaligus.
Marsden menyandarkan kepala di sandaran kursi pengemudi. Mata Marsden memejam. Beberapa helaan napas panjang, berat, meluncur dari mulut Marsden. Segumpal besar penyesalan, juga rasa bersalah, membuat dada Marsden terasa berat.
Marsden
Setelah hari itu, apa yang terjadi padamu, Ki? Kesulitan apa yang kami berikan padamu?
Benak Marsden menayangkan kembali suasanan sidang terakhir Yanuar. Marsden merasa beban yang menghimpit dadanya membesar.
Marsden
Aku berhutang lautan maaf pada kalian. Aku…
Refrain lagu Taking Off yang menghentak, mengejutkan Marsden. Mata Marsden seketika terbuka lebar.
Marsden meraih ponsel yang ada di pangkuannya.
Marsden
Ya, Ian?
Darian
Mars, kamu dimana?
Marsden
Kantor. Ada apa?
Darian
Aku dalam perjalanan ke kantor Erick. Kamu bisa menyusulku kesana kan?
Marsden
Ya. Tentu saja.
Darian
Bagus. Sampai bertemu di kantor Erick.
Marsden
Ian, beritahu aku, apa yang telah Erick lakukan?
Darian
Kenapa kamu beranggapan Erick membuat masalah dan membutuhkan bantuan kita? Mungkin Erick hanya merindukan kita berdua, ingin menghabiskan waktu sambil mengobrol santai dengan kita.
Marsden
(Mendengus)
Ian, kali ini, apa yang Erick lakukan?