Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Mie Ayam United
Suka
Favorit
Bagikan
5. BENAR-BENAR MIE AYAM

20. INT. WARUNG SOTO DAGING SAPI, SEBUAH MEJA – SIANG         20

 

Sandra seperti diingatkan pada benda itu ketika sepiring nasi dan semangkok soto daging dihidangkan ke mejanya.

 

FOCUS ON, mangkok.

 

Di dalam telinga Sandra, terngiang kembali nasihat neneknya.

 

NENEK

              (suara menasihati)

         Pagar mangkok lebih bagus daripada pagar tembok.

 

Sandra tersenyum tipis. Tentu mangkok yang dimaksudkan neneknya tidak harus dipahami sebagai mangkok secara fisik. Mangkok dalam bahasa nenek harus diartikan sebagai perhatian, tanda kasih, tali asih, atau berbagi kalau dalam bahasa jaman sekarang.

 

                    SANDRA

              (memegang sendok)

         Sekarang mangkok soto dulu. Aku lapar.

                (kemudian)

         Besok mungkin, mangkok bakso.

              (kemudian lagi)

         Besoknya lagi mangkok sup empal.

               (kemudian)

         Lalu kapan aku makan mie ayamnya?

 

Sandra memakan sotonya dengan lahap. Tentu ia tak bisa menghabiskan nasinya. Menu soto pisah lebih tepat untuk laki-laki. Menu anak muda yang masih suka banyak makan. Bukan untuk perempuan seperti Sandra yang harus berhati-hati dengan berat badannya.

 

INTERCUT SUARA PESAN MASUK

 

Sandra memperhatikan smartphonenya. Satu pesan masuk dari Yana. Dibacanya dalam hati. “MIE AYAM MEMANGGIL”.

 

Sandra mengangkat smartphonenya. Membalas pesan masuk itu dengan menelpon orangnya.

 

 

                    SANDRA

         Hi, Yan. Ha ha ha. Aku lagi makan soto. Lapar.

 

                    YANA

         Tambah lagi kalau begitu.

 

                    SANDRA

         Iya sudah. Tambah kenyang. Ha ha ha.

                (kemudian)

         Kalimat pesanmu bagus. MIE AYAM MEMANGGIL.

 

                    YANA

        Ha ha ha. Seperti provokasi ngajak demo ya.

                (kemudian)

         Bisa ga ke rumahku? Ngomongin bisnis itu. Siapa tahu bisa kita matangkan.

 

                    SANDRA

         Oke. Segera ke rumahmu. Aku bayar dulu. Tahu kan, aku bukan pengikut aliran Danti. Ngemplang jajanan.

 

 

21. EXT. PINGGIR JALAN, TEMPAT PARKIR – LANJUTAN              21

 

DARI PINTU WARUNG, Sandra berjalan keluar. Langkah kakinya bergerak menuju mobil yang terparkir tak jauh dari pintu masuk.

 

Tangan kanannya menjinjing tas hitam. Tangan kirinya menurunkan kaca mata hitam  dari rambut, melewati dahi, ke mata.

 

Belum selesai membenahi kaca matanya, Sandra dikagetkan suara seseorang yang memanggilnya.

 

                    RONNY

         Sandra.

Sandra mencari sumber suara orang yang memanggilnya. Setengah mengenali suara itu, meskipun tak yakin. Saat melihat orang yang memanggilnya, Sandra berhenti melangkah. Ia membiarkan orang itu mendatanginya.

 

                    SANDRA

         Ronny? Mau makan soto? Ke situ?

 

FOCUS ON, tulisan “WARUNG SOTO PAK MARTO” yang ditunjuk Sandra dengan jarinya.

 

                    RONNY

         Tidak. Aku baru saja beli minuman di situ.

 

Telunjuk jari Ronny mengarah ke sebuah gerobag angkringan. Di seberang jalan.

 

Sandra mengikuti arah telunjuk jari Ronny. Matanya menangkap tiga pasang kaki orang di bawah tenda angkringan yang tak tertutup sampai ke lantai. Sekadar menutup bagian atas hingga sedikit di bawah bangku kayu. Ciri khas angkringan.

 

                    SANDRA

             (terburu-buru)

         Eh, maaf. Aku harus segera ke rumah temanku. Kamu?

 

                    RONNY

         Mobilku di sana. Tiga mobil ke sana.

                (tersenyum,

kemudian)

         Bagi nomer kontakmu, please.

 

Beat.

 

                    SANDRA

         Ha ha. Aku pikir kamu sudah memintanya dari Danti.

 

                  RONNY

              (menggeleng cepat,

               matanya berbinar)

         Danti pelit. Ha ha.

 

Sandra menyebutkan nomer teleponnya, sambil melangkah ke mobilnya. Di sebelahnya, Ronny mengiringi.

 

                    SANDRA

         Maaf bener ya. Buru-buru.

 

                    RONNY

                (memahami,

          lega mendapat nomer Sandra)

         Paham. Ga apa-apa. Kapan-kapan ketemuan ya.

 

                    SANDRA

         Di mana? Untuk apa?

 

Ronny terlihat bingung mendapat pertanyaan itu dari Sandra. Di mananya bisa di mana saja? Tetapi untuk apanya?

 

                    RONNY

         Ha ha ha. Siapa tahu kamu pengen belajar DJ.

 

                    SANDRA

         Thanks, Ron. Tetapi mungkin tidak untuk itu. Biar Danti saja.

 

 

22. INT. MOBIL SANDRA, RUANG KEMUDI – LANJUTAN                 22

 

Sandra mengemudikan mobilnya. Selepas keluar dari halaman parkir tempatnya tadi makan, Sandra membelokkannya ke arah utara.

 

Ia memencet nomer Yana. Menunggu jawaban dari Yana. Speaker out.

 

                    SANDRA

         Empat lima menit lagi sampai, Yan.

 

                    YANA

         OK. Aku akan sampaikan ke Security.

 

Mestinya seperti itu. Empat menit lagi sampai. Sandra tinggal membawa mobilnya melintasi pagar depan Hyatt Hotel. Berbelok ke Hyarta Residence. Menunggu security membukakan palang besi. Langsung mengarahkannya ke rumah Yana.

 

Tetapi pikiran Sandra mendadak terbagi saat itu. Ia membayangkan pembicaraan bisnisnya dengan Yana. Setidaknya ia dapat menumpahkan seluruh ilmunya untuk membuat business plan bersama Yana.

 

Di saat yang sama, benak Sandra juga terisi pikiran tentang pertemuannya dengan Ronny tadi. Terselipi ajakan Ronny untuk bertemu. Belajar menjadi seorang DJ.

 

Oh, belajar menjadi DJ bukan ide yang buruk. Tidak untuk bekerja sebagai Female Disc Jockey. Sekadar memiliki ketrampilan untuk itu, apa salahnya.

 

INTERCUT SUARA BRAK, mobil Sandra menyenggol sebuah gerobag yang sedang didorong menyeberang jalan.

 

Sandra terkejut dan segera menepikan mobilnya. Dari dalam mobil, ia melihat sebuah gerobag terbalik di tengah jalan. Dagangan yang ada di gerobag itu berantakan dan terserak di jalan.

 

Sandra sedikit merasa bersyukur. Orang yang mendorong gerobag tak apa-apa dan berjalan ke tepi jalan.

 

Beberapa orang di pinggir jalan bergerak spontan memberi pertolongan. Salah satu dari mereka mendampingi pendorong gerobag. Empat orang yang lain, mendirikan kembali gerobak yang terbalik dan mendorongnya ke tepi. Supaya tak menghalangi lalu lintas yang sempat tersendat dan harus bergerak perlahan.

 

Sandra membuka pintu mobil. Ia mencoba bersikap tenang, meskipun tadi sempat terkejut dan berdebar-debar. Sandra seperti sudah tahu hal yang harus dilakukannya setelah itu.

 

                    SANDRA

         Maaf, Pak. Saya ganti. Mohon maaf, nggih. Namanya kecelakaan di jalan. Sekali lagi, maaf.

                (kemudian)

         Saya harus mengganti berapa?

 

                    PENDORONG GEROBAG

              (melihat takut-takut)

         Mbak tidak sepenuhnya salah. Saya juga minta maaf. Mobil Mbak agak rusak. Ehm,….

                    

                    SANDRA

       (memahami ketakutan orang itu)

         Tidak apa-apa, Pak. Saya ganti saja. Dagangan Bapak rusak. Bapak tentu rugi.

                 (kemudian)

Semoga gerobaknya bisa diperbaiki dan Bapak bisa berjualan lagi.

 

Sandra memperhatikan gerobag bercat biru yang tadi ditabraknya. Gerobag, yang kayu-kayu pokoknya dicat warna merah, sementara dinding seng gerobagnya dicat dengan warna biru.

 

FOCUS ON tulisan cat putih sederhana. Ditulis dengan tangan nampaknya sehingga besaran per hurufnya tidak terstandar. Terbaca “MI AYAM”.

 

Sandra menghela nafas panjang. Memandang pada pendorong gerobag dengan senyum teriring.

 

 

QUICK CUTS:

 

SANDRA MENEROBOS MASUK KE RUMAH YANA KETIKA PINTU SAMPING RUMAH YANA DIBUKAKAN ASISTEN RUMAH TANGGA. LANGSUNG MELANGKAHKAN KAKINYA KE SISI BELAKANG RUMAH.

 

SANDRA MELEPAS SEPATU DAN NAIK KE GAZEBO DI BELAKANG RUMAH YANA. MEMBALIKKAN SEBUAH GELAS YANG ADA DI NAMPAN DAN MENUANGKAN AIR MINERAL DINGIN YANG ADA DI SITU.

 

SANDRA MENGHELA NAFAS. MENGGEMBUNGKAN PIPI. MENUTUP MATA DENGAN KEDUA TELAPAK TANGANNYA. KEBIASAAN YANG SELALU DILAKUKANNYA BILA SESUATU TERJADI PADANYA.

 

LALU TERSENYUM.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar