Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
MIE AYAM UNITED
Written by
Fevyannin K.F.
20 Oktober 2020
Cerita ini terjadi di pinggiran kota Yogyakarta, meskipun awal cerita berlangsung di Manchester.
Lebih pastinya di tahun 2020.
Pandemi Covid-19 menciptakan masa-masa sulit. Bagi Sandra, selepas studi di Manchester, kembali berada di Yogyakarta serasa membuat dirinya seperti bebek lumpuh. Langkah-langkah dalam pusaran antara keterlemparan peran dan penemuan jati diri mengantar pada perjuangan untuk menaklukkan masa suram pandemi.
Genre Drama Komedi.
FADE IN:
1 EXT. UNIVERSITY OF MANCHESTER, HALAMAN BERTANGGA - SIANG 1
Puluhan orang melempar ke atas dan menangkap kembali topi wisuda. Berbagi senyum dan tawa. Beberapa orang saling pandang sambil tersenyum sebelum berpelukan. Orang tua wisudawan melambaikan tangan di tempat duduk belakang
CLOSE ON SANDRA (22’an), air mata dan senyum di wajah. Berdiri dengan ijazah dan setangkai bunga di tangan. Toga hitam panjang serta Samir menutup hampir seluruh badan. Rambut panjang lurus beriap tersapu angin lembut.
FOCUS pada sampul tebal ijazah yang menunjukkan tulisan “UNIVERSITY OF MANCHESTER” dan “BACHELOR”.
Ia kemudian duduk di sebuah kursi wisuda. Menghadap serong ke kanan mendekap ijazah dan bunganya. Tangan kanan berada di sandaran kursi. Menunggu gelisah.
Sandra menghela nafas dalam-dalam. Tersenyum tipis.
Beat.
SANDRA
--Jangan lupa bahagia, San
Meskipun mampu mengucapkan kalimat lirih, terlihat rasa sepi dan kosong di wajahnya. Ada yang dirasakannya akan segera hilang dan tak dapat lagi ditemuinya.
RENEE
(Teman kuliah, mengejutkan)
Where is your smile?
Tangannya mengambil topi wisuda Sandra. Melemparkannya melewati kepala Sandra ke temannya yang lain. Keduanya tersenyum menggoda.
SANDRA
Renee, you jerk.
(kemudian)
You too, Liu. Give it back.
Ia berdiri mengambil topi wisudanya.
LIU
(tersenyum tipis)
Your parents? Come here, right?
Beat.
SANDRA
(matanya berbinar getir)
Nap. They can’t make it. Parents always bussy right?
LIU
Same. Still in Hongkong. Could be joining rally against the Government. Ha ha ha.
RENEE
True. My parents’re still in Perth. They said, too far. You know, graduation have no meaning for them. They prefer to work on farms. Cows are more valuable than me. Damn it.
Beat.
SANDRA
Come on. Don’t take it personally.
Sandra memeluk Renee dan Liu. Berbagi perasaan senasib saat wisuda master mereka tak dihadiri orang tua dengan berbagai alasan.
RENEE
(menghembuskan nafas)
So?
SANDRA
(mengubah ekspresi wajah,
tak ingin semua merasa kecewa)
Selfie time. Let’s do it guys.
Beat.
LIU
Yes ma’am
RENEE
(tersenyum lebar)
That’s better.
LIU
Indeed.
Mereka mengambil beberapa posisi swafoto. Berbeda-beda latar belakang. Bergantian menggunakan smartphone masing-masing. Beberapa wisudawan yang lain melintas dan kadang-kadang menggoda mereka.
RENEE
Still staying in Manchester right?
LIU
For sure. I've got a job here.
SANDRA
(pura-pura setengah mendengarkan,
pertanyaan yang mengkhawatirkan)
I have to go back.
LIU
Jakarta?
SANDRA
(menggeleng,
lalu menunduk)
Yogyakarta. My home town.
(kemudian)
You know, I went to school here because I got a scholarship.
LIU
Oh.
Liu mengalihkan pandangannya ke arah Renee. Wajahnya seperti tak rela pertemanan mereka segera berakhir karena Sandra harus kembali ke Indonesia.
RENEE
How about Mike, San? He loves you very much.
SANDRA
(tersenyum,
(menggerakkan alis mata)
All must end. He already knows.
LIU
Oh.
RENEE
I can’t believe it.
SANDRA
Don’t make it harder. Don’t go there anymore.
Ia mencoba tersenyum. Memandang wajah Renee dan Liu bergantian. Mencoba meyakinkankan mereka kalau dia bersungguh-sungguh dengan hal itu. Mengakhiri cintanya dengan Mike.
ANGLE ON setangkai bunga di genggaman tangan Sandra. Tergantung kertas kecil warna biru langit. Ucapan selamat dari Mike.
Sinar merah melintas masuk ke mata Sandra. Membawanya ke stadion Old Trafford yang berjarak sekitar tiga kilometer dari tempat mereka.
RENEE
You can’t lie, Sandra.
(kemudian)
You still love Mike, don’t you.
SANDRA
(mencoba tegar)
I do. But, …
Ia tersenyum. Seolah memberi teka-teki pada kedua sahabatnya.
RENEE dan LIU
(berebut suara lebih keras,
menunggu jawaban yang lain)
But what?
Beat.
SANDRA
Forget it. Cancel
RENEE
No. You have to say it. We are friends right?
LIU
(merasa curiga)
Come on, San. Em, are you with …?
SANDRA
Yes.
RENEE
Seriously?
SANDRA
It is. This makes me upset. It’s not about Mike, you know. I mean I think I love more Manchester …
LIU
(meluruhkan wajah,
kekhawatirannya hilang)
Well.
SANDRA
Damn. I love Manchester.
RENEE
(tersenyum)
Manchester City?
Ia membuat hi-five dengan Liu. Pendukung tim biru langit sejati saat menyelesaikan kuliah di Manchester.
SANDRA
(menggeleng,
bibirnya mencibir)
No way. Manchester United.
Melihat ke teman-temannya. Tertawa keras ketika Renee dan Liu membalikkan badan.
CUT TO BLACK:
TITLE:
MIE AYAM UNITED
2 EXT. MANCHESTER INT. AIRPORT, DROPP OFF – PAGI 2
AREA DROPP OFF BANDARA INTERNASIONAL MANCHESTER terlihat sibuk dengan antrian mobil pribadi dan taxi yang datang dan pergi. Beberapa orang berjalan kaki menarik dan mendorong kopor besar. Beberapa yang lain mendorong trolley kosong sebelum memuat.
DARI SEBERANG JALAN, terlihat seorang laki separuh baya melintas dan menyelinap di antara mobil-mobil yang berjalan lambat.
Mengenakan jaket tebal warna krem dengan tulisan di bagian punggung “I STILL CALL MANCHESTER HOME”, laki-laki itu mendatangi tempat penyimpanan deretan trolley.
Matanya terlihat mencari-cari. Seorang gadis muda yang menarik trolley diabaikannya. Pikirannya fokus untuk menemukan seseorang yang di pagi ini akan meninggalkan Manchester menuju London.
Saat matanya menangkap tiga perempuan muda bahu-membahu menurunkan dua kopor besar, bibirnya tersenyum. Lepas.
Ia segera berjalan ke arah mereka. Hampir menabrak sepasang laki-laki dan wanita tua yang berjalan lambat mendorong trolley.
LAKI-LAKI TUA
(berpaling, menatap tajam)
Be careful, young man
Laki-laki berjaket itu tidak berkata apa-apa. Tetapi tangannya memberi tanda untuk meminta maaf kepada kedua orang itu. Ia lalu berjalan cepat mendatangi tiga orang yang mulai mendorong dua koper.
Belum enam langkah ia berjalan, seorang gadis kecil umur 11 tahun hampir ditabraknya.
GADIS KECIL
(melihat jengkel)
Be careful, young man
Beat.
LAKI-LAKI
Sorry.
GADIS KECIL
(masih kesal)
Piss of.
Laki-laki itu mengerutkan dahinya. Seperti dibingungkan. Orang tua dan gadis kecil itu menegurnya dengan panggilan yang sama. Bahkan gadis kecil ini lebih galak.
Ia tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya perlahan-lahan.
Ia berjalan lagi dan segera menyusul ketiga perempuan yang tadi dicarinya.
LAKI-LAKI
(berusaha tersenyum,
menyapa ramah)
San.
SANDRA
(setengah terperanjat,
memaksa diri tersenyum)
Hi, Mike. How is it going?
Ia memandang laki-laki bernama Mike. Orang yang sangat dikenalnya. Juga cukup dikenal oleh Renee dan Liu.
MIKE
I’m good. How’re ya?”
Ia mendekati Sandra. Memeluk tipis. Lalu melepaskannya lagi.
Di wajahnya terlihat keraguan, walaupun kemudian berusaha ditutupinya.
SANDRA
(sedikit salah tingkah)
Fine. You startled me. You didn't say you would come here.
Ia menatap Mike dan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah kedua temannya yang segera menyapa Mike.
RENEE
Hi Mike.
LIU
Hi.
MIKE
Hi.
Mike kembali menghadap ke arah Sandra setelah bertukar sapa kepada Renee dan Liu.
MIKE
So, go back to your country. Leaving Manchester for good?
(kemudian)
I actually wish you stayed a little longer in Manchester.
SANDRA
Yes Mike. Sorry about that. I can't linger here.
MIKE
(sedikit memalingkan muka,
kembali menatap)
Understandable. I hope you are happy to be back in Indonesia.
Beat.
SANDRA
You make me cry, Mike.
Ia menggigit kecil bibirnya. Menatap lama ke arah Mike. Lantas mengalihkan pandangannya ke arah Renee dan Liu. Seolah berharap aliran kekuatan dari kedua sahabatnya itu.
Mike mengambil bungkusan dari kantong bagian dalam jaketnya. Diserahkannya kepada Sandra.
MIKE
I took time to go to the Manchester store. Buy this. For you.
(kemudian)
Hope you like it. Your favorite player.
SANDRA
(memandang haru)
You made me cry even more Mike. You are nice.
Ia membuka bungkusan pemberian Mike. Mengeluarkan isinya dan mendapati satu kaos seragam berwarna merah. Manchester United. Di bagian punggung terlihat angka “31” dan nama “MATIC”.
SANDRA (melanjutkan)
You always remember my favorite player. Thank you. I will always keep this.
(kemudian)
Sorry. I didn't give you any gifts.
MIKE
No problem.
Beat.
RENEE
(pura-pura marah)
Again? Em-YU again?
LIU
(menukas sinis)
Is there nothing worse?
SANDRA
Of course there is. ManCi.
Ia tertawa kecil. Diikuti Mike, Renee, dan Liu. Seolah lupa kalau sebentar lagi salah satu di antara mereka akan segera pergi.
Sandra memeluk Mike. Berbisik-bisik tak terdengar di dekat telinga Mike. Melepas pelukan.
Ia berjalan dua langkah. Mendekati Liu. Mencium kedua pipi sahabatnya itu. Memeluk erat dan saling menepuk punggung. Lantas ganti mendatangi Renee. Mencium kedua pipi Renee, memeluk dan saling menepuk punggung.
3 INT. CHECK IN COUNTER, LANJUTAN 3
Sandra menyerahkan passport dan tiket pada petugas check in di counter. Tanpa terlalu memperhatikan yang dilakukan petugas itu, Sandra mengangkat kopornya satu per satu ke penimbangan bagasi.
Sambil menunggu petugas itu mengecek data dan mencetak boarding pass, Sandra menebarkan pandangan ke seluruh ruangan.
PETUGAS CHECK IN
(menyerahkan passport, tiket, boarding pass)
Have a nice trip.
SANDRA
Thank you. And, …
PETUGAS CHECK IN
(tersenyum ramah,
menjelaskan singkat)
Follow the direction over there.
Sandra membalas senyum kepada petugas itu. Kakinya bergeser, melangkah keluar dari antrian dan kemudian berjalan ke arah kanan.
Sandara melewati bagian pengecekan imigrasi tanpa masalah.
Deretan duty free shops dilalui Sandra tanpa berhenti. Ia terus berjalan melewati lorong demi lorong menuju pintu keberangkatan pesawat yang akan membawanya ke London.
Di salah satu kursi ruang tunggu yang kosong, Sandra duduk memangku tas kecil berisi dokumen perjalanannya.
Sesekali ia menghela nafas. Membayangkan perjalanannya yang akan berlangsung lama. Dari Manchester ke London. Berganti pesawat untuk meninggalkan London ke Abu Dhabi, transit, dan kemudian melanjutkan penerbangannya dari Abu Dhabi ke Jakarta. Belum selesai. Ia masih harus berganti pesawat lagi dengan pesawat domestik dari Jakarta ke Yogyakarta.
4 INT. MASKAPAI ASING, PESAWAT – PAGI 4
Sandra duduk di deretan kursi kelas ekonomi. Cukup menyiksa untuk perjalanan jauh. Tetapi itu memang yang harus dialami Sandra. Status sebagai mahasiswa asing yang diberangkatkan dengan beasiswa memaksa Sandra untuk hanya mendapat kursi kelas ekonomi.
Beruntung, Sandra mendapat tempat duduk di deretan pinggir dekat jendela pesawat yang hanya terdiri dari dua kursi. Lebih beruntung lagi karena kursi di sebelahnya ternyata kosong.
Sandra baru ingat, dunia sedang dihebohkan dengan serangan virus Corona. Meskipun kasus besarnya masih terjadi di China, sejumlah negara sudah mulai terkena. Negara-negara di Eropa, termasuk Inggeris, bahkan sudah mengambil langkah penangkalan, termasuk membatasi jumlah penumpang pesawat terbang. Atau memang perusahaan penerbangan yang mulai kehilangan penumpangnya?
Blessing in disguise untuk Sandra.
Sandra menghela nafas. Matanya berpaling ke arah jendela ketika dirasakannya pesawat mulai bergerak.
SANDRA
(menahan perasaan,
berkata berbisik)
Selamat tinggal, Manchester.
(kemudian)
Selamat tinggal, Manchester United.
Ia menyandarkan punggungnya ke kursi lekat-lekat. Pesawat yang membawanya terbang membantunya membuang sedikit demi sedikit kenangannya.
Sandra harus mulai belajar melupakan University of Manchester yang selama empat tahun diakrabinya. Ia harus meniadakan ingatannya tentang Mike yang mendekati dan berusaha menjadikan dirinya sebagai kekasih.
Sandra harus meninggalkan kekagumannya pada jalanan di Manchester, penjual chips n fish yang ia sukai, serta apartemen yang ia tempati.
Tetapi Sandra berjanji pada dirinya sendiri. Ia tak akan melupakan “MANCHESTER UNITED” dan tentunya Nemanja Matic, pemain Setan Merah bernomer punggung “31” yang sangat disukainya.