Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
7. INT. RUMAH ARKA - KAMAR ARKA - SIANG
Arka membuka kotak masuk e-mail di laptopnya dan tertera banyak e-mail berisi penolakan dari perusahaan yang dia lamar.
Arka mengambil handphone-nya dan menelepon seseorang.
ARKA
(menelepon)
Halo, Mbak Ira, ini saya Arka Danapati, saya mau tanya soal wawancara saya dengan user dua minggu lalu itu hasilnya gimana ya Mba? Yang untuk posisi Social Media Manager?
MBAK IRA (V.O.)
Maaf Mas Arka, untuk posisi tersebut kami sudah memilih kandidat lain yang lebih sesuai.
8. INT. MONTAGE - VARIOUS LOCATION - SIANG - TIGA BULAN KEMUDIAN
Pada adegan ini Arka diperlihatkan diwawancara di beberapa kantor. Dibuat pergantian cepat antara satu kantor dengan kantor lainnya. Ekspresi Arka berubah secara bertahap, dari yang awalnya berkurang antusias, sampai kesal.
A. Kantor 1
HRD KANTOR 1
Kebetulan kita lagi nggak butuh manajer media sosial, kalau jadi staf admin medsos aja mau?
B. Kantor 2
HRD KANTOR 2
Usia kamu udah terlalu tua untuk posisi ini. Maksimal 27 tahun yang kami terima. Maaf ya.
C. Kantor 3
HRD KANTOR 3
Kalau jobdesc kamu kami tambah tapi gaji yang kamu terima separuh gaji kamu di kantor sebelumnya, masih mau kerja di sini?
9. INT. RUMAH ARKA - RUANG TAMU - SORE
Arka masuk ke dalam rumah.
TARI
Gimana? Udah langsung tanda tangan kontrak, kan?
ARKA
(menggeleng)
TARI
Geleng tuh maksudnya apa?
ARKA
Ya aku nggak ambil kerjaannya.
Jobdesc yang mereka kasih itu beban kerjanya dua kali lipat dibanding kantor aku kemarin, tapi mereka kasih gaji setengah dari kantor aku kemaren.
TARI
(terkejut dan memegang kepalanya)
Kenapa nggak kamu terima aja sih? Kamu kan belum tau di sana gimana. Siapa tau bos kamu baik terus kamu bisa cepet dapet promosi dan gaji kamu nantinya bisa naik.
ARKA
Nggak mungkin. Mereka itu perusahaan baru. Masih kecil, makanya kerjanya pada dobel tapi bayarannya seiprit. Lagian kamu mau aku kerja rodi dengan upah receh? Bisa-bisa sering tipes masuk rumah sakit aku. Tekor yang ada. Itu kantor juga jauh banget, Tar. Macetnya juga gila. Aku dua setengah jam di jalan. Bayangin pulang-pergi bisa lima jam. Tua aku di jalan.
TARI
Gini, ya Ka, dengan kamu terima, kamu dapet setengah gaji kantor kamu kemaren. Dengan kamu tolak, kamu nggak dapet apa-apa.
ARKA
Karier itu jalannya ke atas, Tar, bukan ke samping, apalagi ke bawah. Harus naik dong, ya gaji ya jabatan.
TARI
Oh, gitu, dengan kamu jadi pengangguran kayak gini, karier kamu bukan lagi turun ke bawah aja, tau nggak? Tapi nyungsep! Terjun bebas ke jurang.
(menarik napas dan menghembuskannya keras)
TARI (CONT'D)
Lama-lama kita jomplang, Arka. Aku udah kemana tau, kamu masih di sini aja. Aku udah kayak gimana, kamu masih begini aja.
ARKA
Oh, sekarang kamu ngerasa jauh lebih tinggi dari aku? Aku tuh cuma lagi apes aja ini. Akan ada saatnya aku melesat lagi.
TARI
Terus, kalau gitu hari ini kamu udah ngelamar berapa lowongan?
ARKA
Dua
TARI
Kenapa nggak dua puluh atau tiga puluh kalau perlu? Kalau cuma dua sehari gimana kamu bisa cepet dapet kerja, sih?
ARKA
Gini ya Tari. Aku kan udah bukan fresh graduate yang bisa lamar lowongan random segala posisi. Aku udah lima tahun di bidang ini, posisi terakhir aku kemarin manajer. Aku cuma lamar yang sesuai pengalaman aku kemarin dan emang lowongannya sedikit. Aku juga nyari yang kantornya udah punya nama besar, yang stabil bukan yang baru ngerintis. Aku mau kerja kan untuk bertahun-tahun ke depan, bukan yang tiga bulan doang terus udahan.
Tari masuk ke kamar. Arka mengganti ganti baju dan cuci muka, kemudian ke kamar tidur. Arka dan Tari tidur saling memunggungi.