Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kobar
Suka
Favorit
Bagikan
8. Chapter #8
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

27. EXT. HALAMAN MESS TNTN – PAGI

 

Salim berdiri di halaman mess, menatap Retni yang bersiap-siap akan pergi.

 

SALIM

Hati-hati di jalan ya Nak. Juga hati-hati menulis tentang ini. Saya yakin, kamu bisa menulis dengan baik dan bijak. Bak pepatah Melayu bilang, seperti menarik rambut dari tepung, rambut jangan putus, tepung jangan berserak.

 

RETNI

(mengangguk dan tersenyum)

Terima kasih Pak. Saya akan selalu ingat pesan Bapak. Dan semua kebaikan Bapak pada saya selama ini. Mudah-mudahan, suatu hari nanti saya bisa datang lagi ke sini. Ke Tesso Nilo.

 

Dari jauh, Rahadi datang dengan tergesa-gesa. Bekas rumput masih terlihat menempel di celananya. Dia menghampiri Retni. Wajahnya tampak agak cemas.

 

RAHADI

Kondisi udara bertambah buruk.

Sebaiknya kau tunda kepulanganmu beberapa jam lagi.

 

RETNI

(menggeleng)

Aku baru dapat kabar. Pagi ini giliran hutan Rokan yang membara. Sepertinya, dalam tempo beberapa jam nanti kadar polutan akan terus naik. Lebih baik aku pulang sekarang.

 

RAHADI

Kamu kesini naik apa?

 

RETNI

Aku bawa mobil. Kuparkir di tepi jalan dekat gerbang masuk. Aku kemari pake motor. Aku sewa dari Pak Tungkat.

 

Rahadi melihat ke arah motor yang berada di depan mess.

 

RAHADI

Biar kubonceng sampai depan.

 

RETNI

Tidak usah! Aku bisa sendiri. Aku sudah janjian dengan Pak Tungkat. Dia menungguku di depan.

 

RAHADI

Jangan bandel. Mana kunci?

 

Retni terdiam. Dia menoleh pada Salim. Lelaki itu mengangguk, seakan sepakat dengan Rahadi. Retni tidak punya pilihan selain merogoh saku celana jinsnya, lalu menyerahkan kunci motor pada Rahadi.

Rahadi lalu mendekati motor, menyalakan mesin, memberi isyarat pada Retni untuk naik. Retni melangkah pelan lalu naik motor dan duduk di boncengan.

 

RAHADI (CONT’D)

(sambil menoleh pada Salim)

Aku antar Retni sebentar, Pak.

 

SALIM

Iya. Hati-hati.

 

RETNI

Saya pulang dulu, Pak. Assalamualaikum.

 

SALIM

Waalaikumsalam.

 

Kamera mengikuti motor yang bergerak.

 

SALIM (POV) Melihat kepergian Rahadi dan Retni hingga menghilang dari pandangannya.

 

28. EXT. TEPI JALAN - PAGI

Rahadi menepikan motornya tidak jauh dari mobil Retni. Retni turun dari boncengan disusul Rahadi.

 

RAHADI

Biar aku saja yang menunggu Pak Tungkat di sini.

 

RETNI

(mengangguk) Aku titip uang sewa ini untuk Pak Tungkat (seraya membuka dompet dan menyerahkan beberapa lembar uang pada Rahadi)

Terima kasih sudah mengantarku.

 

RAHADI

Kamu yakin mau menyetir sendirian sampai ke Pekanbaru?

 

RETNI

(mengangguk)

Aku sudah pernah menyupir lebih jauh dari ini. Doakan saja aku selamat. Oke?

 

Retni berjalan menuju mobil. Namun kemudian terdengar suara Rahadi dari belakang.

 

RAHADI

Sebelum kau pergi, apa kau tidak ingin tahu kenapa pertunanganku batal?

 

RETNI

(menggeleng lalu menoleh)

Maaf. Aku nggak tertarik. Nggak ada gunanya juga buatku.

 

Retni menekan remote mobil dan membuka pintu mobil.

 

RAHADI

Hati-hati. Jangan mengemudi laju-laju. Nomor ponselku masih sama.

Kabari aku begitu kau sampai.

 

RETNI

(tersenyum sinis, menoleh lagi)

Terima kasih, atas kepedulianmu.

 

Rahadi tak menjawab. Retni masuk ke dalam mobil, menghidupkan mesin dan mobil bergerak perlahan. Dari kaca spion dia melihat Rahadi masih berdiri di tepi jalan. Menatap kepergiannya dalam diam.

 

DISSOLVE TO

29. EXT/INT. TERAS INDEKOST RETNI - SIANG

 

Retni yang baru sampai, melihat ada sebuah paket seukuran kotak sepatu tergeletak di depan pintu. Dia mengernyitkan dahi lalu menunduk. Membaca tulisan pada kertas pembungkusnya. Nama dan alamat lengkapnya tertera di sana. Dia menendang kotak itu pelan-pelan dengan ujung kaki. Kotak itu terbalik. Tidak ada nama pengirimnya.

Retni mengangkatnya pelan-pelan. Terasa cukup berat. Dan ada aroma yang kurang sedap tercium. Retni mengenakan masker lalu berjalan menuju bak pembuangan sampah yang berjarak kira-kira lima meter dari indekost, membuang kotak itu di sana.

 

CUT TO

 

30. EXT/INT INDEKOST RETNI – SORE

CAST. Ketua RT, tiga orang warga, Retni

FX. Bunyi pintu diketuk keras-keras.

Retni berjalan menuju pintu. Menyibak gorden jendela untuk melihat siapa yang datang. Lalu membuka pintu. Di luar, ada Ketua RT dan tiga orang pria.

 

KETUA RT

Assalamualaikum, Dik.

 

RETNI

Waalaikumsalam, Pak.

 

KETUA RT

Maaf, sore-sore mengganggu dik Retni. Tadi Pak Sudi melapor. Katanya ada bau tak sedap di tempat pembuangan sampah. Padahal sampah baru diangkat petugas. Ternyata ada sebuah kotak di situ. Bentuknya seperti paket kiriman. Pada bungkusnya ada nama dan alamat sini. Karena penasaran, Pak Sudi membukanya. Ternyata isinya bangkai kucing.

 

RETNI

(terkejut)

Bangkai kucing?

 

KETUA RT

Benar Dik. Dan....kucing itu, aduh, kasihan sekali. Tetapi, bangkai kucing itu sudah kami kubur. Apa sebelumnya paket itu diantar kemari, Dik?

 

RETNI

Saya menerima paket itu tadi siang, Pak. Saat saya baru pulang, ada kotak itu di depan pintu. Tetapi, karena tidak ada nama pengirimnya, dan karena saya tidak pernah merasa memesan sesuatu atau belanja online, saya buang saja. Kasihan sekali kucing itu.

 

Retni bergidik. Wajahnya menunjukkan ekspresi marah sekaligus sedih.

 

KETUA RT

Maaf kalau saya bertanya. Apa kamu punya musuh di sini, Dik? Setahu saya, kamu baru sebulan di sini, bukan?

 

RETNI

(mengernyit) Musuh? Rasanya tidak. Iya benar. Rencananya, bulan depan saya sudah pulang. Kenapa memangnya Pak?

 

KETUA RT

Tidak apa-apa. Hanya saja, saya ingat di film-film, kalau ada yang mengirim bangkai atau sesuatu yang mengerikan, itu biasanya bermaksud mengancam.

 

RETNI

(menggeleng)

Saya nggak punya musuh kok, Pak. Mungkin, itu sudah risiko pekerjaan saya.

 

KETUA RT

(menghela napas panjang)

Hati-hati kalau begitu, Dik. Jika ada apa-apa, jangan sungkan menghubungi saya. Kami permisi. Assalamualaikum.

 

RETNI

Waalaikumsalam, Pak. Terima kasih.

 

Ketua RT dan warganya lalu meninggalkan indekost. Retni menutup pintu. Menyandarkan tubuhnya pada pintu. Lalu menarik napas panjang dan mengembuskannya kuat-kuat.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar