Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
70. INT. RUMAH. RUANG UTAMA — SIANG
MUSIK AKSI
Deretan kopi, madu, minuman energi, dan jamu tolak angin diletakkan di atas meja.
Deretan laptop diletakkan di atas meja. Lalu dibuka bersamaan.
Jaka mengencangkan kupluknya.
Rani mengenakan sweater putihnya, memakai tudungnya dan menarik talinya, hingga tudungnya mengkerut.
Wira menarik perban di tangannya dengan giginya.
Satria meregangkan tangan.
Annisa komat-kamit berdoa.
Para drafter duduk bersebelahan. Semuanya menarik napas dalam, lalu mulai mengetik dengan cepat.
71. INT. MOBIL - MOVING — SIANG
Tara terlihat panik. Dia melihat-lihat ke luar jendela. Banyak kendaraan di luar berjalan pelan. Mobilnya terjebak macet.
Tara mengepalkan tangannya sambil menggeram.
INTERCUT
Di rumah, Para Drafter mengetik membabi buta.
Annisa yang sudah lama tidak mengetik, panik menengok ke sekitarnya. Dia tampak kewalahan.
72. EXT. JALANAN — SIANG
Mobil Tara tampak melaju di jalanan yang tidak macet.
INTERCUT
Jari-jemari para Drafter mengetik semakin cepat.
Mobil Tara melaju semakin cepat di jalanan.
Jari menekan tombol enter.
Mobil Tara berhenti di lampu merah.
Para Drafter meminum kopi, madu, dan minuman energi untuk menambah stamina.
Mobil Tara mengisi bensin di pom bensin. SUPIR tampak berdiri di luar di depan PETUGAS SPBU.
Di dalam mobil, Tara gelisah, membuka jendela, mengeluarkan kepalanya.
Adi membaca naskah di layar laptopnya. Matanya memindai layar serius. Dia menghela napas.
Adi mengambil naskah, membolak-baliknya, lalu dia mulai mengetik lagi.
Mobil Tara masuk ke dalam jalanan komplek dan kembali terjebak macet.
Di dalam mobil, Tara memukul pintu mobilnya, kesal.
Adi mengetik serius.
Para Drafter mulai kewalahan. Wira mengetik, lukanya terbuka lagi, dari tangannya yang dibalut perban, mengeluarkan darah.
Annisa tampak mengetik sambil menangis.
Mobil Tara masih terjebak macet, Akhirnya dia membuka pintu, keluar dari mobil.
Tara melanjutkan dengan berjalan kaki.
Tara sudah di jalanan menuju rumah.
Tara berjalan cepat.
Tara mulai berlari.
Tara semakin cepat berlari.
Rani melotot ke Annisa.
Adi melihat ke layar laptopnya.
73. EXT. HALAMAN RUMAH — SIANG
Tara dengan napas tersengal-sengal, tiba di depan gerbang. Dia berdiri menatap ke rumah dengan geram. Dia hendak menekan bel, tapi tidak jadi. Dia lalu mengeluarkan remote dari sakunya dan menekan tombolnya.
Gerbang terbuka.
Tara langsung berjalan cepat masuk ke dalam, menuju pintu.
Tara sampai di depan pintu, tangannya mencengkram gagang pintu. Namun, saat ingin membukanya, pintu terkunci.
Tara melotot marah.
74. INT. RUMAH. RUANG UTAMA — SIANG
Para Drafter sibuk mengetik.
DOK! DOK! DOK! Terdengar suara pintu digedor.
Semua menengok ke pintu kaget.
Adi menatap pintu, lalu menatap ke para Drafter. Tampak Annisa, Wira, dan Satria masih mengetik. Annisa mengangkat tangannya ke udara.
Annisa langsung jatuh terkapar.
Wira menjatuhkan tubuhnya ke belakang. Melihat ke tangannya yang berdarah, lalu tertawa.
BRUK! BRUK! BRUK! Terdengar suara Tara mendorongkan tubuhnya ke pintu. Rani panik.
Jaka beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju pintu. Sementara Adi menengok ke Satria yang masih mengetik dengan menggeram.
Satria fokus mengetik, memajukan wajahnya ke layar laptop.
Sementara Jaka sedang membuka slot kunci satu per satu selagi Tara masih mencoba mendobrak.
Jaka akhirnya selesai membuka semua slot kunci. Pintu terbuka dengan kencang.
Tara kaget mendengar itu. Dia melihat ke Adi yang duduk di mejanya. Adi melihat ke arahnya. Adi langsung berbalik menghadap laptopnya, dan memegang mouse.
Adi tetap menggerakkan mouse-nya. Tara menggeram kesal. Dia mendorong Jaka hingga jatuh.
Tara lalu berlari menuju Adi.
Tara berhenti di belakang Adi, di samping para drafter yang tepar di samping meja. Tara lalu mengeluarkan pistol dari dalam pinggangnya dan mengacungkannya ke Adi.
Semua tersentak kaget.
Rani dan Annisa yang tepar di karpet, langsung bangkit menjauh sambil teriak ketakutan. Sementara Wira tetap terbaring, hanya melotot kaget melihat pistol. Satria tercengang dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
Suasana tegang.
Para Drafter tegang menatap Adi. Adi masih menatap layar laptop. Tampak kursor sudah mengarah di tombol kirim. Hanya butuh satu klik.
Adi melihat ke kursor di layar. Ritme napasnya jadi cepat. Tara berjalan perlahan mendekati Adi, masih dengan mengacungkan pistolnya ke kepala Adi.
Tara semakin dekat, napas Adi semakin cepat. Jari telunjuk di atas klik kiri mouse tampak gemetar.
Akhirnya Adi mengklik.
Melihat itu, Tara langsung maju, mendorong Adi ke samping hingga terjatuh dan merebut laptopnya. Tara dengan panik melihat layar laptop. Tampak sudah terkirim.
Tara asal mengetik, panik.
Tara berbalik menghadap Adi yang terbaring di lantai. Tara melotot kesal, dia lalu mengacungkan pistolnya ke wajah Adi.
Adi tampak tegar, matanya menatap tajam Tara.
Tara menggeram kesal, lalu menarik kerah baju Adi dan mengangkatnya sampai wajah mereka berhadapan. Tara menatap melotot ke Adi sambil mengacungkan pistol ke dagu Adi.
Tara menengok, tampak Satria mengangkat naskah tebal yang ada di meja Adi.
Tara menggeram kesal.
Tara melepaskan Adi lalu merebut naskah itu dari tangan Satria. Namun, dia terkejut saat melihat sampulnya.
Tara masih bingung. Dia menengok ke Adi.
Adi berdiri menatap Tara dengan tenang.
Tara menghela napas. Dia melihat ke sekitarnya. Rani dan Annisa berpelukan ketakutan melihat ke arahnya. Tara sadar mereka takut dengan pistol di tangannya.
Tara lalu tersenyum ke Rani dan Annisa.
Tara kembali menyimpan pistolnya.
Jaka tampak sudah kembali berkumpul dengan para Drafter lainnya.
Wira mendekatkan dirinya ke Rani dan Annisa.
Tara lalu berjalan dan duduk di sofa seperti biasanya. Dia duduk menyender dan menarik napas untuk menenangkan dirinya. Adi lalu menyusul duduk di hadapannya, seperti biasanya.
Tara menatap Adi dengan pandangan seperti biasa.
Tara terkejut, dia memajukan tubuhnya.
Satria mendekat. Tara menatap Satria.
75. INT. RUMAH. RUANG UTAMA — FLASHBACK
Adi tersentak terpikirkan sesuatu.
Adi ke mejanya, dan mengambil naskah tamat (di scene 1). Semua terkejut melihatnya.
Satria pergi ke kamarnya. Para Drafter saling pandang bingung.
Tak lama kemudian Satria kembali dengan membawa naskah filmnya, "Kelak". Dia menaruhnya di atas meja. Semua bingung melihat naskah itu, kecuali Adi yang mengenalinya.
Semua kaget dan menatap Satria.
Semua diam, merenung. Wira menatap Satria.
Satria tersenyum.
Satria menatap Adi. Adi tersenyum.
Semua menyimak Satria, tapi Satria langsung menghadap Adi.
Adi tersenyum.
Satria tersenyum.
76. INT. RUMAH. RUANG UTAMA — PRESENT
Satria menghadap Tara.
Tara terkejut. Dia menatap Adi.
Tara kembali menyender ke sofa. Dia terdiam sejenak, berpikir.
Semua menatap Tara dengan tegang, menunggu jawabannya.
Semua tersenyum senang.
Tara beranjak dari kursinya, menjulurkan tangannya ke Adi.
Adi menatap bingung. Tara tersenyum. Adi menjabat tangan Tara.
Wira, Jaka, Rani, dan Annisa terbengong melihat itu.
Jaka, Wira, dan Annisa mengangguk.
Tara berjalan menuju pintu. Dia hendak keluar, tapi berhenti dan melihat ke banyak slot kunci. Tara menatapnya dalam-dalam.
Tara mengeluarkan pistol, menembak slot kunci hingga terlepas semua dan jatuh ke lantai.
Semua terkejut mendengar suara pistol.
Tara menyimpan kembali pistolnya lalu pergi.
Semua terbengong menatap pintu.
77. INT. CAFE — MALAM
Dinda duduk murung sambil mengaduk-aduk minumannya. Di hadapannya Mira melihatnya kesal.
Dinda masih mengaduk-aduk minumannya. HP-nya di atas meja menyala dan tampak ada chat dari Satria. Dinda melotot. Dia segera membacanya.
"Kalau kamu mau tahu apa yang aku rasakan, aku sudah tuliskan di sinetron Alkisah Cinta malam ini."
Dinda celingukan mencari TV, akhirnya ia menemukan TV di salah satu sudut ruangan. Dinda beranjak dari kursinya dan mendekati TV. Dia menghampiri WAITER yang ada di dekat TV.
Waiter mengangguk lalu mengambil remote TV dan mengganti channel TV ke yang menayangkan Alkisah Cinta.
Dinda serius menonton TV.
Di TV tampak Adam dan Hawa sedang berdiri berhadapan. Keduanya tampak sedih.
Adam tersentak.
Hawa menunduk sedih.
Hawa mendongak. Adam menggenggam tangan Hawa dan memandang matanya dengan tulus.
Hawa berkaca-kaca.
Dinda berkaca-kaca.
Dinda tersenyum, lalu tertawa. Matanya masih berkaca-kaca.
78. INT. RUMAH. RUANG UTAMA — MALAM
Adi dan Para Drafter sedang menonton TV Alkisah Cinta. Tampak Hawa tersenyum sambil menangis ke layar kaca.
Adam sumringah. Adam memeluk Hawa. Muncul tulisan, "Bersambung".
Rani dan Annisa tampak terharu.
Annisa mengangguk sambil meniupkan hidungnya ke tisu.
HP Satria menyala. Tampak Satria mendapatkan chat dari Dinda. Satria tampak tegang membuka chatnya. Ia menarik napas lalu menekan notifikasi chat itu hingga tampak isi pesannya...
"Kalau Adam bohong lagi dan tidak kembali, Hawa akan menyusul keluar negeri dan akan menghajar langsung Adam!"
Satria tersenyum lebar. Adi melihat itu ikut tersenyum, paham.
HP Adi berdering ada panggilan masuk. Dia melihatnya.
Semua tegang. Adi mengangkat HP-nya.
Adi menutup telpon. Dia memasang wajah sedih. Para Drafter menatap Adi tegang.
Semua terperanjat. Semua berpelukan bersorak. Adi ikutan. Kini dia tersenyum lebar di depan semuanya.
Lalu Rani tersentak, lalu melepaskan pelukannya.
Semua berubah sedih. Adi tersenyum.
Semua langsung memeluk Adi erat. Lalu mereka melepaskan pelukan itu. Adi menatap ke para Drafter.
Semua tertawa. Rani memukul Wira.
Semua tersenyum setuju. Wira membuang muka, menahan tangis.
Semua tertawa, Wira tertawa paling keras, Rani balas memukulnya.
Semua tertawa. Jaka mengangguk.
Annisa mengangguk.
Semua tertawa.
Semua terharu, menahan air matanya.
Wira mengambil kaleng minuman energi dari atas meja.
Satria mengambil kopi, Adi mengambil botol minuman mineral, Rani mengambil botol madu, Jaka mengambil teh dan jamu masuk angin, Annisa mengambil air kelapa hijau.
Mereka melingkar sambil memegang minuman mereka. Satria menatap ke para drafter lain.
Jaka, Wira, dan Rani saling pandang lalu tersenyum menatap Satria.
Wira dan Rani mengangguk, Annisa tersentak kaget. Wira mengangkat gelasnya.
Mereka bersulang. Segala jenis minuman itu beradu. TRANG!
79. EXT. KAMPUNG. RUMAH ADI — SIANG
TRANG! Suara kelereng beradu.
Tampak ANAK ADI (3) sedang main kelereng di halaman rumahnya, mulutnya sambil mengunyah makanan.
ISTRI ADI (35) duduk di teras rumah sambil memegangi piring makan anaknya.
Istri Adi melihat-lihat ke kejauhan, lalu perhatiannya tertuju pada sebuah sosok di kejauhan.
Istri Adi memicingkan matanya. Tampak sosok itu adalah seseorang yang ia kenal. Ia bangkit berdiri lalu berjalan mendekatinya. Sosok itu semakin dekat.
Kini tampak jelas itu adalah Adi. Istri Adi tercengang, dia menjatuhkan piring di tangannya. Dia menangis seraya tersenyum, dan berlari mendekati Adi.
Adi pun berlari menghampiri istrinya. Mereka bertemu dan berpelukan. Erat. Istri Adi menangis di pelukan Adi. Adi mencoba menahan untuk tidak menangis.
Istri Adi memeluk Adi semakin erat. Tidak mau melepasnya. Adi melihat anaknya.
Istri Adi melepaskan pelukannya. Dia tersenyum melihat Anaknya, dia mengangguk.
Adi tampak berkaca-kaca melihat anaknya. Dia berjalan mendekati Anaknya. Dia duduk berlutut di hadapan anaknya.
Anak Adi menatap Adi, lalu mengangguk. Dia mengambil sebuah kelereng lalu memberikannya kepada Adi. Adi membuka tangannya, menerimanya, matanya berkaca-kaca. Adi tersenyum bahagia. Dia mengusap lembut kepala Anaknya.
Adi memegang kelerang, siap menyentilnya.
80. EXT. HALAMAN RUMAH — SIANG
TIT! Suara kunci mobil.
Tampak Bimo membuka pintu mobilnya. Di belakangnya ada Annisa yang membawa barang-barangnya.
Bimo mengangkat barang-barang Annisa. Satria tampak tertawa melihat itu.
Bimo menyengir. Annisa malu, langsung masuk ke mobil.
Satria melihat ke kejauhan, tersenyum.
Bimo dan Satria tertawa.
Bimo masuk ke dalam mobil. Kaca turun. Bimo melihat ke Satria.
Satria tertawa.
Mobil mulai berjalan, Annisa melambaikan tangannya.
Satria melambaikan tangan seiring mobil pergi. Dia berjalan mengikuti sampai ke depan gerbang.
Dia berbalik menghadap gerbang, menatap rumah dengan penuh perasan nostalgia.
Satria menarik napas dalam.
81. EXT. KAMPUNG. RUMAH JAKA — SIANG
Jaka berdiri di rumah yang sedang dibangun. Dia tampak sedang berdiskusi dengan ARSITEK yang memegang blueprint desain rumahnya.
Jaka tersenyum bahagia menatap blueprint itu.
82. EXT. JALANAN INDAH — SIANG
Di jalanan yang dipenuhi keindahan pepohonan dan pemandangan laut di sekitarnya, sebuah motor ninja melaju.
Motor itu kemudian berhenti di sebuah tempat. Pengendaranya membuka helmnya, tampak dia adalah Wira.
Wira melihat pemandangan laut yang indah di hadapannya. Dia tersenyum bahagia sambil menepuk-nepuk motornya.
83. INT. RUKO — SIANG
Suasana ruko dengan barang serba ada. Tampak Rani sedang mengarahkan Para PEGAWAINYA untuk menyambut para PEMBELI. Rani mengusap keringatnya, tapi dia tersenyum bahagia.
84. EXT. HALAMAN RUMAH — SIANG
Satria menghela napas. Dia melihat ke langit yang cerah. Dia tersenyum bahagia. Dia berjalan masuk ke dalam rumah. Pintu gerbang perlahan menutup.
85. INT. RUMAH. RUANG UTAMA — MALAM
TEXT: 700 Episode Alkisah Cinta Kemudian.
Tara yang kini mengenakan baju lebih kasual, membanting naskah ke atas meja. Tampak sampul naskah berjudul "Menentang Hilang".
Di hadapan Tara, duduk Satria dengan rambut berantakan dan memakai penutup mata tidur di dahinya. Kantung matanya tebal, tapi sorot matanya penuh semangat.
Tara tertawa kecil, memundurkan tubuhnya sambil menatap ke langit-langit, merenung.
Tara tertawa.
Tara bangkit seraya mengambil naskah di atas meja.
Tara tersenyum.
Satria tertawa kecil. Tara mau melangkah pergi, tapi kemudian membalikkan badannya lagi.
Satria menengok ke samping. Tara ikut menengok.
Tampak 7 DRAFTER BARU tepar di depan laptop mereka. Di sekitar mereka berserakan bungkus makanan, gelas bekas kopi, bekas kaleng minuman energi.
Tara berjalan pergi melangkahi lantai yang penuh bungkus makanan, gelas bekas kopi, bekas kaleng minuman energi.
Satria duduk menyender di kursinya, menurunkan penutup mata di dahinya hingga menutupi matanya. Ia mengangkat kakinya lalu meletakkannya di atas meja agar bisa selonjoran. Lalu ia tidur dengan memiringkan tubuhnya ke arah TV di ruangan.
Kita melihat semakin dekat ke TV yang menyala menampilkan tayangan sinetron, adegan Adam dan Hawa menikah. Mereka mengenakan pakaian pengantin saling menatap bahagia.
Adam menggeleng.
Adam dan Hawa tersenyum. Muncul tulisan, "Tamat".
FADE OUT.