Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. INT. TOKO FOTOKOPI - DAY
ACT.1
Hari ini Endah jaga toko sendiri, Sandi masuk shift 2. Mereka sepakat untuk ganti shift sementara waktu. Sedangkan Alex sedang sibuk di toko beras Abah. Imam dan Yusuf sedang ada di rumah mereka, sambil melihat Mas Parto membenarkan listrik mereka.
Sejak dibukanya toko, Endah daritadi sibuk sendiri, sedangkan pelanggan semakin mengantri, terpaksa ada beberapa yang pulang karena mesin fotokopinya mendadak error.
Endah hanya bisa menerima pelanggan yang tidak fotokopi saja, aneh emang. Ia sudah beberapa kali menelepon Alex dan Sandi tapi berakhir tanpa jawaban. Sudah pukul 12 dan mesin masih error.
Akhirnya setelah beberapa pesan dan misscall. Sandi pun datang dengan muka lusuh dan baju yang belum sempat disetrika.
Sandi minta maaf berkali-kali kepada pelanggan yang sudah bete dan menyarankan mereka untuk pulang dulu kalau keperluannya untuk fotokopi; mungkin kalau print, jilid atau beli ATK masih bisa.
Sandi mengotak-atik mesinnya berkali-kali, sampai ia mengelilingi mesin sambil berpikir, setelah 3 kali putaran, matanya tertuju pada kabel yang belum tercolok. Ia mendesah kesal, berjongkok kemudian meraih kabel sembari menatap Endah yang tersenyum kikuk, merasa sangat bersalah karena harus memanggil Sandi di kala ia sedang beristirahat.
Sandi
Ngke mah tong waka panik, Ndah
(Lalu mencolokkan kabelnya pada saklar dan duduk)
Aya masalah, Ndah? Wios ku abdi weh heula. Kamu uwih weh, istirahat
(Endah hanya mengangguk dan berpamitan dengan wajah murung)
ACT. 2
Kejadian seperti itu, rupanya tidak terjadi sekali saja. Setelahnya, kerjaan Endah semakin ngawur, awalnya Sandi masih bisa memaklumi. Tapi, lama-kelamaan kesabarannya sudah habis. Bagaimana tidak, setelah kejadian kabel tak tercolok, besoknya Endah dimarahi orang asing rese yang suka marah-marah juga sama Sandi. Orang itu marah lantaran ia melamun kemudian memotokopi layar HP-nya si Pelanggan bukan memindahkan file-nya ke komputer dulu lalu print, setelahnya Endah salah memotong jilid dan malah kekecilan, lalu besoknya ia menukarkan hasil fotokopi pelanggan A dengan B. Alhasil mereka jadi berdebat hebat. Sandi berpikir hebat sambil memerhatikan gerak-gerik Endah, emang ada yang aneh. Pikiran Endah seperti melayang ke tempat lain dan ekspresi wajahnya pun seperti seorang maling yang sedang ragu-ragu.
2. EXT. PEKARANGAN RUMAH KONTRAKAN YAYAN – AFTERNOON
ACT.1
Akhirnya, Rasa penasaran itu membuat Sandi membuntuti Endah dan menitipkan toko pada Alex untuk sementara. Setelah dua hari membuntuti Endah, kebetulan shift mereka sekarang berganti. Sandi siang Endah pagi, atas permintaan Endah juga.
Sandi (Voice Offer)
Apa aku terlalu paranoid atau intuisiku ini benar, sejak Endah meminta bertukar shift denganku, sikapnya jadi aneh, apalagi seminggu setelah kejadian rumah Imam koslet.
Ada apa? Dan sekarang aku lihat Endah masuk ke rumah kontrakan orang aneh itu? Ada hubungan apa mereka berdua?
ACT.2
Sandi, mencoba mendekat, ingin tahu apa yang mereka berdua bicarakan. Ia mengintip lewat jendela, dadanya berdetak sangat hebat, adrenalin memompa ke seluruh tubuhnya. Ia melihat Endah, mengikat rambutnya sendiri. Sungguh tak biasa, rambut Endah biasanya digerai begitu saja. Dan orang aneh di sampingnya pun mengikat rambutnya.
Sandi (Voice offer)
Sebentar! Mereka berdua punya tatto yang sama? Di belakang tengkuk leher mereka? Sejak kapan, kok aku baru sadar!
(Sandi menyipitkan mata, untuk melihat lebih jelas tatto-nya)
Bunga Marigold? Shit, ini sudah terlalu gila
(Samar-samar, Sandi bisa mendengar percakapan mereka, walau mereka berdua memunggungi Sandi pada akhirnya)
Yayan
Ndah, maneh cocok menang piala Oscar
Endah
Muhun, atuh, Kang. Saha heula caroge na. Kang Yayan
(Yayan terkikik sadis, kemudian merangkul Endah)
Yayan
Omat, Ndah. Ulah asa-asa pedah geus deket jeung target terakhir eta. Inget ka tujuan mimiti, ulah kagoyahkeun kunanaon
(Endah hanya bisa mengangguk lalu menyenderkan kepalanya)
ACT. 3
Sandi yang mendengar semua itu, mulai pusing. Pandangannya sedikit kabur dan tubuhnya gemetaran. Ia mundur pelan-pelan, namun menginjak sebuah botol plastik sehingga suara nyaring itu memecah keheningan. Sandi tersentak, saat sadar, tubuhnya langsung refleks dan berusaha untuk melarikan diri dari tempat terkutuk itu.
Sandi berlari, sebelum Endah dan Yayan keluar.
Yayan
Budak eta deui, Ndah. Ceuk Akang ge budak eta nu paling ikut campur. Kuduna disingkirkeun heula
(Mereka berdua keluar, sembari menatap punggung Sandi yang sedang menggoes sepedanya dengan kecepatan maksimal)
Endah
(Wanita itu menelan ludahnya, matanya agak bergetar)
Sandi, akang. Endah tos paham karakter na, moal ikut campur budak eta mah, tenang weh
Yayan
(Yayan meraih pipi Endah, memencetnya begitu keras, sehingga Endah menggeliat kesakitan hendak keluar dari kesengsaraan itu)
Endah, Endah. Didieu mah teu narima kesan subjektif. Lancarkeun misina weh, lamun gagal, apal mereun konsekuensi na naon?
(Endah mengangguk, air matanya mengalir. Yayan melepaskan cengkraman di pipinya dengan keras lalu mencibir)
3. INT. TOKO FOTOKOPI – NIGHT, MORNING
ACT.1
Sandi melemparkan sepedanya begitu saja, berlari tunggang langgang memasuki toko yang saat itu sedang sepi. Alex terkejut, menyimpan HP yang ada di tangannya, menatap Sandi penuh curiga.
Sandi membungkuk layaknya sedang rukuk, terengah-engah penuh keringat.
Alex
Aya naon, San? Di udag anjing?
Sandi
(Masih dengan posisi yang sama)
Leuwih serem ti eta
(Lalu ia mendongak, meluruskan posisi tubuhnya. Sorot matanya serius menatap ke arah mata Alex, mencari jawaban)
Maneh kenal Endah timana?
Alex
Endah? Kan urang geus ngomong, sasakolaan jeung arurang, pikun
Sandi
(Ia menelan ludah, menggelengkan kepalanya)
Lain eta, maksudna, saha nu ngahubungi mimiti terus ngajak gawe
(Alex seperti sedang mengingat kejadiannya)
Alex
Ah! Endah tiba-tiba nanyakeun lowongan di fotokopi. Ceunah mah dipecat dipagawean kamari, kasir mini market
Sandi
Dipecat na kunaon?
Alex
(Ia berlari kecil ke arah Sandi, menoyornya)
Nu urang siah eta mah, incaran ti baheula. Tong diembat ku wibu
Sandi
Urang keur teu hereuy, ASEP
Alex
(Terkesiap)
Biasa weh atuh, ngomongna mah resign pedah nombokan wae. Wajar sih, saha jelema na nu kuat nombokan tiap gawe, watir, kan?
(Sandi menutup wajah dengan kedua telapak tangannya, seolah-olah tak percaya dengan pikiran yang baru saja terlintas)
Gelo maneh, San. By the way, ongkoh geuring naha abus gawe? Maghrib deui datang na? Kalaparan eweuh nu masak di imah?
Sandi
(Ia duduk di kursi staf, menatap jalanan untuk beberapa saat sementara Alex tak berhenti bicara, ia baru tersadar saat sebuah benda berkilau berada tepat di depan matanya)
Urang can siap, Lex. Ulah ayeuna, ngke weh
Alex
Anying, lain jang ngalamar maneh, San. Ieu cincin jang ngalamar Si Endah. Kira-kira alus teu ceuk maneh
Sandi
(Ia melengos, hatinya berat)
Jeung saha wae ge sok asal ulah jeung Si Endah
Alex
(Ia beranjak dari duduknya, memegang kedua bahu Sandi dan mencoba menatap kejujuran mata Sandi)
Teu lucu, Bray, karek yeuh urang serius soal nu kieu
Sandi
(Menepis kedua tangan Alex yang ada dibahunya)
Urang ge serius!
(Nadanya meninggi, itu di luar kuasanya)
ACT. 2
Imam dan Yusuf tiba-tiba saja datang, sembari membawa tas ransel berisikan baju. Pasalnya rumah mereka belum selesai masa perbaikan. Sedangkan hari sudah mulai gelap, terpaksa ia harus menginap di rumah Sandi atau Alex.
Tapi, betapa kaget bapak dan anak itu saat mereka melihat ketegangan diantara Sandi dan Alex, bak film-film laga saat sang jagoan hendak melawan musuh.
Imam berdeham dan Yusuf yang belum peka terhadap hal-hal semacam itu pun menyapa mereka dengan riang. Alex dan Sandi menoleh sebentar, menyapa Yusuf sekenanya.
Imam
Aya naon ieu, eh, urang jeung Yusuf ngilu deui sare nya, can bener yeuh listrik na
(Imam nyengir, Yusuf sudah mulai sadar akan suasana sebab Alex tak biasanya menyapanya dengan dingin. Yusuf mencengkram celana Imam, takut)
Hayu tutup weh da sepi, geus jam 8 oge
Alex
Maneh teu resep urang ngalamar Si Endah, San? Maneh resep? Apal urang ge
Sandi
Tong sok tahu lah, ngabelaan awewe kitu teh keur naon coba? Awewe teu baleg siga kitu ge dibela nepi ka kieu
(Sebuah tonjokkan melayang ke pipi Sandi, Imam dan Yusuf terkejut dan Imam mencoba melerai mereka berdua. Namun, suasana malah makin sengit)
Imam
(Tertawa sarkas, matanya beredar ke sekitar, sementara Sandi memegangi pipi sakitnya, ingin membalas tapi tangannya dipegangi Imam dan Alex mundur saat Yusuf memegang celananya)
Puluhan tahun sobatan, klise pisan lamun hancur pira kieu
(Sandi berusaha melepaskan genggaman Imam dan berhasil, ia menerjang Alex dengan sangat agresif, Imam berlari menyelamatkan Yusuf, menggendongnya dan mundur sedikit dari kekacauan itu)
Alex
(Alex masih tertawa sarkas, itu membuat amarah Sandi semakin memuncak, dihajarnya Alex berkali-kali, sampai Yusuf berteriak dan Imam menangis diam-diam sambil menutup mata Yusuf)
Sakieu wae, San? Sakieu!
Sandi
Kereut ceuli urang, Lex. Kereut! Maneh bisa menangkeun leuwih ti Si Endah! Pikirkeun heula, watir Si Abah
Alex
Cih, God Complex, selalu weh hayang rencana maneh na hungkul nu berjalan. Hirup di bubble na sorangan, lamun aya nu meletuskeun siga ayeuna langsung tantrum, tata surya teh teu muter ka maneh hungkul, San. Tong egois.
Sandi
Maneh nu hese dibere nyaho, Lex. Lahir ti keong emas, ngan loba ngeluh. Nu menderita lain maneh hungkul, Lex! Ulah playing victim wae. Sakali-kali tingali kaadaan sekitar, tingali abah maneh
Alex
(Ia mendorong tubuh Sandi yang ada di atasnya, sehingga Sandi terjatuh ke lantai)
Maneh selalu sirik ka urang gara-gara urang boga Abah, kan! Apal urang ge mun Keluarga maneh geus siga kapal pecah tanpa nahkoda, tapi tong ngalimpahkeun ka urang oge atuh. Emang teu berat mamawa keong emas? Maneh nganalogikeun urang siput, oke, tapi maneh apal teu beratna emas eta bagi si siput? Sameter ge bisa ditempuh berhari-hari. Sacape eta urang ngajalani hirup, hiji pamenta urang, ulah ngusik Si Endah
Imam
Geus! Stop!
Sandi
(Alex terdiam, menunduk. Sedangkan Sandi menghampiri Imam, matanya merah)
Maneh ge eweuh beda na, Mam. Lamun urang ngomong Si Endah orang jahat, maneh ge teu percaya, kan?
Imam
Geus, San. Aya Yusuf, teu alus
Sandi
Justru urang mbung anak urang, Yusuf, jadi...
Imam
San, lamun maneh kesepian, tong nyieun drama siga kieu, urang paham
Sandi
(Merengut, merasa terhina)
Oh, kitu. Imam Si relijius
(Tersenyum sinis)
Kabeh ge apal, Mam. Penderitaan maneh teh karma sabab maneh baheula na bangor pisan, dosa hamil di luar nikah, tong sok suci lah
Imam
(Matanya melotot, Yusuf menangis sejadi-jadinya, ia berlari sambil menggendong Yusuf. Alex berdiri, memegang satu bahu Sandi)
Alex
Keterlaluan, San
(kemudian mendorong bahu Sandi sekuat-kuatnya, sampai Sandi terperosok ke lantai dan Alex pun meninggalkan Sandi seorang diri)
ACT. 3
Sandi, menahan perih dihatinya. Sembari menutup rolling door dari dalam. Seakan langitnya runtuh, ia duduk di pojok ruangan, meringkuk di dinginnya ubin lantai toko. Kepalanya menunduk, kemudian tangisnya pun meledak.
Sandi (Voice Offer)
Kenapa? Di saat aku ingin melakukan sesuatu di luar kebiasaanku, keluar dari zona nyamanku? Semua orang menghakimi dan tak satu pun yang percaya padaku. Bagaimana seharusnya aku bersikap? Apa aku harus bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa?
Tapi!
Bagaimana jika Yusuf menjadi korbannya
ACT. 4
Sandi berada di posisi itu entah sudah berapa lama, karena saat ia bergerak sedikit, tubuhnya terasa pegal. Pandangannya pun buram, samar-samar ia mendengar suara rolling door dibuka.
Ia mendongak pelan-pelan, kondisi Sandi sudah tampak kaya gembel.
Sosok itu mendekat, disodorkannya teh hangat. Sandi meminumnya, tenggorokannya nyaris radang sebab menangis semalaman.
Sandi
Abah...
(Abah Gusman hanya tersenyum simpul, ia duduk lesehan di sampingnya)
Abah
Wios dinten ayeuna mah, toko ku Abah heula, Jang
Sandi
(Spontan, Sandi menegakkan badannya. Menoleh ke arah Abah, berusaha menelisik ekspresinya)
Lamun seluruh ayah di dunia siga Abah, mereun moal aya perbuatan nu amoral, Bah
(Abah tersenyum iba, sudah paham akan situasinya)
Abah
Abah, ngartos, masalah Asep, Imam sareung Sandi mah masalah biasa mun wargi mah. Berlalu, asal tiasa nurunkeun ego weh. Ayah nu siga Abah minoritas, tapi kan Sandi, Imam sareung Asep tiasa mewujudkeun eta ka Yusuf. Anggap weh, Sandi berhutang maaf ka Yusuf, perbaiki hubungan supaya Yusuf gaduh pun rama siga Abah
(Sandi lalu beranjak, hendak pergi)
Abah tos terang masalah na ti Imam, tadi subuh Abah pendak di masjid. Saur na listrik di bumi na teu acan hurung, jadi ngendong di masjid itung-itung itikaf.
Omat, San. Sakuat naon eta hubungan, tiasa goyah ku cariosan
(Sandi mengangguk, kemudian berlari tunggang langgang menuju masjid)
4. EXT. PELATARAN MASJID – MORNING
ACT. 1
Sandi dengan langkah yang pasti, pun dengan kecepatan yang ekstrim tanpa sepedanya, berlari menuju masjid tanpa berpikir panjang.
Saat tiba di sana, ia melihat Imam yang sedang tertunduk lesu dan Alex seperti sedang marah-marah tak jelas.
Sandi menatap mereka dengan lekat-lekat, berusaha mencari keberadaan Yusuf. Ketakutannya menyeruak ke seluruh tubuh, tapi ia ragu untuk melangkah maju dan menemui keduanya.
Maka, ia memutuskan untuk bersembunyi di semak-semak, supaya Imam dan Alex tak mengetahui keberadaannya. Ia mencoba menguping percakapan mereka.
Alex
Mam, tadi terakhir maneh ningali Yusuf di mana?
(Deg, hati Sandi terasa ngilu mendengarnya)
Imam
Tadi mah ijin ka WC, Lex
Alex
Oke, tenang! Tenang! Tong panik!
Imam
Maneh nu titadi panik, Lex!
(Imam menarik tangan Alex)
Geus ayeuna mah urang sortir semua pelosok tempat, nyasab sigana
(Mereka berdua pun keluar dari pelataran masjid, Sandi menelan ludahnya sembari mengikuti mereka berdua dari belakang)
Pak, titip barang-barang abi heula, nya
Alex
Tadi ningal Yusuf jalan ka mana teu, Pak?
(Mereka berbicara pada marbot masjid)
Marbot
Teu dilarang da tadi teh pergi na sareng eneng nu di fotokopian
(Alex dan Imam pun bernapas lega)
Imam
Tuh, kan, matakna tong panik heula
Alex
Atuh da song ngahariwangkeun
(Mereka berdua, tertawa geli. Menuju toko fotokopi)
Nya, geus ayeuna mah ka fotokopian weh. Ngke kedeung deui ge kadinya mereun Endah jeung Yusuf
Imam
(Berhenti sejenak, mematung)
Urang can siap panggih Si Sandi
Alex
Tadi Abah ngabaran lamun Si Sandi geus balik
ACT. 2
Sandi terpaku di tempatnya, memandangi sosok Alex dan Imam yang semakin menjauh. Ia berusaha mencerna informasi barusan, matanya lama-lama semakin membesar ketika otaknya telah mampu memproses semuanya secara lengkap.
Sandi (Voice Offer)
Yusuf? Sedang bersama Endah tanpa pengawasan. Endah yang kemarin merencanakan kejahatan dengan pria bernama Yayan itu? Tidak! Ini tanda bahaya, tidak!
Aku harus ngapain, Sandi, berpikir, Sandi!
Nah! Aku akan menghentikan semuanya seorang diri dan datang ke rumah kontrakan itu, demi anakku, Yusuf
Abah pun percaya padaku
Tunggu, Om Sandi, Dek
ACT. 3
Episode kelima juga di tutup dengan Sandi yang duduk di depan laptop kamarnya, hendak membuka laptop dengan memasukkan kata sandi-nya ‘Udang di balik batu’. Adegan tersebut diambil dari belakang, tetapi saat Sandi mengetik, kamera hanya fokus pada layar.