Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. EXT. PELATARAN MASJID – MORNING
Yusuf
Kita mau ke Om Sandi-nya kapan, Bi?
(Imam mengangguk, fokus ke laptopnya)
Kapan?
Imam
Sabar, bentar lagi beres
Yusuf
Kerjanya kok di sini? Biasanya di rumah?
Imam
Kan, Yusuf tadi lihat sendiri, rumah kita lagi gelap
(Yusuf semakin bingung)
Abi, lagi nyari tempat yang enak buat kerja lagi
Yusuf
Di fotokopian Om Sandi aja, Bi! Di sana juga enak
(Imam mendesah, memang Yusuf itu termasuk anak yang persisten)
Imam
Di sana kurang tenang, lagian fotokopian buka Jam 10, Dek
Yusuf
Ya, udah. Abi kerja aja di sini. Nanti Om Sandi lewat, Yusuf mau ikut ke sana
(Imam hanya mampu menatap Yusuf dengan tatapan kagum, anaknya sudah bisa memecahkan masalahnya sendiri)
ACT.1
Imam pun memberi kabar terlebih dulu pada Sandi, terkait keinginan Yusuf nebeng ke toko, sekaligus menitipkannya sebentar, sementara ia bekerja mengejar deadline.
Tak selang beberapa lama, Sandi pun datang, ia menghampiri keduanya di pelataran masjid.
Sandi
Yucup!
(Sapa Sandi, agak riang)
Mam, naha gawe didieu?
Imam
(Melepaskan pandangannya dari laptop)
Listrik koslet, tukangna keur libur jadi can dibenerkeun. Kapaksa weh ngerjakeun didieu, sakalian numpang charge
Sandi
Di toko weh atuh
Imam
Moal fokus, San. Titip Yusuf weh, teu nanaon?
Sandi
Kalem, da Si Alex ge keur rajin ayeuna mah ka toko
Imam
Endah, Si faktor X? Kumaha gawe budak eta, alus?
(Sandi duduk di samping Yusuf, yang sedang menyanyi entah lagu apa)
Sandi
Kitu weh, can sabulan-bulan acan atuh da.
Kadang lemot kadang cekatan, tapi pinter adaptasi, lah
Imam
Syukur atuh
Sandi
Aya naon kitu? Tumben nanyakeun
(Imam menunjuk ke arah Yusuf yang cengar-cengir tanpa rasa bersalah)
ACT.2
Sandi membawa Yusuf menaiki sepedanya, mereka berdua melaju ke arah toko fotokopi. Sedangkan Imam mengamati punggung mereka dengan takzim. Ia merapikan kacamata minus yang ia pakai saat mode bekerja saja.
Imam (Voice Offer)
Syukur adalah kata lain dari cukup, maka, ketidakpastian apa yang menimbulkan rasa penasaran yang tak pernah ada sejak lama ini. Rasa ingin bertanya banyak hal akan sesuatu. Seolah akan terjadi hal besar yang tak aku inginkan ke depannya.
Mungkin rasa itu mulai hadir saat Yusuf sudah mulai menanyakan banyak hal yang bingung kujawab.
Imam, namaku. Begitulah kedua orang tuaku menyelipkan do’a melalui nama itu, mungkin agar aku menjadi pemimpin di hidupku sendiri dan hidup Yusuf.
Hidup sebatang kara, di negeri rantau. Sanak saudara ada di Jawa Tengah, setelah kedua orang tuaku sakit-sakitan dan meninggal saat aku memutuskan untuk nikah muda. Istriku, Ratna. Meninggal setelah melahirkan Yusuf. Kini aku mengandalkannya, sebanyak dia mengandalkanku. Maka, sikap kebergantungan itu aku redam dan berusaha untuk lebih dekat dengan Islam.
Selain itu aku merasa lebih utuh, sebab ketergantungan ini sekarang sudah mulai jelas pegangannya.
ACT.3
Imam kembali fokus pada laptopnya. Tubuhnya sedikit membungkuk, ia sedetik meminimize laman pekerjaannya, dan melihat senyum Yusuf yang merekah di wallpaper desktop, menularkan senyum yang sama di bibirnya. Allah mengambil 3 orang yang ia sayang, dan memberikan 3 orang yang ia sayang juga; Yusuf, Sandi, dan Alex.
Kemudian ia mengganti wallpaper-nya dengan foto mereka berempat. 3 sekawan dan satu anak kecil di tengah.
2. INT. TOKO FOTOKOPI – DAY
ACT. 1
Sandi menurunkan Yusuf dari sepedanya, lalu memakirkan kendaraan tersebut. Bersiap-siap untuk membuka rolling door toko. Yusuf sedang asyik dengan HP Sandi. Terkadang anak itu lebih suka dititipkan ke Sandi atau Alex, karena mereka lebih luwes serta memberinya akses internet. Sementara Imam lebih kaku.
Sandi
Yucup, sini, sini, bantuin Om
(Mereka masuk ke toko dan Yusuf menyimpan HP-nya di meja toko, kemudian dia membantu Sandi membereskan beberapa ATK)
Makasih, Dek. Mau apa?
(Yusuf menggeleng, matanya seperti mencari sesuatu)
Mau baca komik? Hm, Teh Endah belum dateng, nanti siang
Yusuf
Oh, Om Alex?
(Tangan Yusuf tak bisa diam)
Sandi
Yusuf gak suka kalau sama Om Sandi aja, ya?
(Mata Yusuf melotot, tak bermaksud seperti itu)
Yusuf
Enggak Om, bukan itu. Yusuf bosen...
Sandi
Padahal baru 5 menit, Dek. Biasanya kamu anteng ah. Tuh ada komik di atas meja. Atau main HP sok aja. Om, mau kerja dulu. Nanti Om Alex ke sini bentar lagi bawain jajanan
ACT. 2
Sandi bergerak ke arah depan etalase toko, meninggalkan Yusuf yang akhirnya bisa membunuh kebosanannya dengan HP-nya lagi. Sandi melirik, merasa lega. Akhirnya bisa fokus kerja.
Orang Asing
Kang, ieu fotokopi sampe jam 10 malem?
Sandi
Nya, bade motokopi naon, A?
Orang Asing
Naha kitu, Kang? Ah teu jadi atuh
Sandi
Hah?
Orang Asing
Lami pisan, Kang! Di tempat lain mah biasana 5 menit
(Raut wajah Sandi berubah secara drastis, muram)
Hereuy atuh, Kang! Meuni jualan tutut wae
Sandi
Butuh naon, A?!
(Ia mulai geram, sementara Yusuf yang ternyata memperhatikan dia sejak tadi, ikut cengengesan seperti si pelanggan)
Orang Asing
Hoyong surat lamaran sareng daftar riwayat hidup weh
Sandi
Pantes, pengangguran, garing pisan
(Sandi bergumam sembari memilih barang-barang itu di etalase)
Orang Asing
Kadangu, Kang
(Senyum orang asing itu hilang, killing the vibes. Suasana kikuk sampai pelanggannya pergi)
ACT. 3
Sandi duduk di sebelah Yusuf, mengacak-ngacak rambutnya. Ia memijat keningnya, pelanggan SKSD memang di Bandung itu lumayan marak. Dan Sandi paling benci untuk menanggapinya. Sandi ikut menonton apa yang sedang di tonton Yusuf. Kemudian, suara nyaring terdengar memasuki toko.
Alex
Barudaks! Seleb tiktok bawain kalian batagor! Say Thanks!
(Keceriwisan Alex memecah keheningan, Yusuf sedikit membanting HP Sandi, yang membuat Sandi agak kaget. Yusuf berlari memeluk Alex bak pertemuan yang haru)
Yucup, kayanya kangen banget sama Om Alex? Pasti bosen, kan, daritadi sama Om Sandi?
(Yusuf tak menjawab, dia malah fokus pada keresek jajanannya saja)
Sandi
Yusuf mah hayang jajanan na hungkul, lain kangen ka maneh, Lex. Tong sok pede heula lah
Alex
Aslina eta teh, San?
(Nadanya sarkas, kemudian ia mencari tempat duduk)
Sini, Yucup, mam dulu
Sandi
Dih
ACT. 4
Mereka bertiga makan dengan sangat lahap, tertawa sesekali dengan jokes-jokes jamet Alex atau jokes sarkas Sandi. Setelah beberapa saat, Sandi kembali bekerja, sementara Alex mengasuh Yusuf.
Endah
Siang, sadayana!
(Dengan riang Endah memasuki toko, menenteng bekal makan, Alex melihat ke jam tangannya)
Alex
Masih jam 1, Ndah? Giat pisan
Sandi
Lah, tiap hari ge urang jeung Endah mah kerja sejam sa acan shift mulai, sok pura-pura
Alex
Sensi wae, San. Poe ayeuna mah? Eh, naha Si Imam can lewat ngajak shalat dzuhur jamaah, nya? Geuring eta budak?
Sandi
Gusti, karek ngeuh titadi teh. Imam geus di masjid, WFH diditu-
Alex
Kunaon?
Sandi
Tuh da sok motong wae, Imah na koslet
Alex
(Alex melirik ke arah Yusuf, sementara Endah sedang bersiap-siap untuk bekerja)
Ih, Yusuf nanti malem gimana dong?
(Wajah Yusuf murung, dia tak suka ruangan gelap)
Dek, kamu gak suka ruangan gelap, gimana kalau nanti malem nginep di rumah Om? Ada Abah Gusman, lho!
(Kini sorot mata Yusuf mulai berbinar, lalu matanya menatap Sandi bak meminta izin)
Yusuf
Tapi, Abi sama Om Sandi ikut, ya?
(Alex menimang-nimang, fokusnya teralihkan saat Endah akhirnya menghampirinya, kemudian menaruh sebuah bekal)
Endah
Kalian makan dulu atuh, ya?
(Yusuf langsung menggeleng, memegang perut tanda kekenyangan)
Sandi
Wareug teuing eta budak, sok weh di makan ku Endah
(Endah agak kecewa, pasalnya dia sudah susah payah memasak bekal itu. Alex seperti ingin menebus dosanya karena membuat Endah kecewa, maka sebuah ide muncul)
Alex
Endah, kumaha lamun kamu ge ngiring ngendong di bumi, AA?
(Semuanya terkejut, kecuali Alex yang mesam-mesem)
Sandi
Gelo maneh mah, Lex
Yusuf
Huwaaa! Hayu, Teh!
Endah
(Tersenyum kikuk, tak mampu berbicara untuk waktu yang agak lama)
Ehm, teu acan tiasa, punten pisan, A Alex
(Yusuf dan Alex kecewa, bahu mereka ambruk. Sedangkan Sandi mengembuskan napas lega)
Sandi
Wajar, Ndah. Ini mah pesta bujang da, termasuk Si Abah
(Sontak semua tertawa begitu saja, suasana cair lagi)
3. INT. MASJID – TOKO FOTOKOPI– AFTERNOON
ACT.1
Imam memejamkan matanya, hari sudah sore dan ia bebenah untuk menjemput Yusuf yang masih ada di toko fotokopi. Imam merenung sejenak, pertanyaan pun mulai muncul, bagaimana ia dan Yusuf tidur malam ini, sedangkan rumahnya pasti gelap. Mungkin, cara konvensional ada gunanya, alias memakai lilin.
Imam berjalan meninggalkan masjid, langit sore itu sangat menawan. Dilihatnya Yusuf yang sedang melambaikan tangan sangat antusias padanya dipangkuan Endah. Sementara Alex dan Sandi seperti sedang berdebat.
Imam
Assalamualaikum
(Endah dan Yusuf menjawab salamnya, sedangkan Sandi dan Alex masih sibuk sendiri, Imam berdiri diantara keduanya bagai wasit tinju)
Woi, bubudakeun pisan, era atuh ku Yusuf jeung Endah. Aya naon sih?
Yusuf
Om Alex ngajakin nginep di rumahnya, tapi Om Sandi nawarin di rumahnya aja. Jadi mereka kaya gitu terus daritadi
(Endah hanya terkikik, Imam menepuk dahi sebelum memisahkan keduanya, dengan berdiri di tengah mereka)
Imam
Mun rek ngendong mah mending di bumi Abah Gusman, saurna si Abah kangen ka Yusuf. Sepakat?
(Alex dan Sandi terdiam sebelum melirik Imam, mereka akhirnya mengangguk. Alex semringah semangat, Sandi agak kecewa.)
4. EXT. JALAN KE RUMAH ALEX – AFTERNOON
ACT.1
Mereka berempat berpamitan pada Endah untuk menuju rumah Abah, langkah kaki Sandi agak lambat sementara tiga orang lainnya berada di depannya bak keluarga harmonis. Tiba-tiba Imam berbisik pada Yusuf, bocah itu menengok ke belakang lalu berlari menghampiri Sandi dan menggandeng tangannya.
5. INT. RUMAH ALEX – NIGHT
ACT.1
Mereka berempat tidur lesehan di ruangan tengah, sembari menatap plafon rumahnya, Abah Gusman sudah tertidur sambil ngorok di kamarnya, sesekali ngoroknya bernada tinggi sehingga membuat mereka tertawa bersama.
Yusuf
Temen-temen Yusuf, selalu iri sama Yusuf
(Alex yang berada di sebelah kanan Yusuf pun menoleh, Imam sejak tadi memang sudah menatap Yusuf sedangkan Sandi sudah memejamkan mata, pura-pura tidur padahal sedang bermeditasi saja)
Alex
Bagus, emang mereka harus iri sih. Yusuf pinter, ganteng, soleh juga
Imam
Kenapa gitu, dek?
Yusuf
Kata mereka Yusuf punya banyak ayah, ditambah Abah yang keren-keren
(Alex sang melankolis pun sudah di ujung tangisnya, Imam tersenyum bangga, sedangkan Sandi seperti sedang menunggu kalimat tambahan dari Yusuf)
Tapi, mereka juga bilang kalau punya ayah banyak bakal kalah sama yang punya ibu dan Yusuf belum pernah punya ibu
(Alex panik, Imam setengah memeluknya dan Sandi hanya bisa berdeham)
Imam
Yusuf punya ibu, beliau selalu perhatiin di syurga. Kita bisa ketemu beliau kalau kita berdo’a cukup keras sama Allah
Sandi
Ibu Yusuf lagi istirahat sebentar, kalau udah waktunya kamu bisa ketemu dan ngerti kok
ACT. 1
Suasana haru itu pecah saat suara nyaring ngorok Abah Gusman terdengar sampai ruang tamu, mereka berempat tertawa lagi dan melupakan sejenak topik berat tersebut. Mungkin karena kelelahan, Yusuf akhirnya tidur duluan, Alex pun menyusul setelahnya.
Hanya ada Sandi dan Imam yang masih terjaga, Imam membenarkan selimut Yusuf dan Alex. Suasana mulai agak canggung.
Imam
Nuhun, Bray. Tadi geus mantuan ngajelaskeun
Sandi
(Sandi menoleh ke arah kirinya, raut mukanya masih datar)
Tong kitu ah, ngewa. Yusuf ge kan anak urang, Mam
Geus kuduna, Naon gorengna teu boga indung? Ti orok ge Yusuf diasuh ku arurang teu kurang kasih sayang sama sekali, kan
Imam
(Mendesah keras)
Nya oge sih, tapi mun dipikir deui, Yusuf ge tetep butuh sosok ibu
Sandi
Pantes, Yusuf apet pisan ka Endah
(Imam tersenyum malu)
Imam
Pokona nuhun nya, Mam. Alex ge nuhun. Mun eweuh maraneh, teuing kumaha urang rek bertahan selama ieu
(Sandi berpura-pura tidur, tapi senyum merekah muncul)
Sandi
Geus ah geura sare, tong sok puitis
Imam (Voice Offer)
Benar kata Sandi, aku sudah bertahan sejauh ini. Bahkan berdiri di tengah badai pun aku sanggup melewatinya, Kelemahan dan keraguan hati ini hanya proyeksi dari kerinduanku akan sosok seorang istri dan ibu dari anakku. Semua fase itu kulewati lebih ringan berkat bantuan Sandi, Alex dan juga Abah Gusman.
ACT.2
Pikiran Imam mulai flashback ketika Yusuf masih balita dan sering menangis, di rumah kontrakan kecilnya. Sandi menggantikannya mengasuh Yusuf, sementara Alex sudah kelelahan di tempat tidur.
Ada rasa bersalah di dalam hatinya, melihat kedua sahabatnya ikut ke dalam masalahnya seperti ini. Sedangkan dia, sedang fokus mengikuti ujian secara online. Bagaimana pun dia harus menyelasaikan studinya. Dengan beban seorang anak bayi, Imam bisa menyelesaikan sekolahnya sampai tingkat sarjana sembari freelance juga.
Mengingat masa itu, hatinya selalu bercampur aduk. Untuk sampai di titik ini, sudah banyak tali yang ia simpulkan, walau ada beberapa yang putus di tengah jalan.
Imam menutup matanya pelan-pelan, sebuah do’a menelisik malam itu.
ACT. 3
Episode ketiga juga di tutup dengan Sandi yang duduk di depan laptop kamarnya, hendak membuka laptop dengan memasukkan kata sandi-nya ‘Paradigma’. Adegan tersebut diambil dari belakang, tetapi saat Sandi mengetik, kamera hanya fokus pada layar.