Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
45. INT. RUMAH FANDY - KAMAR. DAY
Alarm ponsel Fandy bergetar dan berbunyi menunjukkan pukul 7 pagi. Ia meraih ponselnya dan mematikan alarm. Fandy melanjutkan tidurnya berharap Caca membangunkannya. Hingga beberapa saat kemudian Fandy bangun dengan terburu-buru.
CUT TO:
46. I/E. KIDDYSHUIS DAY CARE - PARKIRAN - DALAM MOBIL. DAY
Fandy masuk ke dalam mobil dan melihat ponselnya yang tertinggal di dalam mobil berdering. Ada paggilan dari Pak Iman kemudian berhenti. Fandy mengecek sudah ada 4 panggilan tidak terjawab dari Pak Iman. Fandy langsung menelpon balik.
FANDY
"Halo, pak. Maaf HP saya tadi tertinggal di mobil."
(beat)
"Baik pak. Saya segera ke kantor."
Setelah mengakhiri panggilan, Fandy melihat ke depan memikirkan sesuatu.
CUT TO:
47. INT. KANTOR - KANTOR UTAMA. DAY
Fandy berdiri di depan printer menunggu seluruh halaman berhasil tercetak. Ia terlihat tidak tenang dan sesekali melihat jam yang 5 menit lagi pukul 10 pagi.
PAK IMAN
"Fandy! Sudah belum?"
Pak Iman berjalan mendekati Fandy dan Fandy mulai sedikit panik.
FANDY
"Ini Pak masih saya print."
PAK IMAN
"Haduh.. cepet ya! Bentar lagi saya ketemuan sama tim teknis. Saya tunggu pas jam 10 di meja saya. Tidak boleh terlambat!"
(beat)
"Ohya kebutuhan klien terbaru sudah kamu terjemahkan ke bentuk data belum?"
FANDY
"Astaga, saya lupa pak. Saya kerjakan setelah ini ya."
PAK IMAN
"Kok bisa lupa? Gimana mau jadi PM kamu kalo kerjaan sendiri aja masih lupa. Saya nggak mau tau, jam 10 semua selesai!"
Pak Iman pergi. Fandy terlihat gugup. Orang-orang sekitar ada yang melihat ke arah Fandy dan ada yang tidak peduli.
CUT TO:
48. INT. KANTOR - KANTOR UTAMA. DAY
Fandy berjalan menuju meja Pak Iman dengan membawa lembaran proposal dan lembaran analisis data. Ketika sampai, ia endapati meja Pak Iman kosong. Hanya ada laptop menyala dan berang-barang Pak Iman.
Fandy bertanya kepada pegawai yang berkerja disebelah meja Pak Iman.
FANDY
"Permisi Pak. Pak Iman kemana ya?"
PEGAWAI PRIA
"Di kantor teknis."
FANDY
"Makasih Pak."
Fandy berjalan menuju lift.
CUT TO:
49. INT. KANTOR - KANTOR UTAMA. DAY
Dari kejauhan terlihat Pak Iman sedang berbincang dengan tim teknis. Ketika Fandy mendekat, mata Pak Iman tertuju ke arah Fandy.
PAK IMAN
"Fandy, sini! Haduh.. kemana aja kamu. Sini perhatiin kinerja tim teknis. Supaya kamu ada gambaran gimana nanti jadi PM."
FANDY
"Baik Pak."
Fandy melirik Yogi dan Andra, mereka saling menatap.
PAK IMAN
"Fandy, mana titipan saya?"
FANDY
"Ini Pak."
Fandy menyerahkan tumpukan kertas kepada Pak Iman. Pak Iman memeriksa beberapa halaman.
PAK IMAN
"Yaudah, saya mau meeting dulu. Kamu stand-by disini untuk back up saya."
(ke arah anak teknis)
"Kamu kalo tanya ke Fandy saja ya."
ANAK TIM TEKNIS
"Baik Pak."
CUT TO:
50. I/E. DALAM MOBIL. NIGHT
INSERT keramaian Jakarta saat pulang kerja.
Fandy mengemudikan mobil, di belakang Nayla duduk sambil melihat keramaian Jakarta.
FANDY
"Tadi di kelas gimana? Udah ada temen?"
NAYLA
"Nggak."
FANDY
"Kenapa nggak?"
Nayla diam.
FANDY (CONT'D)
"Papa tau kemarin kamu dorong temen sekelas kamu. Kenapa emangnya?"
NAYLA
"Dia bilang Mama jelek."
Fandy menghela nafas.
FANDY
"Mau sampe kapan kamu bawa foto Mama?"
NAYLA
"Sampai Mama pulang."
CUT TO:
51. EXT. PERUMAHAN RUMAH FANDY. NIGHT
Seperti biasa, di area perumahan banyak anak-anak bermain dan beberapa ibu-ibu yang menjaga anak mereka sambil bergosip.
BU SRI
"Bener bu anaknya Bu Lastri putus sekolah karena bolos terus?"
BU YANTI
"Udah lama itu bu.. emang bolos terus. Orang anak saya, Sari, kan sekelas sama anaknya Bu Lastri. Sari bilang anaknya Bu Lastri bolos karena ikut ngamen."
BU SRI
"Ya Allah, masa karena suaminya Bu Lastri meninggal terus anaknya jadi ikutan ngamen? Kan sayang sekolahnya."
BU RAHMA
"Ya mau gimana bu? Mau ngandelin dari jualan di warung ya mana cukup buat 3 anak. Kasihan sebenarnya saya sama Bu Lastri."
Mobil Fandy melintas di antara Ibu-ibu yang sedang bergosip. Fandy menurunkan kaca mobil dan menyapa ibu-ibu itu. Setelah mobil Fandy menjauh, ibu-ibu itu lanjut bergosip.
BU SRI
"Kasihan banget Nayla, masih kecil udah ditinggal ibunya. Di bawa ke kantor atau gimana ya?"
BU RAHMA
"Paling dititipin. Padahal anak segitu harusnya dapet perhatian dari kedua orang tuanya."
BU YANTI
"Paling nggak lama si bapaknya dapet perempuan baru. Orang berduit kan? Siapa yang nggak mau."
CUT TO:
52. INT. RUMAH FANDY - KAMAR. NIGHT
Sebelum tidur Fandy mengubah alarm ponselnya yang semula pukul 7 menjadi pukul 6 pagi. Setelah mengubah, ia meletakkan ponsel di meja sebelah kasurnya, seperti biasa.
Ia merebahkan badannya melihat langit-langit kamar. Merenung betapa heningnya suasana kamar.
Caca tiba-tiba ikut berbaring di sebelah Fandy. Sama-sama menatap langit-langit kamar.
CACA
"Gimana tadi di kantor? Udah trial jadi project manager?"
(beat)
"Pasti berat ya, Pa?"
Caca tersenyum dan menatap Fandy. Fandy tidak menjawab, ia masih melihat langit-langit. Caca pun kembali menatap langit-langit. Kemudian Fandy perlahan menyandarkan kepalanya di atas pundak Caca.
Sosok Caca menghilang. Sekarang kepala Fandy bersandar pada bantal Caca. Tangan Fandy mulai meraih bantal itu, mendekatkan ke dalam dekapannya. Ia mencium bau mendiang istrinya yang tertinggal di bantal itu. Tiba-tiba air mata Fandy menetes. Ia tertidur dengan memeluk bantal Caca.
CUT TO:
53. INT. KANTOR - KANTOR UTAMA. DAY
MONTAGE
- Fandy berjalan menuju mejanya, Pak Iman memanggilnya dari kejauhan.
PAK IMAN
"Fandy! Ke meja saya ya. Saya tunggu."
FANDY
"Baik pak."
Fandy mengangguk sopan.
- Fandy duduk di kursinya dan mengeluarkan laptop dari ranselnya.
- Di mejanya, Fandy membaca setumpuk kertas dan juga sesekali melihat layar laptopnya.
GITA
"Fan, coba lu baca ya?"
Gita membagikan setumpuk kertas dan Fandy menerimanya.
- Fandy melihat-lihat foto Caca dan foto mereka semasa berlibur berdua maupun bersama Nayla di galeri ponselnya, tiba-tiba Pak Iman menelpon. Fandy mengangkat telpon itu.
FANDY
"Iya pak?"
(beat)
"Baik sana kesana."
CUT TO:
54 A. INT. KANTOR - KANTOR UTAMA. DAY
Fandy duduk di depan mejanya dan bersandar pada sandaran kursi. Ia menatap ke arah laptop dengan pandangan kosong. Ada yang mengganggu pikirannya. Ia mengusap kepalanya, menghembuskan nafas, dan menumpu dahinya pada tangannya.
Kemudian mata Fandy mengarah pada ponselnya yang berada di samping laptop. Ia meraih ponselnya dan mencari nomor Rudy. Setelah menemukan, ia berpikir dua kali. Beberapa saat kemudian ia menelpon.
FANDY
"Halo.. Assalamualaikum."
RUDY (V.O.)
"Waalaikumsalam. Ada apa le?"
FANDY
"Pak, kayaknya.. kesempatan jadi PM nggak saya ambil. Jadi BA aja udah susah bagi waktu, gimana nanti jadi PM."
RUDY (V.O.)
"Lho? Kenapa? Kenapa kamu nggak ambil kesempatan itu?"
FANDY
"Fandy masih belum siap."
RUDY (V.O.)
"Apa yang buat kamu nggak siap? Karena Caca?"
Fandy terdiam, tak ingin mengakuinya.
RUDY (V.O.)
"Le, dengerin bapak. Semua orang pernah kehilangan. Semua orang pernah terluka. Tapi ya masa kamu harus terhenti disitu? Kamu ini sudah diberikan amanah sama atasan kamu. Bapak yakin kamu dipromosikan karena memang kamu berkompeten. Kamu syukuri itu. Kamu jalani. Kalo semisal kesempatan ini diambil orang lain, dan saat itu kamu sudah pulih, yakin kamu ga akan menyesal?"
Fandy menjadi bimbang.
FANDY
"Iya Pak."
RUDY (V.O.)
"Sekarang fokus kamu kan membesarkan Nayla juga. Semakin dia dewasa, kebutuhan dia semakin banyak. Ingat, kamu tetap kepala keluarga. Kamu harus bisa menyukupi kebutuhannya."
FANDY
"Iya Pak."
RUDY (V.O.)
"Ya sudah.. Sekarang kamu pikir-pikir lagi. Jangan langsung memutuskan. Bapak mau ngurus depot. Assalamualaikum."
FANDY
"Walaikumsalam."
Fandy mengakhiri panggilan. Tanpa ia sadari Yogi dan Andra sudah berada di sampingnya.
FANDY
"Sejak kapan lu disini?"
ANDRA
"Baru aja."
YOGI
"Ikut kaga lu ke cafe lobby?"
FANDY
"Tapi gue langsung balik ke atas ya. Gabisa lama-lama gue."
YOGI
"Iye, iye PM."
Mereka berjalan ke lift. Andra menekan tombol ke bawah dan mereka menunggu di depan pintu lift.
YOGI
"Kenapa lagi keluarga lu?"
FANDY
"Nggakpapa. Soal gue kok."
YOGI
"Kenapa tuh? Lu masih terngiang-ngiang bini lu ya?"
FANDY
"Kalo itu mah udah jelas."
Fandy tersenyum malu. Pintu lift terbuka dan mereka masuk.
54 B. INT. KANTOR - LIFT - CONTINUOUS
Andra menekan tombol lantai 1.
FANDY (CONT'D)
"Gue.. cerita aja kalo gue berniat untuk nolak tawaran jadi PM."
YOGI
"Serius lo?? Kita-kita aja ngimpi buat dipromosiin. Lu malah nolak. Iya ga, Ndra?"
Andra mengangguk.
ANDRA
"Apalagi gue Fan.. atasan gue aja ada yang lebih muda. Kadang gue mikir, kurang apa gue?"
YOGI
"Kalo lu Ndra, lu mah stuck di zona nyaman lu terus. Coba lu stop main-main game."
ANDRA
"Kaga ada hubungannya.. gue main game juga tetep bisa jalan sama kerjaan. Dari pada elu, gonta-ganti cewek."
YOGI
"Elah.. gue gonta ganti juga cuma buat nemenin jalan doang, bukan gonta ganti pacar. Iye kaga Fan?
Fandy tersenyum setengah."
FANDY
"Iya."
ANDRA
"Tapi lu kaga mikir kalo mereka baper gimana?"
YOGI
"Gampang.. tinggal bilang aja kaga cocok, kaga klik atau gue emang cari sekedar temen."
54 C. INT. KANTOR - LOBI - CONTINUOUS
Fandy, Yogi dan Andra berjalan keluar dari lift menuju Kafe yang berada di lobi.
YOGI (CONT'D)
"Udahlah Fan, percaya sama gue.. ini kesempatan bagus. Lu harus keep itu. Banyak orang di luar sana yang masih susah cari kerja, lu malah sia-siain kesempatan."
(canggung)
"Lo masih risau soal bini lu ya?"
Fandy tersenyum setengah dan mengangguk. Mereka masuk ke dalam kafe dan mengantri.
YOGI (CONT'D)
"Fan, lu ngerti kan kalo lu harus move on dan ikhlasin bini lu?"
FANDY
"Iya.. tapi"
YOGI
(memotong)
"Mau sampe berapa lama lo kek gini, Fan? Sebulan? Dua bulan? Lo itu laki, Fan.. Kaga ada waktu buat terus-terusan bersedih. Apa lagi lo ini di Jakarta, keras bro. Ambil kesempatan lo, sebelum Pak Iman kecewa sama keputusannya."
(ke arah kasir)
"Mbak, Ice Capuccino 1 ya. Lo apaan?"
(ke arah Fandy dan Andra)
ANDRA
"Gue chocolate hazelnut blend aja."
Andra dan Fandy memberikan uang ke Yogi.
FANDY
"Gue Coffee Latte aja."
Tiba-tiba ponsel Fandy bergetar. Pak Iman menelpon.
FANDY (CONT'D)
"Halo, Iya pak?"
(beat)
"Oh iya pak. Maaf saya di lobi."
(beat)
"Iya, saya kesana sekarang."
Fandy menutup telponnya.
FANDY (CONT'D)
"Gue ke atas dulu ya. Nitip ntar taruh meja gue."
YOGI
"Iye iye."
Fandy pergi meninggalkan kafe.
ANDRA
(berbisik)
"Yog.. lu yakin ngomong gitu ga nyakitin Fandy?"
YOGI
"Nyakitin gimana?"
ANDRA
"Ya kan bini dia meninggal bro."
YOGI
"Udahlah, gue kenal Fandy."
CUT TO:
55. INT. KANTOR - KANTOR UTAMA. NIGHT
Kantor sudah mulai sepi, tersisa beberapa pegawai dan Gita yang masih duduk di mejanya. Dari kejauhan Fandy berjalan menuju mejanya dengan membaca lembar per lembar tumpukan kertas di tangannya.
Setelah sampai di depan meja, Fandy memasukkan semua kertas itu beserta laptop ke dalam tasnya.
FANDY
"Git, pulang duluan."
Gita melepas earphonenya.
GITA
"Lanjut di rumah lo?"
FANDY
"Iya."
(beat)
"Dah Git."
Fandy pergi meninggalkan ruangan.
CUT TO:
56. I/E. RUMAH FANDY - HALAMAN RUMAH. NIGHT
Mobil Fandy melambat setelah mendekati rumahnya. Ia kemudian memarkirkan mobilnya di carport rumahnya. Setelah mobil berhenti, Nayla keluar dan langsung masuk ke dalam rumah. Fandy keluar dari mobilnya dan menyapa ibu-ibu yang menjaga anak mereka di depan rumah Fandy.
Sebelum masuk ke dalam rumah, Fandy mengambil ransel di kursi belakang. Ia mengunci mobil dan masuk ke dalam rumah. Terlihat tanaman Caca sudah mulai layu.
CUT TO:
57 A. INT. RUMAH FANDY - RUANG MAKAN. NIGHT
Lampu di ruang makan remang-remang, hanya beberapa lampu yang nyala. Di belakang Fandy terlihat dapur masih saja berantakan.
Di depan laptop Fandy sibuk mengetik dan sesekali melihat kertas yang berada di samping laptopnya. Nayla keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah Fandy.
NAYLA
"Pa, selimut Nayla yang bunga-bunga pink dimana?"
FANDY
"Di lemari nggak ada?"
NAYLA
"Nggak ada."
FANDY
"Mama biasa naruh dimana?"
NAYLA
"Nggak tau."
Fandy beranjak dari tempat duduknya.
CUT TO:
57 B. RUMAH FANDY - KAMAR NAYLA. NIGHT
Fandy membuka lemari kamar Nayla dan mencari selimut bunga-bunga merah jambu. Fandy juga mencari di rak sebelah lemari baju. Hasilnya nihil.
CUT TO:
57 C. RUMAH FANDY - KAMAR. NIGHT
Fandy juga membuka lemari di kamarnya. Mengecek di tumpukan baju, sela-sela baju dan laci kamarnya. Tetap tidak ada.
FANDY
"Nggak ada. Pakai selimut yang ada aja ya."
NAYLA
"Nggak mau. Selimut pink kan hadiah dari Mama."
FANDY
"Ya terus gimana kalo nggak ada? Besok papa belikan yang baru."
NAYLA
(teriak)
"Nggak mau!!!"
FANDY
(meninggi)
"Kamu ini kenapa sih?! Selimutnya nggak ada! Mau papa belikan yang sama persis?! Papa ini capek! Yang kehilangan mama itu nggak cuma kamu! Papa juga!!"
Nayla semakin menangis.
Fandy mengusap wajahnya, sadar bahwa perkataannya kelewatan. Nayla menangis berjalan menuju kamarnya. Fandy mengobrak abrik seluruh baju yang menumpuk di atas kasur.
CUT TO:
58. INT. KANTOR - RUANG MEETING. DAY
Pak Iman berdiri di hadapan para direktur, manager, dan Fandy. Di belakang Pak Iman terlihat proyektor menampilkan data analisis kebutuhan klien. Di ruangan itu Fandy tampak tidak bersemangat, ia tidak memperdulikan dan tidak mendengarkan presentasi Pak Iman.
CUT TO:
59. INT. KANTOR - PANTRY. NIGHT
Fandy, Yogi, Andra dan Deva duduk bersama.
ANDRA
"Jadi gimana? Weekend jadi?"
YOGI
"Jadi dong! Eh, gimana jadinya Fan? Ikut kan lu?"
DEVA
"Jadi dong plis, gue lagi di diemin Shela nih."
FANDY
"Nggak tau nih. Gue masih belum ada semangat."
YOGI
"Fan, lu itu butuh refreshing. Gue jamin abis itu lu semangat lagi."
DEVA
"Iya loh Fan, lu kalo nggak semangat gini terus gimana? Udah lebih dari sebulan lo gini terus."
Tiba-tiba ponsel Fandy berdering. Yuli menelpon.
FANDY
"Bentar, mertua telpon. Jangan rame."
Semua seketika menjadi hening. Fandy berjalan ke ujung ruangan dan mengangkat telpon.
FANDY(CONT'D)
"Halo, Assalamualaikum Bu."
(beat)
"Iya.. Alhamdulillah sehat. Ibu sendiri gimana?"
(beat)
"Ini masih di kantor."
(beat)
"Nayla di Day Care bu."
(beat)
"Iya.. Nayla seneng aja kok di Day Care."
(beat)
"Ini masih trial bu. Tapi perkembanggannya bagus. Insyallah bulan depan sudah keluar surat promosinya."
(beat)
"Iya bu.. Walaikumsalam."
Fandy kembali duduk di kursinya.
FANDY (CONT'D)
"Kayaknya gue nemu cara.."
Semua menatap kebingungan ke arah Fandy.
FANDY (CONT'D)
"Gue kabarin malem ini ya?"
CUT TO: