Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
25. INT. EXT. TOKO PIRINGAN HITAM PAK AMIR - MALAM
Pak Amir duduk bersama Dina dan Ray yang sedang saling diam dihadapannya. Pak Amir melipat tangan dan menatap bolak balik ke arah mereka berdua.
PAK AMIR
Udah ribut ributnya?
Ray menadah pipi dengan tangan kirinya sambil memalingkan wajahnya dari Dina. Sementara Dina melipat tangannya. Memasang wajah cemberut.
PAK AMIR
Minta maaf.
Ray mengulurkan tangan kanannya. Tapi wajahnya tetap terpaling. Dina memukul tangan Ray.
PAK AMIR
Dina...
DINA
Iya.
Dina menjabat tangan Ray dan menggoyangkannya. Tapi kemudian, ia menekan punggung tangan Ray dengan kuku jempolnya. Ray pun melakukan hal yang sama untuk membalas.
DINA
Aaaa... aaaw...
PAK AMIR
Ray...
RAY
Dia duluan, pak.
Ray dan Dina berhenti bersalaman.
PAK AMIR
(Menghela napas)
Kalian ini. Bukannya akur malah berantem terus. Bapak udah anggap Ray sebagai anak bapak sendiri. Jadi kalian berdua harusnya bersikap kayak sodara. Bukannya kayak kucing sama anjing.
DINA
Dia anjingnya.
Ray menginjak kaki Dina.
PAK AMIR
Issshhhh... udah! Udah! Sekarang keluar semuanya keluar! Kita pulang.
Pak Amir berjalan menuju pintu. Ray dan Dina mengikutinya dari belakang. Pak Amir menutup toko dan menguncinya.
RAY
Saya pamit pulang ya, pak...
PAK AMIR
Ke rumah bapak dulu. Temenin bapak main catur. Nanti kita makan malam sama sama.
Ray mengangguk sambil tersenyum. Lalu mereka bertiga berjalan bersama dengan Ray yang mendorong motornya karena rumah Pak Amir tidak jauh dari sana.
26. EXT. RUMAH PAK AMIR - MALAM
Ray memarkirkan motornya di depan rumah Pak Amir. Rumah satu lantai yang sederhana tapi terlihat sangat nyaman. Mereka bertiga berjalan bersama menuju pintu. Pak Amir mengetuk pintu beberapa kali.
RAY
Bu Amir~ ada Ray...
Bu Amir datang dan membukakan pintu.
BU AMIR
Ray... kamu mau nginep di sini?
RAY
(Terkekeh)
Nggak, Bu. Saya cuma mau numpang makan. Hehe.
BU AMIR
Boleh banget kalau itu. Ya sudah ayo! Masuk, masuk!
27. INT. RUMAH PAK AMIR
Pak Amir, Dina dan Ray masuk ke dalam rumah.
BU AMIR
Kalau gitu ibu ke dapur. Siapain makan malam yang banyak.
Bu Amir berlalu pergi ke dapur.
DINA
Aku mandi duluan ya, pak.
PAK AMIR
Iya, terserah sana. Bapak mau main catur dulu.
Pak Amir mengangkat dagunya pada Ray. Mengajaknya ke ruang tengah untuk bermain catur.
27. INT. RUMAH PAK AMIR - RUANG TENGAH
Pak Amir mengeluarkan papan catur yang terletak di bawah meja. Lalu mereka mulai bermain. Beberapa saat kemudian, dari arah dapur, Bu Amir memanggil.
BU AMIR (VO)
Dina... bantuin ibu masak!
PAK AMIR
(Berteriak)
Mandi...
RAY
(Berteriak)
Saya aja bu yang bantuin!
PAK AMIR
Eit... ini catur gimana?!
RAY
Catur bisa ditunda. Kalau masak nggak bisa.
Ray berdiri dan berlari kecil ke arah dapur dengan girang. Pak Amir terbengong. Lalu ia menggelengkan kepala dan terkekeh.
PAK AMIR
(Berteriak)
Masak yang enak!!
28. INT. RUMAH PAK AMIR - DAPUR
Ray membantu Bu Amir memasak tumis kangkung. Sementara Bu Amir memasak ikan yang suah ia beri rempah rempah.
BU AMIR
(Melihat Ray yang sedang memasak dengan lihai)
Wah... kamu kalau urusan masak lebih jago dari Dina.
RAY
Ibu bisa aja. Masa kayak gini siapa aja juga bisa.
Bu Amir mengambil sendok dan mencicipi masakan Ray.
BU AMIR
Siapa aja bisa masak. Tapi belum tentu enak kayak gini.
RAY
(Terkekeh)
Ada lagi yang harus dimasak nggak?
BU AMIR
Sambal mungkin.
RAY
Ibu mau bikin sambal apa? Ray yang bikin.
BU AMIR
Oooo... mulai sombong bisa bikin apa aja.
RAY
Hehehe.
29. INT. RUMAH KAYLA - DAPUR
Kayla memasukkan mie instan ke dalam panci dengan air mendidih. Lalu ia berjalan ke arah kulkas dan mengambil sosis. Ia memotong motongnya dan memasukkannya juga ke dalam panci. Setelah matang ia meletakkannya di mangkuk. Kayla menatap mangkuk berisi mie itu beberapa saat. Lalu ia menghela napas panjang dan membawa mangkuk itu ke meja makan.
30. INT. RUMAH KAYLA - RUANG MAKAN
Kayla meletakkan mangkuk di atas meja. Lalu ia duduk. Ia mengeluarkan ponsel yang mengganjal di saku celananya dan meletakkannya di atas meja.
Dengan malas ia makan mie instan itu sambil menatap kosong ke depan.
31. INT. RUMAH PAK AMIR - RUANG MAKAN
Dina, Pak Amir, Bu Amir dan Ray duduk bersama di meja makan. Mereka semua saling berbincang dan sesekali tertawa jika ada cerita lucu.
RAY
Masa tiba tiba dia marah cuma karena saya makan sama Dina. Karena kesel, saya pergi aja dari sana. Tapi saya bilang sama ibu kantin kalau makanan saya di bayar sama dia. Hahaha.
Dina hanya menatap sinis saat Ray menceritakan tentang kisahnya itu sementara kedua orang tuanya tertawa dengan Ray. Lalu ia menyuapkan makanan dengan ganas.
32. INT. RUMAH KAYLA - RUANG MAKAN
Kayla menghabiskan sisa kuah mie instan di mangkuk. Ia menuangkan air dari teko di atas meja. Kemudian meminumnya.
Kayla menyingkirkan mangkuk di hadapannta. melipat tangannya di atas meja dan menyandarkan kepala di atas tangannya.
33. EXT. INT - RUMAH RAY - MALAM
Ray menghentikan motornya di depan rumah. Lalu ia berjalan menuju pintu. Ia membuka kunci pintu dan berjalan masuk ke dalam rumah dan kembali mengunci pintu.
Ray menyimpan tas di kamarnya. Ia mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi. Ia membasuh dan membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai mandi, Ray kembai ke kamar dan mengganti pakaiannya.
34. INT. RUMAH RAY - KAMAR
Setelah memakai pakaian, Ray mengeringkan rambutnya dengan handuk. Matanya tertuju ke arah tas yang tergeletak di kasurnya. Dengan gegas ia terduduk di kasur dan membuka tas itu untuk mengeluarkan album piringan hitam yang ia pinjam. Ia menatap album itu beberapa saat dan terkekeh mengingat bagaimana cara ia mendapatkan album itu.
FLASH BACK:
Kayla berjalan menuju gerbang keluar kampus sambil memainkan ponsel.
Ray memijat dahi kemudian menghela napas
RAY
(Berteriak)
Saya punya album Chrisye
Kayla menghentikan langkahnya. Ray tersenyum puas. Lalu Kayla berbalik dan kembali menghampiri Ray.
KAYLA
L... lo punya album Chrisye? Oke. Gue kasih album gue, tapi tuker sama yang itu.
(Menyimpan ponselnya dan hendak mengeluarkan album di dalam tas)
RAY
Gak.
KAYLA
(Menempelkan kedua tangannya)
Please, gue butuh album itu.
RAY
Gak.
KAYLA
(Menghela napas)
Ya udahlah. Bodo amat.
(Berbalik)
RAY
Eh, eh, eh. Iya. Mau deh mau...
CUT BACK TO
35. INT. RUMAH RAY - KAMAR - MALAM.
Ray berdiri dari duduknya. Kemudian ia berjalan ke arah meja belajar dan meletakkan album itu di atas meja belajar. Ia juga menggantung handuk yang sedang ia pegang ke sandaran kursi. Ia merapikan rambutnya beberapa saat lalu berbaring di kasur dan memakai selimut sampai menutupi kepalanya.
36. INT. RUMAH KAYLA - RUANG MAKAN.
Ponsel Kayla berdering karena sebuah alarm. Kayla yang tertidur di meja makan itu mulai terbangun. Matanya perlahan mengerjap. Ia mengambil ponsel dan melihat jamnya. Sudah tengah malam.
Kayla bergegas bangun. Ia mencuci wajah dan menuju ruang tengah. Ia membuka ponselnya dan melakukan panggilan video kepada Papanya. Panggilan pertama tidak dijawab. Kemudian ia memanggil lagi. Panggilan kedua pun tidak dijawab. Kayla terus mencoba memanggil tapi tetap tidak dijawab. Ia meletakkan ponselnya dan menyandarkan tubuhnya di sofa.
Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering. Dengan gegas Kayla menjawab panggilan video itu.
Kayla tersenyum manis.
PAPA
Hmmm? Kenapa? Kok tiba tiba senyum? Kenapa nelfon jam segini? Kamu besok nggak kuliah?
KAYLA
Happy birthday, Pa...
PAPA
Oooo... papa ulang tahun ya hari ini? Papa aja lupa kalau papa punya tanggal lahir.
KAYLA
Iya papa ulang tahun.
(Terkekeh)
Masa sama tanggal lahir sendiri nggak inget?!
PAPA
Papa udah tua. Nggak ada waktu buat mikirin berapa jumlah usia Papa.
KAYLA
Tapi aku masih ada waktu. Dan (jeda) aku punya hadiah spesial.
Kayla berdiri dan berjalan menuju meja kecil tempat vinyl player diletakkan. Kemudian ia meletakkan piringan hitam yang ia pinjam dari Ray dan memutarnya. Lagu Chrisye pun mulai terputar.
Kayla mengarahkan kamera depannya ke arah dirinya yang sedang berada di sebelah binyl player.
PAPA
Chrisye? Wah...
(Tersenyum gembira)
Papa kira nggak bakal punya album itu lagi karena kata mama kamu, beli gituan hambur hamburin uang.
KAYLA
Hmmm... tadinya aku mau beli. Tapi di tokonya nggak ada. Mau beli online, takut nyampenya lama. Jadi ya, aku pinjem. Ada cowok yang mau vinyl yang aku beli dan kita sepakat buat saling tuker vinylnya sehari.
(Tersenyum)
Papa tersenyum. Kayla mematikan musiknya.
KAYLA
Oke... kenapa senyum kayak gitu?
PAPA
Papa cuma seneng kamu punya temen cowok lagi...
KAYLA
Apa? Enggak. Dia bukan siapa siapa!
PAPA
Tapi kamu senyum waktu ngomongin tentang dia.
KAYLA
Pa, dia bukan siapa siapa. Aku aja baru kenal dia hari ini dan itu pun terpaksa!
PAPA
Iya... iya... jangan marah dong. Intinya, apa pun yang terjadi di dunia ini, Papa cuma berharap kamu baik baik aja. Terima kasih karena ingat sama ulang tahun Papa.
KAYLA
Papa jaga kesehatan, panjang umur dan cepet pulang.
PAPA
Denger kamu ngomong kayak gitu, Papa jadi mau cepet cepet pulang dan makan masakan kamu yang enak itu.
KAYLA
(Tertawa)
Bohong banget. Waktu itu aku nyobain aja keasinan.
PAPA
Ya, ketahuan.
KAYLA
Tuh kan gak enak.
PAPA
Udah. Sekarang, mending kita dengan lagi beberapa lagu. Habis itu tidur.
Kayla kembali menyalakan musiknya. Mereka berdua mendengarkan musik bersama.
37. INT. RUMAH RAY - KAMAR - PAGI
Ray sudah memakai pakaian yang rapi untuk ke ke kampus. Ia membawa tasnya lalu pandangannya tertuju pada album piringan hitam yang ia pinjam. Ia mengambilnya dan menatapnya beberapa saat.
RAY
(Menghela napas)
Kalau dibalikin sekarang, sayang. Lagu lagunya belum didenger semua. Oke. Nanti aja.
Ray meletakkan kembali album itu. Lalu ia berjalan menuju dapur.
38. INT. RUMAH RAY - DAPUR - PAGI
Ray memanggang roti. Lalu ia membuka kulkas untuk mencari selai. Selain selai, ia juga melihat brownies. Ia mengangguk beberapa saat dan membawa brownies itu, memasukkannya ke dalam kotak makanan sebelum dimasukkan ke dalam tas.
Ray memakan roti panggangnya dengan cepat lalu meminum air putih. Ray bergegas berlari menuju pintu. Lalu ia tertegun diam saat membuka pintu. Papanya ada di sana.
RAY
Telat. Aku mau ngampus.
PAPA
Itu yang mau papa omongin. Kapan kamu lulus?
RAY
Gak tahu. Mau nunggu DO mungkin.
PAPA
Selesaikan kuliah kamu atau Papa nggak akan kasih kamu uang lagi! Kamu pikir biaya kuliah kamu itu murah?! Udah berapa banyak uang yang kamu hamburin?!
RAY
(Terkekeh kemudian berbicara dengan nada tinggi)
Papa nggak akan hamburin banyak uang kalau papa ikutin maunya anak papa apa!!
PAPA
(Membentak)
Apa yang kamu mau?! Masak masak?! Kerja di dapur? Sekalian aja pake rok kalau kayak gitu!
RAY
(Menghela napas panjang)
Ck. Susah ngomong sama orang yang isi kepalanya gak jauh beda sama keledai.
Ray berjalan menuju motornya dan memutar baliknya.
RAY
(Bergumam)
Harusnya gue berangkat lebih pagi.
PAPA
Kamu harus lulus atau Papa gak akan biayain hidup kamu lagi!!
Ray berlalu pergi menjauhi rumah dengan motornya.