25. INT. SUITE KANTOR — PAGI
CAST : Semua tim Kayana, Miso (40), Ade dan Bobi(45)
Chika dan semua anggota tim, duduk di ruang meeting. Semua diam dan menunggu Chika berbicara.
Chika :
Coba lihat komen-komen terakhir di Youtube.
(Wolof mengarahkan layar laptop ke arah Chika)
Chika (CONT'D) :
Wuh, isu korupsi ini semakin besar.
Wolof :
Apa kita gak usah tanggapi saja, Chik? Nanti juga hilang sendiri.
Chika :
Spotlight lagi ke podcast kita, jadi harus dimanfaatin.
Chika (CONT'D) :
Ada satu hal lagi...Kemarin gua ditemui oleh ketum mereka dan sempat membicarakan tentang isu kasus korupsi yang lagi viral. Dia minta agar kita tidak memperkeruh keadaan dengan menyudutkan anggota mereka.
Kayana jangan memberikan opini apapun dalam kasus ini, yang bisa menggiring opini masyarakat. Kita bisa dituntut sama mereka.
Wolof :
Gua ada ide, mengenai kasus korupsi ini. Lebih baik kita mengundang salah satu pakar hukum dan Kayana yang akan lebih banyak bertanya.
Chika :
(berfikir sejenak) Yaaaa, gua rasa itu jalan keluar yang bagus. Gua setuju.
Chika (CONT'D) :
Mengenai kasus Andi, kita abaikan saja. Itu salah dia sendiri.
Ini permulaan yang bagus Lof, jadi ke depannya kita bisa mengundang ahli dan masyarakat bisa belajar dari ahlinya.
Kata-kata cenayang atau kekuatan magis, bisa ditutup dengan cara ini.
Wolof :
(mengangguk-angguk) Iya, gua juga berfikir begitu.
Chika :
Kay, lo coba konsultasi sama ahli hukum terkait kasus korupsi ini, jadi nanti pertanyaan lo bisa tepat sasaran.
Kayana :
Ok Chik (mengangguk-angguk).
Chika :
Gua sekalian mau kembali menginformasikan, kalau tahun depan kita akan buka kantor di Thailand. Kemungkinan yang akan jalan masih tim Wolof atau Serli, tim gua yang lain, belum bisa tahun depan (melihat ke arah Serli dan Wolof bergantian) Jadi, kalian bicarakan siapa nanti yang akan ke Thailand.
(wajah Serli tampak tegang)
Chika (CONT'D) :
Setelah ini, gua mau meeting sama Kayana. Nanti ada yang mau gua obrolin ya, Kay.
(Kayana mengangguk pelan)
Weni, nanti kalau ada Pak Miso dan timnya, langsung aja bawa ke sini. Gua mau meeting sama mereka juga.
Ok semuanya, gua rasa sampai sini dulu untuk meeting hari ini. Gua pikir bakalan panjang, ternyata idenya Wolof boleh juga tuh. (tersenyum ke arah Wolof) Semuanya, Selamat bekerja.
(peserta meeting yang lain berdiri dan beranjak meninggalkan ruangan, kecuali Chika dan Kayana)
Kayana :
Berapa orang yang nanti ikut meeting, Chik?
Chika :
Katanya sih 3 orang.
Kayana :
(bergerak ke meja telphon) Halo Pak Parmin, minta tolong disiapkan minuman untuk tamu 3 orang, saya dan Ibu Chika ya. (terdiam sesaat) Terima kasih pak (menutup telphon)
3 orang pria masuk ke dalam ruangan, diantarkan oleh Weni. Setelah mempersilahkan masuk, Weni keluar dari ruangan. Chika berdiri dan langsung menyalami ketiga tamu tersebut. Kayana tampak terkejut melihat salah satu tamu yang datang, tapi sepertinya pria tersebut tidak mengenali Kayana. Setelah mereka duduk berhadapan, Pria bernama Miso membuka pembicaraan.
Miso :
Ibu Chika, saya bawa Ade dan Bobi untuk membicarakan tanda tangan kontrak minggu depan. Semua surat-surat sudah kami siapkan.
Ade :
Salam kenal, Ibu Chika. Saya Ade sebagai manager pemasaran. Untuk kerjasama dengan perusahaan ibu di Thailand, nanti saya yang akan memimpin tim kami di sana. Semoga semuanya bisa berjalan dengan lancar.
Bobi :
Ada beberapa hal yang ingin kami pastikan lebih dahulu, sebelum tanda tangan kontrak minggu depan. Ini dokumen revisi, yang ibu minta bulan lalu. (memberikan satu bundle dokumen ke arah Chika)
Chika :
Terima kasih (membuka lembaran dokumen dan mulai membaca)
Chika (CONT'D) :
Baru diberikan revisinya sekarang ya, lama juga.
Ade :
Iya Bu Chika, mohon maaf. Kami perlu konsultasi dulu dengan atasan untuk permintaan khusus yang waktu itu.
Chika :
Sudah disetujui?
(Bobi dan Ade saling berpandangan)
Ade :
Ada beberapa penawaran kami untuk ibu Chika, siapa tahu ibu Chika tertarik.
Chika :
(terlihat tidak senang Lalu menuntup dokumen) Berarti belum ada keputusan? situasinya masih sama dengan yang bulan lalu, berarti? Untuk apa ada meeting hari ini? Apa kontrak kita bisa lanjut?
(Miso terlihat kesal kepada 2 rekannya)
Miso :
Kalian belum bicarakan hal ini sama Pak Gunawan?
Ade :
Sudah pak, ini ada kontrak yang revisi berikutnya. Cuma mau menawarkan penawaran dari kami dulu, siapa tahu Ibu Chika tertarik (memberikan dokumen lain dari dalam tasnya ke Chika)
Kayana (V.O) :
Ini orang, licik-nya luar biasa (tersenyum tipis sambil geleng-geleng kepala)
Chika :
(membuka dokumen yang baru diberikan oleh Ade) O..disini sudah dicantumkan, ok.
Kayana :
Masalah pinalti sudah dibicarakan, Bu Chika?
Chika :
Pinalti?
Kayana :
Di awal kita pasti keluar biaya cukup banyak. Kalo tiba-tiba tim Pak Miso tidak jadi atau berhenti di tengah jalan, kita rugi dong.
Miso :
Gak mungkin batal dong bu, ini projek besar dan prospek ke depannya bagus (tertawa)
Kayana :
Kalau bisnis kan harus jelas aturan main, gak bisa hanya percaya, pak (tersenyum)
Ade :
Begini bu, maaf saya potong. Kalau untuk adanya pinalti, mohon maaf, pasti perusahaan kami tidak bersedia melanjutkan.
(Kayana dan Serli saling liat-liatan)
Kayana :
Sebenarnya tidak harus perusahaan juga, yang penting ada nama orang yang tercantum di dalam surat perjanjian. Nama bapak juga boleh sebagai penjamin pinalti, kan nanti bapak yang akan bertanggung jawab penuh di tim. Sebenarnya projek ini sudah milik bapak.
(Chika seperti ingin bicara, tapi tangannya dipegang oleh Kayana, seraya dirinya di beri kode oleh Kayana melalui pandangan mata dan anggukan pelan)
Miso :
Benar juga, ini kan projek lo De, elo nanti yang tanggung jawab dan pegang semuanya.
(bobi ikut mengangguk-angguk setuju)
Bobi :
Untuk nutupin 3 projek yang kemarin sempat gagal, De. Pak Gunawan pasti senang.
(Ade melirik Bobi dengan tatapan tidak senang)
Ade :
Sebenarnya tidak biasa hal seperti ini, jadi saya harus pikirkan dulu bu. Boleh saya minta waktu?
Kayana :
(menoleh ke arah Chika) Sampai minggu depan saja ya? Jadwal projek ini sudah ada, tidak bisa keluar dari jadwal.
Ade :
Oh iya bu, untuk biaya pinaltinya saya belum tahu berapa.
(Kayana pura-pura membuka laptop dan membaca email agak lama, sambil pura-pura corat-coret di notes yang ada di dekatnya. Tidak lama Kayana menuliskan sebuah angka. Buku tersebut disodorkan ke arah Ade. Ade tampak kaget melihat jumlah yang disodorkan)
Ade (CONT'D) :
Mahal sekali bu, rasanya saya tidak sanggup.
Kayana :
(tersenyum lembut) Bapak masih ada waktu 1 minggu. Dipikir-pikir dulu saja pak, nanti baru kabari kami. Hal-hal seperti ini kan biasa, cuma formalitas. Setelah projek ini berhasil, kita ada projek-projek besar lainnya di Eropa.
Miso :
Bener kata gua, De, prospek projek ini sangat bagus ke depannya.
(Ade kembali melirik rekannya dengan tatapan tidak suka)
Chika :
Pak Parmin mana ya? kok gak dateng-dateng? gua telphon dulu deh (berdiri ke meja telphon, bertepatan dengan Pak Parmin masuk ke dalam ruangan)
Chika (CONT'D) :
Nah, akhirnya datang juga. Baru mau saya telphon pak.
Parmin :
Maaf bu Chika, ada barang masuk tadi, saya bantuin angkat barang. (meletakkan gelas dan teko minuman di tengah meja)
Chika :
Silahkan pak, di minum.
CUT TO :
Chika dan Kayana hanya tinggal berdua di ruang meeting, setelah Miso dan teman-temannya keluar dari ruangan.
Chika :
Kay, kenapa tadi lo ngomongin pinalti? kan sudah ada perjanjian kerja, kalau masing-masing perusahaan akan mengeluarkan dana di awal.
Kayana :
Bagaimana kalau mereka men-deliver bagian mereka, dengan mutu di bawah standard kita, sedangkan kita kasih yang terbaik untuk projek ini. Nanti dana di awal jadi lebih besar kita dan keuntungan dibagi sama rata. Kurang adil rasanya Chik.
Chika :
Yaaa, kita masukan saja spek standard yang harus dipenuhi.
Kayana :
Tidak semua bisa kita detail-in, ribet dan makan waktu. Seperti makanan yang harus mereka siapkan, pengalaman untuk personil di lapangan, gak bisa terlalu detail. Nanti malah kita jadi ribet sendiri.
Chika :
Gua masih bingung. Mereka bayar pinalti kalau...?
Kayana :
Kalau mereka batal atau tidak jadi gabung di projek kita.
Chika :
(mengangguk-angguk) Gua sebenarnya masih bingung sih, tapi gua ikutin aja lah. Kita gak rugi juga kan. Kalau memang jadi, gua cek dulu surat perjanjian sama legal ya, jadi gak berbalik ke kita.
Kayana :
Ok.
Chika :
Gua jalan dulu ya, Kay. Masih ada rapat sama anggota investor yang lain. Kayanya, untuk yang ke Eropa akan jalan bareng dengan yang ke Korea.
Kayana :
Oh ya, cepet juga.
Chika :
(berdiri dan mengambil tasnya) Kita sudah dapat 3 investor dari sana. 2 dari Swiss dan 1 dari Belanda.
Kayana :
Elo emang jago bisnis Chik (mengacungkan jempol kanan)
Chika :
(tersenyum) Enggalah, itu kan kerja tim. Tim Arnold, Febi dan Sonya, orang-orang yang terlibat di sana, keren banget. Elo musti ketemu mereka kapan-kapan dan lihat cara kerja mereka. Agresif, ngomongnya jago, planningnya out of the box. Otak gua sering mau meledak kalau ngobrol sama mereka, berasa gua bego banget (tertawa)
Aryand gak mau gabung sama kita?
Kayana :
Belum Chik.
Chika :
Ya udah, gua jalan dulu ya. BTW, gua pengen banget Wolof sama Serli kerja bareng dan belajar sama tim Arnold, Febi dan Sonya. Semoga mereka bisa mempergunakan kesempatan ini dengan baik. Gua rasa, Wolof sama Serli gak akan kalah sama tim dari luar.
Kayana :
(mengangguk-angguk) Gua setuju Chika. Gua harap mereka bisa merasakan hal yang sama.
Chika :
Ok, bye. Sampai bulan depan.(keluar dari ruang meeting)
Kayana :
(mengambil hp dari tasnya dan mengirim pesan ke Wolof dan Serli)
Tidak lama, Wolof dan Serli masuk ke dalam ruang meeting dan duduk di hadapan Kayana. Serli terlihat kesal saat duduk berhadapan dengan Kayana
Serli :
Ada apa, bos? cepat ya ngomongnya, gua masih banyak kerjaan.
Kayana :
Tadi timnya Miso meeting sama gua dan Chika.
Serli :
Itu bukan urusan kita lah, kan kita bukan investor.
(Kayana mengabaikan perkataan sinis Serli)
Kayana :
Salah satu orang yang tadi datang ke sini, coba tebak siapa ? Bang Ade, manager pemasaran itu.
(Serli dan Wolof terlihat kaget dan saling lihat-lihatan)
Wolof :
Serius Kay ? Pak Miso yang mau kerjasama untuk projek ke Thailand kan ?
Kayana :
(mengangguk) Gua udah minta agar Ade menanggung biaya pinalti, sama seperti elo dulu, tapi jumlahnya gua kali 4, sesuai jumlah tim dia yang waktu itu ngerjain kita.
Wolof :
(menghempaskan tubuhnya ke belakang kursi sambil menyeka keringat di dahinya) Sampai hari ini, gua gak bisa temuin dia, seperti raib entah kemana. Dia udah mau tanggung biaya pinalti?
Serli :
Dia gak ngenalin elo, Kay?
Kayana :
Sama sekali engga ngenalin gua, sampai gua heran sendiri.
Serli :
Iya sih, elo udah makin cakep sekarang dibanding beberapa tahun yang lalu, semenjak pacaran sama Aryand (meledek)
Kayana :
Semenjak perawatan maksud lo...gua pake duit sendiri ya.
Serli :
tapi advice kan dari Aryand.
Kayana :
Iya, gua heran. Kok Aryand tahu banget yah soal-soal begitu?
Wolof :
Haduh, malah gosip. Balik lagi ke bang Ade, jadi gimana?
Kayana :
Dia belum mau tanda tangan. Gua kasih waktu 1 minggu. Nah, untuk sekarang-sekarang ini, kalian berdua jangan terlalu sering nongol di kantor dulu, gua takut dia bisa ngenalin kalian, terutama elo, Lof.
Serli :
Iya, gua setuju Lof. Kalau perlu lo jangan pulang ke rumah dulu, tapi ke rumah gua aja (berbicara lembut sambil terlihat berusaha menahan senyum)
Kayana :
(mengambil kertas, meremasnya dan melemparkan ke arah Serli) Cari kesempatan lo.
Wolof :
(geleng-geleng kepala) Ok, tenang aja, nanti gua akan keluar kantor terus. Kita juga ada survey tempat 2 bulan ini. Kalau dia sudah tanda tangan, elo kabarin kita ya, Kay.
Serli :
Setelah dia tanda tangan, lalu apa? bagaimana caranya supaya dia bayar pinalti.
Kayana :
Nanti aja kita pikirkan lagi, sekarang kita tunggu dia tanda tangan. Akan gua pastikan kalau dia yang tanda tangan, bukan korban lainnya. Bang Ade itu kan rada licik orangnya.
Serli :
(berdiri) Ya udahlah, nanti lo update gua ya Kay, gua masih banyak kerjaan nih. Ayo Lof, survey yang kemarin belum selesai.
Kayana :
Ok guys, selamat bekerja. Hati-hati ya.
Serli :
Ugh, Kayana mulai perhatian lagi nih sama kita. Se sayang itu loh sama kita berdua ?
Kayana :
Udah sana pergi survey, gua mau cari bahan interview dulu. (kembali melihat laptop)
CUT TO:
26. INT. SUITE KANTOR - SORE
Kayana baru saja selesai podcast, saat Weni mendekatinya dan mengatakan sesuatu. Kayana hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Weni ke ruang meeting. Semua anggota tim sudah ada di dalam ruang meeting, kecuali Serli dan Wolof.
Chika :
Duduk Kay, ada yang mereka mau omongin.
(Kayana duduk di salah satu kursi)
Chika (CONT'D) :
Kalian mau bilang apa tentang Kayana?
(yang lain terdiam dan saling lihat-lihatan. Kayana duduk dengan tenang di kursinya, tanpa ekspresi)
Tlina :
Bu Chika, kami mau mengajukan uneg-uneg selama kerja disini, dengan Ibu Kayana.
Virli :
Ada beberapa cara Ibu Kayana, yang kami rasa kurang cocok dengan kami dan mengganggu kerja sama tim di sini.
Chika :
(tampak tidak sabaran) Intinya, kalian mau protes dan minta Ibu Kayana keluar dari perusahaan ini?
(mereka tampak ragu lalu semua menunduk, tidak ada yang berani bicara)
Chika (CONT'D) :
(Tertawa keras) Kalian pikir, kalian bisa datang ke saya dan memecat Kayana?
Kay, gimana cara lo mengatur tim?
Kayana :
Sorry Chika, akan gua bereskan.
Chika :
(memandangi semua orang di ruangan dengan wajah serius dan nada suara yang rendah)
Kita lagi banyak projek, kita lagi kekurangan tim dan ini yang kalian ributkan? Gua akan cari siapa orang yang membuat perpecahan di tim dan akan gua tendang dari sini.
Kita ini tim kerja, bekerjalah sebagai tim dan jangan campuri urusan pribadi orang lain. Mengerti (nadanya dingin, seperti pembunuh bayaran)
Chika (CONT'D) :
Satu hal lagi, posisi Kayana itu sama dengan gua, tapi dia gak banyak ngomong, seperti kalian.
(semua orang yang ada di sana tampak terkejut, sedangkan Kayana tetap diam dengan ekspresi wajah datar)
Virli :
Maaf bu, kami...
Kayana :
Kalian masih disini? lanjut kerja !
(dengan tergesa-gesa, mereka keluar dari ruang rapat, hanya tinggal Kayana dan Chika)
Chika :
(ekspresi wajah kesal) Kadang gua gak tahan dengan cara Serli. Gua tahu, dia di belakang semua ini, gua tahu apa yang sedang terjadi di tim ini.
Kayana :
Serahkan masalah Serli ke gua, Chika. Gua minta maaf, elo jadi repot seperti ini.
Chika :
(ekspresi wajahnya melunak. Menyenderkan badannya ke senderan bangku) Hari ini gua kasih lo pertolongan. Kadang mereka harus tahu dan disadarkan, siapa bos sebenarnya di tempat ini (tersenyum ke arah Kayana)
CUT TO: