Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Elegi Memori Klasik
Suka
Favorit
Bagikan
1. Penyesalan

FADE IN:

1.    EXT. HALAMAN RUMAH TAHUN 1985- PAGI

Janu, Aruni, Rumika dan Hanafi berbaris di depan rumah.

Rumika

(Mengulurkan tangan)

Ayo bang Gito!

Aruni

(Terseyum dan bergeser mengisyaratkan untuk berdiri di sampingnya)

Subagito berjalan dan menghadap kamera, ketika hendak memegang tangan Aruni suara tembakan terdengar bersamaan dengan darah yang membasahi tangan Subagito begitu juga dengan tangan lainnya yang memegang tangan Rumika, Subagito sangat syok.

CUT TO:

2.    INT. KAMAR RUMAH SAKIT 2021- PAGI

Subagito tua membuka mata dengan terengah-engah, dengan kesadaran yang perlahan kembali menghilang karena obat bius, di sampingnya terlihat Laras dan Deni sedang menangis, hingga akhirnya terelap lagi.

Laras

                                          (Terisak)

Dok, bagaimana keadaan papah?

Dokter

Mari bicara di ruangan saya.

CUT TO:

3.    INT. SEBUAH RUMAH SAKIT- RUANG DOKTER –PAGI

Ruangan dokter pada umumnya. Laras dan Deni duduk berhadapan dengan dokter.

Dokter

Berdasarkan rekam medis beberapa waktu ini, Pak Subagito lebih sering berhalusinasi hingga paranoia parah bahkan sampai menyebabkan kejang-kejang. Hal tersebut menunjukan bahwa gejala Demensianya semakin parah apalagi melihat kondisi beliau sebelumnya dengan depresi berat. Ibu harus siap dengan kemungkinan terburuknya, karena perlahan ingatan Pak Subagito akan menghilang termasuk tidak mengingat keluarganya lagi.

 

Laras

(Menghela nafas dengan berat)

Deni memeluk istrinya Laras.

Kalau begitu, setelah kondisi papah membaik saya akan membawanya pulang dan rawat jalan di rumah saja dok. Saya ingin membuat kenangan indah sebelum papah benar-benar melupakan saya.

Dokter

(Tersenyum dan mengangguk)

Akan saya persiapkan setelah Pak Subagito pulih.

 

CUT TO:

4.    INT. DALAM MOBIL – SIANG

Cast. Laras, Deni, Subagito, Rofik dan Nadin

Mobil melaju di jalanan ramai, Deni dan Laras duduk di depan, Rofik dan Nadin duduk mengapit Subagito.

Nadine

Bu! Kenapa kita harus pindah ke rumah kakek? Kan di rumah kita juga banyak kenangan. Kakek kan udah tinggal bareng kita lama sejak aku masih kecil.

Laras

Di rumah itu, kakek punya kenangan lebih banyak bahkan ketika masih muda. Dulu kakek tinggal sama teman-temannya di sana waktu belum nikah sama nenek. Jadi ya bisa dibilang rumah itu bersejarah.

Deni

Saking bersejarahnya buat kakek kalian, rumah itu gak pernah diubah sedikitpun, warna catnya pun sama dari sejak rumah itu dibeli. Kebanyakan barang-barangnya juga masih sama kecuali peralatan dapur, kursi dan ranjang ya karena memang sering dipake jadi semakin ditelan waktu semakin rusak.

Rofik

Kakek mudanya jadi apa Bu sebelum kerja di Bank? Nenek pernah cerita kalau mereka bertemu di rumah sakit, apa kakek psikiater juga kayak nenek? Atau dokter umum?

Laras

Dulu kakek dan teman-temannya berjuang bersama untuk mewujudkan cita-cita mereka mendirikan surat kabar nasional. Dulu kakek itu seorang jurnalis.

Nadine

Keren, Nadine pengen kayak kakek Gito.

Subagito tua

(Menatap lekat Nadine dengan ekspresi yang menyiratkan sesuatu)

 Mobil terus melaju dengan memperlihatkan jalan berbelok yang ditinggalkan sang mobil.

CUT TO:

5.    EXT. PEKARANGAN RUMAH- SIANG HARI

Nadine menatap rumah lantai satu bergaya klasik tetapi terlihat baru karena cat yang masih bagus. Ada dua kursi bergaya modern di beranda dan rumput hijau yang bersih. Rofik membantu ayahnya membawa barang-barang sedangkan Laras sudah mendorong Subagito di atas kursi roda yang dibantu Nadine menuju pintu yang masih terkunci.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar