Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
DREAMCATCHER
Suka
Favorit
Bagikan
12. Chapter tanpa judul #12

EXT./INT. MOBIL - DAY

Ayah menginjak pedal rem tepat di gerbang rumah, membunyikan klakson sekali. Ibu yang sudah siap menunggu di teras segera berlari ke arah pagar dengan satu tas besar di tangannya.

Ibu memasang gembok dan mengunci pagar. Lalu, ia masuk ke dalam mobil dengan tas besar di pangkuannya.

AYAH

Bu, itu kuncinya masih nempel di gembok.

Ibu segera turun, ia meletakkan tas besar di samping kakinya dan menarik kunci dari gembok. Lalu ia masuk kedalam mobil.

Ayah menunjuk tas didepan pagar.

AYAH

Bu, itu tasnya mau ditinggal?

IBU

Ya ampuunnnn!

Ibu kembali turun dan mengambil tas besar itu. Lalu, ia kembali masuk ke dalam mobil.

IBU

Ayo cepat, Ayah!

AYAH

Ayo kemana ini?

IBU

Kan Ibu udah bilang tadi ditelpon,

Misha pingsan. Ayo!

Ayah mulai menginjak pedal gas dan mobil pun beranjak perlahan.

AYAH

Iya, tapi kita kemana sekarang?

Misha dimana?

IBU

Di Permana Agung, kantornya.

AYAH

Masa masih di kantornya, Permana

Hospital mungkin kan punya rumkit juga.

IBU

Nah itu maksud Ibu, ayo cepat Ayah!

CUT TO :

INT. IGD - DAY

Seorang dokter spesialis jantung (kardiolog) keluar dari ruang resusitasi untuk menemui Janu yang sudah didampingi Direktur RS Permana Hospital. Sementara Pak Arifin dan Fano, berdiri di dekat keduanya.

KARDIOLOG

Keluarga pasien?

JANU

Saya, calon suaminya.

Pernyataan Janu sontak membuat Fano, Pak Arifin dan juga Direktur RS menatap Janu.

JANU (CONT'D)

Orang tua sedang menuju kemari.

KARDIOLOG

Baik. Tanda-tanda vital pasien

sudah stabil. Tapi belum ada respon.

Jadi kami perlu melakukan

beberapa tindakan lanjutan.

JANU

Baik, Dok. Tolong lakukan yang terbaik.

DIREKTUR RS

(menyela)

Beliau CEO Permana Agung.

KARDIOLOG

(menunduk hormat)

Kami akan lakukan yang terbaik untuk

calon istri. Semoga tidak ada yang harus

dikhawatirkan. Ada riwayat penyakit

atau alergi obat tertentu?

Janu tampak kebingungan.

FANO

Riwayat penyakit nggak ada, Dok.

Tapi ada alergi obat antibiotik.

Dimas keluar dari ruangan resusitasi dan bergabung bersama mereka.

KARDIOLOG

Golongan penisilin, sulfa atau?

DIMAS

Sefalosporin, Dok. Adik saya

alergi antibiotik sefalosporin.

KARDIOLOG

(menepuk bahu Dimas)

Pantes tadi kamu tegang sekali,

tidak seperti biasanya.

Dimas mengangguk.

DIMAS

Maaf, Dok.

KARDIOLOG

Saya baru tahu, kamu calon kakak

ipar pemilik Rumah sakit.

Dimas mengernyitkan kening, bergantian menatap Janu dan juga Pak Arifin. Dua wajah baru yang tampak asing.

CUT TO :

INT. ICU VIP 01 - DAY

Misha terbaring dengan beberapa selang yang terhubung dengan peralatan medis. Monitor di samping tempat tidur menampilkan grafik kinerja organ vital. Ibu duduk di samping tempat tidur menggenggam tangan Misha, sementara tangan lainnya mengusap lembut kening Misha.

Ayah, Janu dan Dimas duduk di sofa, sementara Pak Arifin dan Fano berada diluar kamar.

Ayah masih menggenggam tangan Janu.

AYAH

Begitulah kondisi istimewa Misha dan

saat ini, hanya kamu yang bisa menolongnya.

Wajah Janu tampak shock dengan penjelasan Ayah Misha, ia masih mencerna semua hal yang tampaknya tidak masuk akal. Janu menarik pelan tangannya dari genggaman Ayah, meragu. Ia menunduk dalam.

Dimas yang disamping Ayah terlihat kecewa.

AYAH (CONT'D)

Roller coaster di Fantasy Island... England.

Serta merta Janu mengangkat kepalanya dan menatap mata Ayah.

AYAH (CONT'D)

Kamu ada di atas sana, ketika

roller coaster itu rusak. Trauma

penyebab akrofobia-mu.

Mulut Janu terbuka lebar sesaat, lalu tangannya terkepal menutup mulut. Ia tertawa kecil, terdengar miris.

JANU

Itu benar... jadi semua ini

juga bukan omong kosong?

Ayah menggeleng, sementara Dimas menarik nafas lega.

AYAH

Saya tahu kamu pasti butuh waktu untuk

berpikir, tapi kondisi Misha tidak

bisa menunggu lama dan hanya

kamu yang bisa menolong Misha.

JANU

Apapun resikonya untuk mengembalikan

kesadaran Misha, saya siap.

Sontak Ayah memeluk Janu. Dimas mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.

CUT TO:

INT. RUANG CEO - DAY

Janu duduk di mejanya, mempelajari berkas ditangannya. Pak Arifin duduk di sofa, sedangkan kedua finance duduk di depan meja Janu.

Tangan Janu membuka laci. Ia mengambil obat antidepresan. Namun, Janu mengurungkan niat untuk minum obat. Lalu meletakkan lagi didalam laci.

JANU

Pilar utama kita di segmen infrastruktur

dan bangunan yang menyumbangkan 64,78%

terhadap pendapatan grup. Tapi

justru disini kita menghadapi

masalah cash flow yang berat.

FINANCE #1

Beberapa job owner menggunakan pola

matching deposit guarantee scheme.

JANU

(menggeleng kesal)

Diberikan DP tapi ditempatkan sebagai

jaminan, sama aja kita nggak di DP!

FINANCE #2

Selain itu kita juga mengalami

kerugian exchange rate losses.

JANU

Oke, kita lakukan solusi pembiayaan inovatif

pada supply chain financing. Jadi kita

cukup mengakui invoice dari mereka

dan pembayaran di bank yang kita tunjuk.

Finance #1 dan finance #2 mengangguk menyetujui.

JANU (CONT'D)

Untuk exchange rate losses, kita mulai

mencari pendanaan dari bank asing,

Jepang atau Eropa.

FINANCE #1

Baik, Pak.

JANU

Jika tidak ada permasalahan

lainnya, rapat saya tutup.

Kedua finance mengangguk dan segera undur diri.

JANU (CONT'D)

Perjalanan bisnis Komisaris Utama sampai kapan?

PAK ARIFIN

Minggu depan, Pak.

Janu membuka laci mejanya dan mengeluarkan amplop coklat.

JANU

Pak Arifin, tolong kosongkan jadwal

saya untuk 3 hari kedepan.

Saya ada kepentingan mendesak di Rumah Sakit.

PAK ARIFIN

Baik, Pak.

JANU

Perihal ini tidak perlu diketahui siapa pun,

termasuk kedua orang tua saya.

PAK ARIFIN

Baik, Pak.

Janu menyodorkan map coklat tersegel.

JANU

Surat pernyataan diri saya.

Pak Arifin terdiam dan tidak paham.

JANU (CONT'D)

Jika terjadi sesuatu pada saya,

pihak-pihak yang tersebut dalam

surat pernyataan tidak dapat

digugat atas dasar apapun.

Sontak wajah Pak Arifin tegang dan ketakutan.

JANU (CONT'D)

Termasuk Pak Arifin.

CUT TO :

INT. ICU VIP 01 - DAY

Sebuah tempat tidur elektrik sudah disiapkan disamping misha terbaring. Janu sudah mengenakan baju pasien, ia berdiri di samping Misha.

Tangan Janu mengusap pelan rambut Misha, lalu berbisik lembut tepat di kupingnya.

JANU

Tunggu ya, gue jemput lo.

Pak Arifin dan Ayah terlihat tegang. Ayah menepuk-nepuk lengan Janu.

AYAH

Terima kasih, Janu.

Janu mengangguk dengan sungguh-sungguh, lalu beranjak dan membaringkan diri di atas tempat tidur.

Dokter anestesi dan Dimas memasang infus di lengan Janu.

DOKTER ANESTESI

Terakhir minum obat antidepresan?

JANU

Sekitar seminggu yang lalu.

DOKTER ANESTESI

Hasil pemeriksaan medis, semuanya bagus.

Janu mengangguk, terlihat santai.

Dokter anestesi memasukkan obat bius ke pembuluh darah vena lewat jalur infus di lengan Janu. Kemudian, Dimas menyerahkan obat pelemas otot pada dokter anestesi.

JANU

Agak pusing yah, Dok?

DOKTER ANESTESI

Tadi pagi, sarapan apa?

JANU

Mmmm...apa yah...

Janu mulai lemas, kelopak matanya perlahan menutup.

Dokter memasukkan selang pernapasan ke dalam mulut Janu, lalu menghubungkan selang itu pada alat ventilator. Ia pun segera mengecek tanda-tanda vital Janu pada layar monitor.

DOKTER ANESTESI

Semua tanda vital dalam kondisi stabil.

Pak Arifin dan Ayah terlihat lega.

CUT TO :

INT. LORONG ICU - DAY

Ibu duduk menunggu di luar ruang ICU ditemani Fano. Raut wajah keduanya terlihat cemas.

Fano memejamkan mata namun dengan rahang mengeras. Ibu memperhatikan raut wajah Fano.

IBU

Ibu paham, Fano menyayangi Misha

lebih dari sekedar sahabat.

Sontak Fano membuka mata.

IBU (CONT'D)

Naluri seorang Ibu...

FANO

Belum pernah saya merasa selemah ini,

tidak bisa melakukan apapun untuk Misha.

Ibu menyimak dengan wajah iba.

FANO (CONT'D)

Tapi ironisnya, merelakan Misha untuk Janu

justru hal terbaik yang bisa saya lakukan.

Apalagi, setelah semua pengorbanan Janu untuk Misha.

IBU

Ibu sudah menganggap Fano seperti

anak sendiri dan Misha akan selalu

membutuhkan Fano tapi dalam cara yang berbeda.

Fano mengangguk, lalu menarik nafas panjang dan tersenyum.

CUT TO :

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)