Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
CITRA
Suka
Favorit
Bagikan
8. 8

61. EXT. ATAP SEKOLAH. SIANG.

Rido dan Citra sedang duduk dengan kaki menjuntai di atas atap sekolah. Keduanya diam. Suasana hening sampai Rido buka suara.

RIDO

Tadinya gue suka sama lo Cit.

Citra menatap Rido yang sedang duduk di sebelahnya.

RIDO (CONT’D)

Tapi rasanya gue ga pantes buat suka sama lo

CITRA

Lo denger semuanya Do?

RIDO

Gue bakal tau diri kok, buat ga deketin lo lagi. Maafin gue ya Cit.

Citra tidak menjawab. Dia terdiam. Kemudian, Rido pergi meninggalkannya.

Citra memandangi langit, lalu air matanya jatuh. Dia menangis dalam diam.

CUT TO

62. INT. RUMAH RIDO. MALAM.

Terlihat Laras sedang sibuk memasak dan menyusun makanan di atas meja makan. Tak lama, Romi datang menghampirinya.

LARAS

Mas, makan malam bareng yuk.

ROMI

Tumben kamu.

Romi duduk, lalu Laras menuangkannya air minum dan menyendokkannya nasi.

LARAS

Makan yang banyak ya Mas.

Romi tersenyum, kemudian menyantap makanannya dengan hikmat.

ROMI

Tumben kamu. Biasanya sih, ada maunya nih di akhir.

Laras duduk di samping kiri Romi. Dia tersenyum.

LARAS

Mas, kita pindah ke luar kota yuk.

ROMI

Maksud kamu?

LARAS

Pindah Mas. Ya kita beli rumah baru aja, di Bali misalnya. Aku pengen tinggal di Bali Mas.

Romi meletakkan sendoknya. Dia berhenti makan. Romi mengusap kepalanya tanda frustasi. 

ROMI

Akui saja Ras.

LARAS

Akui apa maksud kamu Mas? Aku kan bilang mau pindah ke Bali.

ROMI

Aku udah tau semuanya ...[Beat]... kamu nggak pernah nabrak pohon kan? 

Ekspresi tenang Laras berubah jadi ekspresi ketakutan.

LARAS

Tolong aku Mas. Citra neror aku, dan aku nggak mau dipenjara Mas.

ROMI

Kamu harus pertanggung jawabin semua kesalahan kamu Laras. Aku janji, aku akan selalu temani kamu.

LARAS

Mas, aku mohon Mas. Kalau kita pindah, kita bisa memulai hidup baru kita. Bersama Rido juga.

Romi berdiri dan membentak Laras. Dia menunjuk wajah Laras.

ROMI

Jangan pernah pakai Rido untuk lari dari masalah kamu!

LARAS

Kenapa enggak? Kapan lagi dia bisa balas budiku selama ini? Memang kamu nggak mau aku bersikap baik ke Rido setelah ini? Aku janji aku akan baik ke Rido kalau kamu nolongin aku Mas. Ya?

ROMI

Akui saja Ras. Kamu nggak boleh lari terus-terusan dari kesalahan kamu.

Laras berdiri dan membentak Romi tepat di depan wajahnya.

LARAS

Aku nggak mau dipenjara Mas! Kamu ngerti nggak sih?

ROMI

Aku udah nggak kenal sama kamu lagi. Istriku bukan seorang pembunuh seperti kamu.

Romi pergi dari hadapan Laras. Dia berjalan dengan tempo cepat.

LARAS

Mas! Maass!

Laras teriak histeris begitu Romi meninggalkannya. Dia mengacak-acak rambutnya frustasi.

CUT TO

63. INT. KAMAR CITRA. MALAM.

Di kamar Citra, kita melihat kamar yang rapi, dengan banyak tisu bekas yang berantakan di lantai. Di atas meja belajar, ada Citra yang sedang menyembunyikan wajahnya di dalam lipatan tangannya.

Sesaat kemudian, Karin datang membuka pintu kama Citra, dan masuk ke dalam kamar Citra.

KARIN

Kak, ada liat apel hijau di dalam kulkas nggak?

Karin melihat tisu yang berantakan di kamar Citra, dan Citra yang sedang menyembunyikan wajahnya. Citra juga tidak menjawab pertanyaan Karin.

KARIN (CONT’D)

Kak? Kamu kenapa nak?

Karin mengangkat wajah Citra perlahan, dan menampakkan wajah Citra yang sudah membekak akibat menangis.

CITRA

Mama...

Citra memeluk Karin dan meluapkan tangisnya.

Tiba-tiba, Fanya datang dengan eskpresi ceria.

FANYA

Kak, malam ini gue tidur di sini yaa...[Beat]... Lho? Kakak kenapa?

Fanya melihat Citra menangis histeris di pelukan Karin.

KARIN

Sini kita duduk dulu.

Karin membawa Citra ke atas kasurnya, Fanya ikut duduk di samping Karin.

KARIN (CONT’D)

Kamu kenapa nak? Coba cerita.

CITRA

Papa Ma. Aku ingat Papa.

Karin terdiam, begitupun Fanya. Ekspresi Fanya ikut berubah menjadi muram.

Karin kembali memeluk Citra hangat. Dia mengelus lembut rambut Citra. Lalu Fanya ikut menangis, Karin juga memeluk Fanya dengan tangannya yang lain.

KARIN

Untuk hari ini aja. Kita semua menangisi Papa cukup hari ini. Papa pasti juga nggak mau kita sedih-sedihan setiap hari. Kita juga harus kuat, harus mandiri, dan saling dukung satu sama lain. Ya nak?

Citra dan Fanya menjawab dengan anggukan kecil. Lalu karin mengelus dan mencium kepala anak-anaknya.

CUT TO

64. EXT. SEKOLAH. SORE.

Sekumpulan siswa terlihat meninggalkan sekolah dengan teratur. Ada yang saling bergandengan, ada yang saling berboncengan, ada yang saling menggosip.

Citra dan Fanya berjalan santai keluar sekolah.

Di depan gerbang sekolah, ada Romi yang sedang menunggu.

Dia melihat Citra, lalu menghentikan Citra.

CITRA

Kamu pulang duluan ya Fan, kakak ada urusan.

Fanya melihat ke arah Romi dna Citra.

FANYA

Oh, yaudah. Jangan kemalaman ya kak.

Citra membalas Fanya dengan senyuman, lalu Fanya pergi meninggallkan Citra bersama Romi.

Romi melihat Citra dengan tatapan lesu.

CUT TO

65. INT. RUANG KELAS. SORE.

Di dalam kelas itu hanya ada Romi dan Citra. Keduanya diam cukup lama. Kemudian, Romi perlahan, berlutut di hadapan Citra. Citra mundur satu langkah.

Citra menampakkan ekspresi terkejutnya. Dia bimbang antara ingin membangunkan Romi atau tidak. Tapi akhirnya, Citra membiarkan Romi seperti itu.

ROMI

Maafin istri saya, Citra.

Mata Citra berkaca saat melihat Romi menundukkan kepalanya.

ROMI (CONT’D)

Maafin saya. Maaf Citra.

Citra menarik napasnya dalam, lalu mengembuskannya.

CITRA

Kalau Om beneran sayang istri Om, harusnya Om nggak biarin dia berlarut di dalam kefanaan nikmatnya lari dari tanggung jawab. Om pasti ngerti ‘kan apa yang saya maksud?

Romi mengangguk, lalu kita mendengar suara tangis dari Romi. Dia masih berlutut.

Citra ikut menangis dalam diam. Dia mengusap air matanya, lalu pamit pergi.

CITRA (CONT’D)

Saya harus pulang. Semoga Om paham situasinya.

Citra pergi meninggalkan Romi yang masih menangis.

CUT TO

66. INT. RUMAH RIDO. SIANG.

Suasana rumah cukup sepi. Hanya ada Laras yang sedang menyeduh teh di meja dapur. Lalu kota melihat Romi berjalan dengan intonasi lambat ke arah Laras. Ekspresinya nampak bersalah.

LARAS

Mas? Kamu udah pulang kerja?

Laras mengaduk tehnya yang baru dia seduh.

ROMI

Maafin aku, Laras.

Romi menunduk lesu di hadapan Laras.

LARAS

Maaf kenapa Mas? Kamu ada buat salah apa?

Romi tidak menjawab. Laras berhenti menyeduh tehnya, dan meletakkan sendoknya di atas meja.

Beberapa saat kemudian, 4 orang polisi dengan pakaian yang casual. Ada yang mengenakan baju kemeja lengan panjang yang digulung sampai sepertiga tangan dan semua kancingnya lepas, menunjukkan kaus hitam di dalamnya, ada yang menggunakan kemeja lengan pendek yang kancingnya juga dibuka, ada yang mengenakan jaket hitam parasut, dan yang satunya mengenakan kaus hitam biasa. Mereka semua mengenakan celana jeans.

Salah satu dari mereka mengeluarkan lencana polisi, lalu mengeluarkan secarik kertas perintah penangkapan.

POLISI 1

Buk Laras, kami dari kepolisian, akan menangkap Ibuk dengan dugaan kasus tabrak lari. Dengan ini kami mohon kerjasamanya Buk.

Lalu polisi 2 dan 3 mengambil lengan Laras dan memborgolnya.

LARAS

Apa-apaan ini Mas? MAS! MAS ROMI! MAS!

POLISI 1

Bisa tolong tunjukkan kami garasi mobilnya Pak?

ROMI

Di sebelah sini Pak.

Romi mengantarkan polisi menuju garasi mobil tempat Laras menyembunyikan mobil BRV putihnya.

Polisi 2 dan 3 juga ikut membawa Laras menuju garasinya.

CUT TO

67. INT. GARASI MOBIL. SIANG.

Romi membuka pintu garasi dari depan. Kemudian para polisi masuk ke dalam garasi yang dibuka Romi.

Tak lama, Rido datang bersama motornya dengan tergesa-gesa. Dia dengan cepat memarkirkan motornya di depan rumah dan membuka helmnya. Kaku Rido berlari ke arah garasi mobil, dan melihat Laras sedang diborgol oleh 2 polisi tadi.

Polisi 1 membuka mantel penutup mobil, sedangkan polisi 4 merekam semua kejadian dengan ponselnya. Dia mengambil gambar detail dari mobil Laras.

Semua orang terdiam saat melihat mobil remuk yang sudah usang itu.

Romi menangis begitu melihat mobil itu dibuka.

Rido memegang kepalanya dengan dua tangan. Dia terlihat terguncang.

Polisi satu menggosok keningnya dengan tangan kanan, dan tangan kirinya memegang pinggulnya tanda frustasi.

68. INT/EXT. DI MOBIL. SIANG.

Sebuah mobil van kecil berwarna hitam terlihat sedang melaju di jalan raya Jakarta. Kita melihat di dalamnya, ada polisi 4 yang sedang mengemudi, kemudian polisi 1 duduk di samping kemudi. Lalu polisi 2 dan 3 duduk di bangku belakang bersama Laras di tengah mereka.

Laras diam dengan wajah yang terlihat stress. Sedangkan para polisi sedang asik bercerita.

POLISI 2

Hebat juga pelaku nyembunyikan barang bukti.

POLISI 1

Polisi tidak ada clue untuk mencari pelaku tabrak lari ini. Itu yang membuat kita susah untuk menemukannya.

POLISI 4

Bensin mobil habis Ndan.

POLISI 1

Yasudah, kita isi di pombensin depan.

Polisi 4 kemudian mengambil jalur tepi kiri, lalu berbelok ke pombensin pertama yang mereka temui.

EXT. POM BENSIN. CONTINIOUS.

Polisi 4 keluar mobil untuk membuka tangki minyak dan yang lainnya stay di dalam.

POLISI 3

Saya ke toilet sebentar ya Ndan, kebelet. Udah nggak tahan.

POLISI 1

Yaudah cepat sana. Awas ngompol.

Polisi 3 tertawa, lalu kemudian keluar dari mobil. Polisi 1 juga ikut keluar dan menunggu tepat di samping pintu mobil.

Laras memerhatikan polisi-polisi itu. Hanya tinggal satu polisi yang ada di dalam mobil bersamanya.

Dengan sigap, Laras membuka pintu mobil di sebelahnya, dan melarikan diri dari mobil itu.

Polisi 2 panik dan langsung keluar mobil.

POLISI 2

Tahanan kabur!

Polisi 1 dan 4 melihat ke arah Laras, lalu polisi 1 dan 2 mengejar Laras yang berlari cepat ke jalan Raya.

Dua polisi itu kemudian berhenti dan mengeluarkan pistol. Satu tembakan ke langit, kemudian membidik Laras dengan 1 mata.

Laras berlari menyebrangi jalan sambil melihat polisi di belakangnya. Beberapa saat kemudian, sebuah truk menabrak Laras yang kabur sesaat sebelum peluru ditembakkan.

Kita melihat Laras tergeletak di jalan raya dengan kepala yang berlumuran darah.

Para polisi dengan sigap berlari ke arah Laras. Polisi 1 langsung mengeluarkan ponselnya. Menelepon Ambulans.

CUT TO

69. EXT/INT. RUMAH SAKIT. SIANG.

Sebuah ambulans datang dan langsung menurunkan Laras. Para polisi ikut berlari bersama dokter saat mengantarkan Laras ke ruang UGD. Di mulut Laras, sudah dipasangkan masker oksigen.  

Sampai di depan pintu UGD, para polisi menunggu di luar. Tak lama, Romi dan Rido datang menghampiri para polisi dan ikut menunggu di luar dengan ekspresi cemas.

CUT TO

70. INT. KAFE. SORE.

Citra sedang sibuk membersihkan meja bekas pelanggan, lalu pelanggan lain yang baru datang menghampiri meja kasir, dan dengan sigap, Citra berlari ke arah kasir untuk melayani pelanggan tadi.

Pelanggan menyebutkan pesanannya, dua kopi latte. Citra menerima pesanan dengan tersenyum ramah.

Saat dia sedang membuatkan minuman tadi, televisi yang tergantung di sudut kafe itu menayangkan berita tentang Laras.

REPORTER

Seorang wanita berinisial LR diduga pelaku tabrak lari 3 bulan yang lalu, berhasil diringkus di kediamannya oleh polisi melalui laporan yang dibuat oleh suami pelaku. Pelaku menyembunyikan barang bukti berupa mobil pribadinya di dalam bagasi dengan ditutupi oleh penutup mobil tersebut. Saat polisi dan pelaku sedang dalam perjalanan menuju mabes polri, tersangka melarikan diri ke jalan raya hingga menyebabkan sebuah truk yang sedang melaju, menabrak pelaku. Beruntung pelaku berhasil diselamatkan dan kini sedang melakukan perawatan di rumah sakit terdekat. 

IN FRAME :

·        Gambar Laras di borgol oleh polisi di dalam bagasi.

·        Gambar polisi membuka bungkus mobil.

·        Gambar laras yang sedang dilarikan di rumah sakit.

·        Gambar kecelakaan 3 bulan lalu.

Kita melihat Citra yang melebarkan matanya karena kaget saat melihat berita, menjatuhkan pesanan kopi yang tadi dibuatnya. Beberapa pelanggan, mengarahkan pandangan mereka pada Citra, lalu kembali fokus pada urusan mereka masing-masing. Yang sedang bergosip melanjutkan gosipnya, yang sedang bermain hp melanjutkan permainannya.

Kemudian, Citra kembali fokus untuk membuat minuman baru.

CUT TO

71. EXT. KAFE. MALAM.

Malam gelap menyelimuti kota. Jalan raya dipenuhi dengan lampu-lampu kendaraan. Bintang tak terlihat malam ini. Beberapa awan terlihat bergerombol di langit. Lalu kita melihat sepsang kaki melangkah di depan kafe tempat Citra bekerja. Di depan pintu kafe itu, kita melihat Rido sedang melihat Citra yang sedang menutup pintu kafe tersebut.

FLASHBACK TO SCENE 5

INT. RUMAH SAKIT. KORIDOR. SIANG.

P.O.V Rido : Rido melewati Citra dan Karin, melihat mereka dengan ekspresi heran.

CITRA

(Menangis)

Mama... Ma...

KARIN

(Teriak)

DI MANA KAMAR MAYAT SUS?!

Kaki itu melangkah mendekati Citra. Lalu berdiri tepat di belakang Citra.

Citra selesai mengunci kafenya, lalu berbalik badan dan langsung mendapati Rido sedang berdiri di dekatnya. Keduanya tampak diam beberapa saat.

RIDO

Hm. Kafenya udah tutup ternyata.

Rido berbalik arah untuk meninggalkan Citra. Dia terlihat linglung. Beberapa langkah setelah menjauh, Citra memanggil Rido.

CITRA

Do! Temenin gue yuk.

Rido berbalik badan dan menatap Citra lekat.

CUT TO

72. EXT. SEKOLAH. MALAM

Motor Rido bersama Rido dan Citra di belakangnya, berhenti tepat di depan pagar sekolah. Rido membuka helm-nya, Citra turun dari motornya. Mereka kemudian masuk ke dalam sekolah.

Sampai di tangga, mereka berdua berlari untuk sampai ke atas.

Begitu sampai di atas, keduanya mengatur napas dalam-dalam, lalu Citra berteriak kencang-kencang. Rido memerhatikannya. Setelah berteriak, Citra menngerakkan kepalanya ke udara, menginstruksi Rido untuk ikut berteriak. Lalu Rido berteriak.

Kemudian, mereka berdua duduk di atas dengan kaki menjuntai ke bawah. Keduanya diam cukup lama.

RIDO

Maafin gue Cit. Maafin gue.

Lirih Rido.

Citra menarik napasnya singkat setelah mendengar maaf Rido.

CITRA

Dulu, waktu Fanya masih kekcil, dia pernah mecahin pot keramik kesayangan Mama tepat di hadapan gue. Gak berapa lama, Mama Papa dateng nyamperin gue dan Fanya, trus mereka nanya siapa yang mecahin ...[Beat]... Fanya ga berani jawab, dia udah ketakutan saat itu. Akhirnya, gue bilang ke Mama Papa kalau yang mecahin pot itu gue.

Rido melihat Citra dengan tatapan sedih.

CITRA (CONT’D)

Awalnya gue berpikir mereka bakal marahin gue habis-habisan, tapi Papa justru bilang kalau gue anak yang baik, karena mau ngelindungin adenya. Terus Papa kasih nasehat ke gue dan Fanya. Ga seharusnya kesalahan orang kita ambil alih. Dan orang yang melakukan kesalahan itu yang seharusnya mengakui kesalahannya.

Citra menatap Rido sambil tersenyum simpul. Mata Rido berkaca saat melihat Citra.

CITRA (CONT’D)

Maafin gue ya DO. Gue udah lampiasin kekesalan gue ke lo.

Air mata Rido tumpah saat mendengar kata maaf dari Citra.

CITRA (CONT’D)

Kita temenan lagi?

Citra mengacungkan kelingkingnya sambil tersenyum simpul. Rido ikut tersenyum dan membalas jari kelingking Citra.

CUT TO

73. INT. RUMAH SAKIT. PAGI.

Di sebuah kamar kecil, terlihat Laras sedang terbaring pingsan dengan alat pernapasan di mulutnya. Di tangan kananya ada infus dan juga borgol yang mengikat kedua tangannya dengan besi tempat tidur.

Di samping Laras, ada Romi yang sedang tertidur dengan posisi duduk di atas kursi, sambil memegangi tangan laras.

Kita melihat Laras masih pingsan, lalu tak lama dia membuka matanya perlahan dan mulai sadar.

Tangannya bergerak dengan lemah, namun mampu membangunkan Romi.

ROMI

Ka-kamu udah sadar?

Laras menangis begitu melihat Romi di hadapannya. Matanya memerah.

Dia terlihat berusaha untuk berbicara.

LARAS

Ma-a-fin a-ku Ma-s

Romi menatap pilu Laras.

CUT TO

74. EXT. HALTE BUS. PAGI.

Suasana hari sangat cerah pagi itu. Jalanan dipadati dengan anak-anak sekolahan yang akan berangkat sekolah. Lalu di sebuah halte, kita melihat Citra sedang berdiri sendirian sambil melihat ke arah jam tangannya dengan khawatir.

Sesaat kemudian, Rido datang bersamaan dengan deru motornya.

RIDO

Maaf buk telat.

CITRA

Iih dasar. Sebentar lagi bel niihh, yuk ah

RIDO

Ehehehe.

Citra naik ke boncengan motor Rido, mengenakan helm, lalu motor itu melaju kencang.

EXT. JALAN RAYA. PAGI.

Motor Rido melaju di antara kendaraan lainnya. Citra memegang pundak Rido dari belakang.

RIDO

Apa kabar tante dan Fanya, Cit?

CITRA

Baik aja sih. Cuma akhir-akhir ini Fanya udah berani minta izin buat pacaran. Dasar tuh anak.

Rido tertawa menanggapi Citra. Citra juga tertawa kecil.

CITRA (CONT’D)

Kalau bu Laras apa kabar Do?

RIDO

Baik aja. Tapi kayaknya Mama nggak akur deh sama temen selnya.

CITRA

Humm.

Motor melaju semakin kencang.

CUT TO

75. EXT/INT. SEKOLAH/ATAP SEKOLAH. SIANG.

Citra dan Rido berlari di tangga sekolah dengan ekspresi gembira. Sampainya di atas, mereka berteriak dengan ekspresi bahagia dan suara yang kencang.

IN SHOT :

Suasana kelas yang tadinya tenangtiba-tiba dikagetkan dengan suara gema dari teriakan Citra dan Rido.

BACK TO

Citra dan Rido tertawa setelah berteriak. Sesaat kemudian, guru dengan tongkat di tangannya datang ke atap sekolah. Dia memergoki Citra dan Rido yang berteriak.

Pak guru kemudian mengejar Citra dan Rido, lalu menjewer mereka berdua.

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar