Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
CINTA SINTA KEPADA RAMA TAK TERGANTIKAN
Suka
Favorit
Bagikan
7. 7

32. EXT. TROTOAR – AFTERNOON

Suasana pulang kerja.

Langit tampak sedikit mendung. Orang-orang kantoran memenuhi trotoar yang sempit. Ada juga pejalan kaki biasa.

Ray berdua Mirwan berjalan menuju halte. Tanpa suara kita akan melihat mereka berdua bercakap-cakap. Pada saat sudah dekat halte, Mirwan melihat Sinta berdiri di sana bersama Nurul di antara orang-orang menunggu bus.

MIRWAN

Mas, itu mbak yang kemarin di Warung Soto Mang Usman, kan?

Ray sama halnya Mirwan melihat Sinta. Dia paham maksud Mirwan. Dia lalu mengangguk.

MIRWAN (CONT’D)

Kebetulan ya, Mas?

Ray sengaja tidak menggubris. Dia lalu pura-pura mengambil ponsel dan menelepon Lana.

33. CONTINUED

Mirwan tersenyum menyapa Sinta dan Nurul. Mereka berbasa-basi sedikit.

Sinta melihat Ray sebentar yang berdiri dalam jarak sekitar dua meter dari mereka. Di antara orang laki-laki dan perempuan yang sedang mengobrol.

Ray masih berpura-pura menelepon.

Pada saat bus datang, Ray naik paling belakangan.

34. CONTINUED

Ray berdiri di dekat pintu masuk. Dia masih pura-pura menelepon.

Di barisan kursi tengah, Sinta memandanginya penasaran. Sementara Nurul dan Mirwan nampak mulai akrab.

35. INT. RUMAH RAY – KAMAR RAY – NIGHT

Ray duduk. Dia mengetik di laptop.

Terdengar pintu diketuk. Lalu tanpa menunggu dipersilakan, pintu membuka. Lana masuk.

LANA

Mas tadi nelponin lama banget tapi nggak jelas. Mau ngomong apa, sih?

Ray menoleh. Tersenyum tengil.

RAY

Iseng.

Lana menghela napas. Di pintu, ada Ibu yang muncul berdiri di sana.

LANA

Bukannya kerjaan Mas Ray juga seabrek-abrek, ya? Masih butuh sampingan?

Ray menoleh lagi. Menampakkan senyum bodoh beberapa detik.

RAY

Nah itu, sampingan mas ngisengin kamu.

Lana melotot. Ibu di ambang pintu memperhatikan penasaran.

LANA

Tahu nggak, Mas, tadi tuh aku lagi ngerjain tugas kelompok yang susahnya kayak disuruh nangkep dajjal. Pas Mas Ray nelepon tadi kiRayn bakal bikin aku rileks dikit. Bisa nyingkir sebentar dari temen-temen. Tapi malah nambah stres gara-gara Mas Ray ngomong apa nggak jelas. Kemresek tivi rusak masih bisa dimaklumi.

Ray tertawa. Sementara Ibu masuk.

LANA (CONT’D)

Kena karma baru tahu rasa lu!

IBU

Hus! Jangan ngomong gitu, ah.          

LANA

Ya habisnya, orang lagi kesusahan juga ...

IBU

Udah ... kan Mas Ray nggak tahu kamu juga lagi nugas.

Senyuman Ray lebar. Tapi fokus kerjanya tak terganggu.

LANA

Ya emang harus ya, Bu, aku bikin pengumuman kalau lagi kesusahan? Aturan aktivin radar kepekaan, dong. Pantesan ...

IBU

Udah, peka-peka. Kamu duluan dong pekain mas mu itu. Dia kan selalu stres karena kerjaannya segunung. Butuh hiburan.

LANA

Yee, kok jadi aku sih, Bu. Mas Ray duluan dong. Pekaan dikit. Pantesan nggak nikah-nikah.

IBU

Eh, kok kamu jadi kesitu-situ ngomongnya.

LANA

Yalah, Bu, jodoh itu berawal dari peka. Kalau nggak peka-peka, ya lama dapatnya.

IBU

Heh, sembarangan kalo ngomong. Daripada kamu ngomong yang enggak jelas gitu, mending kamu doain tuh mas mu biar cepet dapat jodohnya.

LANA

Bukannya udah? Tuh Mbak Sinta, orang satu kompleks saja pada ngerestuin, kan?

IBU

Eh, makin sembarangan kamu ngomong! Awas hati-hati, nanti kamu sendiri yang jadi sembarangan jodohnya.

LANA

Kok, ibu jadi ngatain aku gitu.

IBU

Yee ... ibu kan hanya ngingetin. Orang kamunya saja susah direm!

LANA

Hu, dasar! Di mana-mana tuh anak bungsu yang dibelain. Ini malah kebalikannya. Yang dibuli.

IBU

Ya kan kamu tinggalnya di sini bukan di mana-mana.

LANA

Ih!

Ibu dan Ray tertawa.

Lana mengentakkan kaki. Lalu keluar.

36. INT. WARUNG KOPI – NIGHT

Ray mendekati Acin yang tengah memberesi kursi dan meja di bagian luar kafe. Acin tidak bekerja sendirian. Dia bersama dua pegawainya.

Acin menoleh. Dia lalu menata dua kursi lagi dan satu meja di sudut teras.

ACIN

(ke salah satu pegawai)

Boy, tolong bikinin minum, ya. Dua.

PEGAWAI

Siap, Mas. Yang biasa?

Acin mengangkat dagu ke Ray.

RAY

Biasa saja.

Pegawai mengangguk. Lalu masuk ke dalam.

Acin kembali memberesi meja dan kursi.Ray bergerak membantu.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar