Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
13. EXT. MULUT GANG KECIL – LATER THAT AFTERNOON
Ray menoleh Sinta yang berjalan di belakangnya.
Sinta menatap Ray sebentar sambil tersenyum.
RAY
Nggak naik ojek?
Sinta geleng kepala sambil masih tersenyum.
SINTA
Nggak, Mas. Saya mau mampir dulu ke rumah Bude Asnah. Sayang kan, Mas, kalau deket tapi pake ngojek segala.
Ray mengangguk. Mereka lalu jalan bersisian.
13. CONTINUED
Banyak orang berlalu-lalang di gang. Beberapa ibu-ibu bergerombol di suatu sudut. Ada yang bercanda. Ada yang tampaknya sedang bicara serius. Ada juga ibu-ibu yang tampak ngomel-ngomel karena anaknya memuntahkan kembali makanan di dalam mulutnya
Ray dan Sinta saling sapa dengan orang-orang yang mereka lewati. Setelah mereka agak jauh, ibu-ibu tersebut saling berbisik membicarakan mereka berdua. Tapi baik Ray maupun Sinta tak ada yang mendengat. Mereka hanya terus jalan.
Lalu mereka lewat di depan gerombolan ibu-ibu yang lain.
Ada yang saling bisik lagi sambil senyum-senyum menatap mereka berdua.
IBU-IBU #1
Pulangnya bareng, Mas Ray. Tumben?
Ray dan Sinta hanya tertawa kecil. Tak ada yang menyahut.
IBU-IBU #2
Itu sengaja apa kebetulan, Mas Ray? Biar ketularan si Nanda, ya?
Orang-orang tertawa. Ray dan Sinta tak peduli.
CUT TO:
Kita akan melihat Ibu keluar dari rumah membawa SEROKAN SAMPAH. Ibu memasukkan sampah ke dalam tempat di sudut depan pagar rumahnya.
Ibu mendengar suara tawa ibu-ibu kompleks. Ibu lalu menoleh dan melihat Ray yang sedang berjalan bersama Sinta.
CUT BACK TO:
Sinta tiba di depan rumah Bu Asnah. Jarak antara rumah Bu Asnah dengan rumah Ray hanya bersela empat rumah.
SINTA
Duluan, Mas.
Ray mengangguk. Dia juga melihat Bu Asnah sedang duduk ngeteh bersama menantu barunya di teras.
Ray mengangguk menyapa Bu Asnah. Bu Asnah membalas sapaan Ray.
14. I/E. DEPAN RUMAH RAY – CONTINUED
Pada saat Ray mendekati pagar, dia melihat Ibu berdiri di depan teras memegang serokan sampah.
Ray mengucap salam sambil membuka pagar dan masuk. Dia mengambil tangan Ibu dan salim. Dia berusaha menghindari tatapan ibunya karena paham dengan kondisi. Ray segera masuk ke dalam.
15. INT. RUMAH SINTA – RUANG MAKAN – EVENING
Sinta dan keluarganya baru selesai makan malam. Dia memberesi piring kotor. Sementara terlihat ibunya mengupas buah mangga.
PAK YON
Tadi gimana, katanya diminta ke rumah si Asnah. Ngapain?
Sinta menoleh.
SINTA
Nggak ngapa-ngapain.
Bu Meri dan Pak Yon saling tatap. Bu Meri berhenti mengupas mangga sebentar.
BU MERI
Nggak ngapa-ngapain kok disuruh mampir segala?
Sinta membawa piring kotor ke belakang.
Bu Meri dan Pak Yon saling tatap lagi.
Tak lama Sinta kembali. Dia duduk di tempat semula.
Bu Meri lalu melanjutkan mengupas mangga.
BU MERI (CONT’D)
Serius kamu nggak ngapa-ngapain?
Sinta tersenyum. Dia menyusun kata.
SINTA
Bude Asnah minta aku masukin Febi ke kantor, Bu.
Bu Meri membelalak. Dia berhenti lagi mengupas mangga.
SINTA (CONT’D)
Febi kan baru lulus, dan kemarin sebelum nikah emang tanya-tanya lowongan di tempatku, Bu.
BU MERI
Ya tapi kan dia seminggu nikah saja belum ada. Masak sudah dikejer buat langsung kerja? Lagian, ngapain si Asnah yang nanya- nanya. Atau nanti, kek, paling nggak.
Bu Meri melanjutkan mengupas mangga. Lalu memotong-motongnya memanjang.
PAK YON
Mungkin maksud si Asnah biar Febi nggak kelamaan nganggurnya. Lulusan baru kalau kelamaan nganggur nanti ilmunya jadi tumpul.
Bu Meri menatap suaminya dengan dahi berkerut. Sinta tertawa kecil. Dia memungut mangga sepotong dan memakannya.
16. INT. RUMAH SINTA – KAMAR SINTA – SECOND MOMENTS LATER
Sinta mengetik di laptop.
Ponselnya berbunyi notifikasi. Dia membuka ponsel dan melihat grup chatnya bersama orang-orang satu kompleks. Seseorang telah mengirim video dirinya jalan berdua Ray sore tadi. Dalam caption unggahan tersebut tertulis: CALON MANTEN.
Orang-orang saling berkomentar yang tidak-tidak. Hampir semuanya berupa ledekan.
Beberapa pesan pribadi masuk. Dari teman-temannya di grup tersebut menanyakan validasi video.
Sinta tidak menjawab. Ogah stres, Sinta memutuskan keluar dari grup chat.