Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. GEDUNG PENERBITAN-LOBI-SIANG
Di ruang tunggu, Ray dari lima orang pengunjung duduk dengan tidak sabaran. Ia berkali-kali melihat jam di pergelangan tangannya. Ia berdiri, mengeluarkan telepon genggam, di layar smartphone terbaca My Girl, dan terdengar nada tunggu.
Ray mengeluarkan nafas dari hidung. Mengabaikan seorang pria di sebelahnya yang memperlihatkan majalah arsitektur terbitan penerbitan yang mereka datangi. Ia tersenyum, menolak.
Ray lalu melangkah. Dengan senyum di wajahnya, mengetuk meja resepsionis dengan kuku jarinya. Dan mendapati wajah wanita resepsionis melihatinya sinis. Sedang ia tetap dengan wajah ramahnya, bertanya.
RAY
Mba, saya nggak bisa hubungi Carla...
WANITA RESEPSIONIS
(menyela)
Masalah saya (bergumam)
Ray cengengesan. Bola matanya berputar. Tersenyum pada satpam yang berjalan mendekat, bersandar di meja resepsionis.
SATPAM PENJAGA GEDUNG
Anak baru dia, mas (menggunakan sudut mata menunjuk wanita Resepsionis, nada bersahabat.) Cari siapa?
RAY
Carla Cahaya. Editor...
SATPAM PENJAGA GEDUNG
Oh, mba Lala, tahu-tahu (menyela, melihat jam di dinding.) Sekarang jam istirahat, mas. Emang siapanya mas? Pacarnya yah? Atau saudaranya? Ehm, mba Lala itu baik.
RAY (V.O)
Mulai lagi
SATPAM PENJAGA GEDUNG
Kemarin pak Dimas nggak kasih pulang cepat, soalnya ada masalah, terus mba Lalanya kasih kita minuman kesehatan gitu (nadanya rendah, lupa minuman apa)
RAY
Tapi pak, kok nggak bisa dihubungin yah?
SATPAM PENJAGA GEDUNG
Paling lagi ngobrol sama pak Dimas. Keseringan gitu, akhir-akhir ini Pak Dimas lagi senang gitu makan siang bareng Mba Lala
WANITA RESEPSIONIS
Nggak gitu, pak. (menyela, seperti sejak tadi memperhatikan.) Mba Lala bilang nggak usah ngomong itu. Tapi hari ini mba Lala nggak bisa diganggu (nadanya semakin sinis)
SATPAM PENJAGA GEDUNG
Iya yah, mba? (muka bingung.) Kemarin saya lihat pak Dimas ngajak mba Lala terus.
WANITA RESEPSIONIS
(berdehem, menatap sinis Satpam)
Ada yang mau saya sampain sama mba Lala, mas? (melihat Ray)
RAY
(berfikir sebentar, menggeleng)
Ray melihati layar hapenya, melihat jam membentuk angka dua. Sepertinya makan siang mereka batal hari ini, Ray berfikir Lala mungkin lupa.
RAY
Ya sudah mba, terima kasih. (tersenyum) mari pak
Ray keluar, melewati pintu kaca. Tak lama, Lala dan seorang teman perempuan keluar dari sebuah ruangan.
WANITA RESEPSIONIS
(berbicara cepat) Mba, pak Pam cerita banyak.
Tadinya saya nggak mau ngomong (ngedumal)
SATPAM PENJAGA GEDUNG
Saya salah yah, mba? Sori-sori (pasang wajah sok manis)
LALA
Nggak papa. (meregangkan tangan ke atas) Emang nggak gampang bohong.
WANITA RESEPSIONIS
Emang kenapa mesti bohong? Kenapa nggak ditemuin?
LALA
(menggeleng)
Lagi ada project (asal)
Lala merapikan blouse luaran kaos putihnya yang mengusut, sepertinya telah memperhatikan dari tadi kehadiran Ray. Ia melihat jam kecil di pergelangan tangan, sepasang dengan Ray, ia tersenyum, harus kembali kerja. Menarik karet hitam dari tangannya, mengikat rambut selehernya. Melihat pintu masuk gedung.
DISSOLVE TO:
EXT. JALAN RAYA-PAGI
Langit semakin cerah. Kendaraan semakin padat. Ray dengan motornya bisa dengan cepat melaju. Ia berhenti saat lampu merah. Ia diapit oleh taksi dan metro mini. Ia melirik taksi di sebelah kirinya, bisa melihat ke dalam seorang gadis di dalam taksi. Kepalanya lalu bergerak ke kanan, baru saja ingin menoleh, lampu lalu lintas telah berganti hijau.
Motornya kembali melaju.
EXT. UNIVERSITAS-FAKULTAS TEKHNIK-HALAMAN KAMPUS-PARKIRAN MOTOR-PAGI
Ray mematikan mesin motor, melepas helm. Membungkuk, merapikan bagian depan rambutnya setelah melihat bagian yang teracak di kaca spion. Di kaca, ia bisa melihat sepasang mahasiswa yang sedang mengobrol di parkiran. Ia mengembungkan pipi. Turun dari motor. Ray berjalan menuju gedung fakultas, melewati beberapa mahasiswa di tembok rendah yang dijadikan tempat duduk oleh mereka di halaman kampus. Suara hati Ray mulai terdengar setelah melihat beberapa pasang mahasiswa yang saling menggenggam tangan.
RAY (V.O)
Apa lo punya pacar yang pengen lo putusin? Apa lo udah menjalin hubungan sejak seratus tahun yang lalu, atau masih sejak dalam kandungan? Jadinya mau mikirin buat putus aja susah.
(MORE)
RAY (V.O) (cont’d) Mau cari alasan apa, tapi kalau orang lain lihat, kalian adalah pasangan yang selalu ditakdirkan bersama. Seperti gue dan dia.
MONTAGE:
INT. TAMAN KANAK-KANAK-PAGI
Lala kecil menghampiri Ray kecil yang memilih duduk sendiri. Ia mendekat, tapi tak banyak bicara. Menarik perhatian Ray kecil.
RAY (V.O)
Gue berteman dengan gadis ini sejak masih TK.
EXT. SEKOLAH DASAR-DEPAN KELAS-PAGI
Ray mengikuti Lala yang ingin berjalan masuk ke dalam kelas A, yang adalah kelas Lala. Ia mendapat teguran dari guru dan membuat Ray menangis. Rita (Ibu Ray) yang datang untuk menemani di hari pertama sekolah, tidak berhasil menenangkan putranya, tapi Lala dengan sekali sentuhan di bahu Ray, telah menghentikan tangisan Ray.
RAY (V.O)
Gue melanjutkan di SD yang sama
INT. SMP-DALAM KELAS-PAGI
Ray muncul dari pintu kelas, buru-buru mendekati Lala yang sedang mengobrol dengan teman perempuan. Ray segera meletakkan tangan di depan wajahnya, meminta buku PR Lala dengan wajah santainya memberi buku, seperti tahu hal ini akan terjadi.
RAY
Cepet-cepet.
RAY (V.O)
SMP
EXT. SMA-PARKIRAN SEKOLAH-PAGI
LS: Ray melihati seorang pria berseragam yang sama mendekati Lala yang sedang menunggu kedatangannya, dan seorang pria yang berdiri di sebelah Lala.
PRIA BERSERAGAM
La, aku mau ngomong sama kamu. (Di belakang punggungnya, tangannya memegang bunga dan cokelat,
sambil tersenyum lebar pada Lala)
LALA
(Menunggu, dengan wajah yang tak tahu apa-apa, dan tak bersemangat)
Kenapa?
RAY
(Berlari mendekat, menarik tangan Lala, menuju motor bebeknya)
Udah gue bilang, tunggu gue. (Melihat pria berseragam dengan senyuman sinis)
Motor melaju.
RAY (V.O)
Bahkan di SMA yang sama.
INT. AULA SEKOLAH-SIANG
Acara pengumuman kelulusan. Seluruh siswa kelas tiga berbaris di dalam Aula. Menunnggu kepala sekolah datang, sementara guru-guru sibuk menenangkan siswa yang sibuk bercerita. Ray berdiri di deretan yang sama dan tak jauh dari Lala. Matanya tak lepas dari Lala yang sedang berbincang dengan seorang siswi lain, menutupi mulut saat tertawa kecil, tersenyum.
Ray lalu berjalan, mendekat, menghampiri Lala. Beberapa siswi memperhatikan dan berseru saat Ray yang mengangkat tangannya di depan Lala.
Wajah Lala yang biasanya tak berkspresi, terpasang ekspresi terkejut saat tangan Ray menggenggam jarinya.
RAY (V.O)
Dan entah kenapa hari itu,
saat episode terakhir masa sekolah menengah atas kita, dia terlihat
(MORE)
RAY (V.O) (cont’d) begitu cantik dan membuat gue nggak ingin melepasnya.
DISSOLVE TO:
EXT. KAMPUS-DEPAN FAKULTAS-PAGI
Ray tiba di depan fakultas, melihati dua orang yang saling berhadapan dengan wajah yang hampir berteriak. Ray mengenali pria itu sebagai Tara, salah seorang temannya. Ia mendapati lirikan Tara padanya dan ia mempercepat langkahnya, tahu sesuatu akan terjadi di antara mereka, mungkin saja tamparan, cakaran, dan baru saja setelah melewati mereka dan bergerak ke tangga menuju lantai atas, Ray mengernyitkan hidung, ia baru saja mendengar suara gadis.
GADIS (O.S)
Kita putus.
RAY (V.O)
Dan sejak saat itu, gue dan Lala berpacaran.
Terkenal sebagai pasangan kampus.
Ray menghela nafas dan berjalan menuju ruang tunggu untuk prodinya. Ia mencari tempat kosong di kursi panjang yang tersedia untuk mahasiswa. Beberapa mahasiswa lalu lalang. Beberapa yang masih menunggu kedatangan dosen, duduk di kursi yang tersedia di depan ruang dosen. Ray lalu mengeluarkan beberapa map bening dari tasnya.
Wajah seriusnya menghilang diganti ekspresi ramah, menyapa Ali teman kuliahnya yang segera mengambil tempat di sebelahnya.
ALI
Gimana? Udah selesai?
RAY
Ujian Meja gue baru kemarin. Tinggal tunggu tanggal Yudisium. (tersenyum, menggerakkan luaran kemejanya, bangga) Wisuda dan selesai. Lo gimana?
ALI
Gue masih sibuk. (Menggaruk bagian belakang kepalanya)Dosen pembimbing gue kabur mulu, nih.
RAY
(Menggerakkan kepalanya, mendecakkan lidah.)Kalau begitu, selamat tinggal. Gue duluan.
ALI
Lo sih enak, ada Lala yang jadi dosen pembimbing pribadi lo.
Ray tidak menanggapi. Dan mengangkat tangan, menyapa Tara yang datang dari bawah dan dengan senyum lebar di wajahnya.
RAY
Ciye, yang baru putus. (menepuk bahu Tara yang duduk di sebelahnya)
ALI
Lagi? (tertawa kecil)
TARA
Tahu deh. (menggerakkan bahu) Tuh cewek banyak banget maunya. Baru aja jadian, udah kayak istri.
ALI
Ampun deh, lo kan ngejer dia pake banget. Masa gitu aja selesai.
Jangan-jangan lo yang minta putus?
TARA
(tak menjawab, memutar bola mata)
Pipi Ray mengembung, mendengar.
RAY (V.O)
minta putus?
RAY
Lo nggak bakalan tega mutusin cewek kan... (nadanya mengembang, tapi jelas meminta penjelasan)
TARA
Yah enggak (ragu)
Ray dan Ali melihat ke arah Tara, menunggu lanjutan kalimat Tara.
TARA
Tapi, karena gue rasa, sama dia udah nggak cocok. Yah nggak ada pilihan lain, kecuali
(MORE)
TARA (cont’d) memperlihatkan ke dia kalau gue nggak suka tingkah dia. (menggerakkan bahu)
ALI
Wah, parah lo. (menunjuk Tara, meminta persetujuan Ray)
Ray tertawa kaku.
RAY
Nggak tega juga kan.
TARA
Cewek juga bakalan langsung ngerti kok. Dan setelahnya gue jujur ke dia. (memasang wajah sedih) Bukannya bosan, tapi kita nggak bisa bersama lagi kalo kamu ngatur aku kayak anak kecil.
Tara lalu berdehem. Menggganti nada suaranya. Memulai dialog antara pria dan wanita.
TARA (CONT’D)
(suara cewek)
Kita kan pacaran. Sudah seharusnya saling mengingatkan, mengkhawatirkan. Kalo kamu ditelpon aja nggak aktif, aku tuh khawatir banget.
TARA (CONT’D)
(suara asli)
Tapi kan aku lagi ada rapat organisasi, sayang.
TARA (CONT’D)
(suara cewek)
Tapi teman aku bilang kamu lagi di cafe bareng teman-temen kamu. Kamu ngapain di sana? Ada cewek juga kan?
TARA (CONT’D)
(suara asli)
Kamu kok bisa tahu dimana. Aku memang lagi ada rapat. Kamu
mata-matain aku yah. Aku nggak suka kalo aku udah jujur, malah dikatain bohong. Kamu tuh over. And we are over.
Tara menggerakkan bahu. Dialog buatannya selesai.
TARA
Tapi lo mesti tetap kontrol emosi dan ekspresi, kalo nggak mau ketahuan lagi cari masalah. (melirik Ray) Tapi lo nggak pernah butuh cara-cara ginian.
RAY
(kening terangkat) kenapa emang?
TARA
Lo udah kenal baik cewek lo. Jadi lo nggak punya sesuatu yang bisa jadi bahan kecewa lo, kan?
Ray bergumam, gerakan kepalanya terlihat. Meski ada raut keraguan yang terlihat di wajahnya.
TARA
Gue juga, kalo ada kesempatan, pengen ketemu juga cewek kaya dia. Bisa ngertiin lo dengan sekali lihat.
ALI
(nampak menyetujui) Bener banget, dia udah baik,
cantik, nggak ngerepotin, dewasa.
Ray nampak tak fokus. Tatapannya lurus ke depan. Sudut matanya lalu mengikuti dua gadis yang lewat di hadapan mereka, salah satunya akan diketahui bernama Tiffani. Ia menghela nafas, mendengar suara tawa gadis itu. Ia baru saja ingin menoleh, saat mendapat tepukan dari Ali di bahunya.
ALI
Lo beruntung, bro.
TARA
Gue juga pengen, (sok manis, mengerjapkan mata) Tapi gue nggak bakalan bisa dapat waktu biar bisa kenal cewek lain, soalnya semua orang kenal Lala. (tertawa) Tapi ngapain gue selingkuh kalo udah bareng dia.
Ray tertawa kecil, melirik Tara. Kepalanya dipenuhi dengan banyak hal.
ALI (O.S)
Nggak ada yang bisa kayak dia. Komplit.
TARA (O.S)
Dia perfect.
RAY (V.O)
Siapa yang perfect? Mereka tahu luarnya aja. Selama ini gue udah berasa kayak mainannya dia. Dia kayak anteknya nyokap gue.
Ray menghela nafas. Mengingat hubungan mereka selama ini.
DISSOLVE TO: