Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
20. INT. RUANG BK-RUANG KELAS. SIANG
Cast: Nuno, Aldi, Bu Wati, Kepala Sekolah.
Nuno dan Aldi duduk berjejeran dan di seberang meja ada Bu Wati
BU WATI
Sekarang jujur sama Ibu, kalian ngapain berdua di dalam?
NUNO
Mmm, pipis, Bu..
ALDI
Ya, Bu.
BU WATI
Ooh, enggak mau jujur ya? Nuno, cepat ambil majalah dewasa yang ada di tasmu.
NUNO
Saya enggak bawa, Bu.
BU WATI
Kamu pikir Ibu enggak tahu?
(diam sejenak)
Cepat ambil.
Nuno lalu pergi ke kelas dan mengambil tasnya. Di kelas, ia memberikan novel yang sudah dibelinya untuk Manda.
NUNO
(mengambil tas dan menghampiri Manda yang sedang duduk sendirian sembari membaca buku)
Nih, ada novel buat kamu..
MANDA
(senang)
Makasih..
(terdiam sejenak)
Mau ke mana? Kok bawa tas segala?
NUNO
Aku dipanggil ke ruang BK..
(malu)
Sampai nanti, Nda..
(berjalan ke ruang BK)
MANDA
(memandang Nuno dengan heran)
Sementara itu, di ruang BK, Bu Wati menanya-nanyai Aldi.
BU WATI
Aldi, kamu bawa hape? Jujur.
ALDI
(diam tak menjawab, ketakutan)
BU WATI
Aldi..
ALDI
(membuka kaos kaki dan menaruh hape di atas meja)
Nuno kembali dengan membawa tasnya.
NUNO
Ini, Bu..
BU WATI
(membuka tas Nuno dan mengambil buku porno, dan mendecak kesal pada Nuno)
Aldi, buka vidionya..
ALDI
(membuka video itu dengan tangan gemetar)
Kepala sekolah masuk.
KEPALA SEKOLAH
(mendecak dan menggeleng-gelengkan kepala)
Lagi-lagi kalian berdua…
BU WATI
Saya sudah bosan berurusan dengan mereka berdua, Pak
KEPALA SEKOLAH
Harus dengan cara apa lagi kami para guru mendidik kalian. Apa yang kalian inginkan? Apakah kalian tahu kalau dampak menonton video porno tak kalah berbahayanya dengan narkoba?
(suasana hening cukup lama)
Nanti waktu pulang kalian berdua ke sini. Ada sesuatu yang ingin kami titipkan pada orang tua kalian…
21. INT. RUANG TAMU RUMAH NUNO. SORE.
Cast: Nuno, Ayah, Fifi.
Nuno duduk gelisah di sofa. Fifi membaca-baca majalah sembari makan cemilan. TV menyala, suaranya tak terlalu keras.
AYAH
(membuka pintu, baru pulang dari masjid)
Assalamualaikum
FIFI
Waalaikumsalam
NUNO
(Dengan nada cemas)
Waalaikumsalam
AYAH
(duduk di samping Nuno)
Kenapa? Kok murung?
NUNO
Anu, Yah..
AYAH
Anu apa?
NUNO
(diam sejenak)
Ada surat dari sekolah
AYAH
Surat apa? Kemaren-kemaren kan udah ngelunasin SPP?
NUNO
Bukan masalah SPP
(lalu pergi ke kamar, mengambil surat dari sekolah)
FIFI
(memandangi Nuno)
Jangan bilang lu bikin masalah lagi
NUNO
(kembali dari kamar, duduk di tempat semula, lalu memberikan surat pada Ayah)
AYAH
(membuka surat yang diberikan Nuno lalu membacanya)
FIFI
(mendekat ke Ayah dan ikut membaca)
(hening sejenak)
AYAH
(menangis terisak)
FIFI
Dasar anak enggak tau diuntung! Gue bela-belain kuliah sambil kerja, itu semua demi lu! Lu nggak ngerti kalau gue sama Ayah berjuang buat nyekolahin lu! Tapi lu malah..
(tak meneruskan kata-katanya)
(hening cukup lama)
NUNO
Aku minta maaf, Yah..
FIFI
Maaf, maaf! Lo pikir dengan minta maaf semua masalah kelar?!
AYAH
(sambil terisak)
Udah Fi, udah. Sabar…
FIFI
Aku salut sama kesabaran Ayah. Tapi lihat, Yah.
(terdiam)
Kesabaranku udah cukup, Yah.
(masuk ke kamar dan membanting pintu)
(hening cukup lama)
AYAH
(masih terisak dan pergi ke kamar)
NUNO
(tertunduk)
22. INT. RUANG BK. SIANG
Cast: Ayah, Mama Aldi, Bu Wati, Kepala Sekolah, Nuno, Aldi.
Ayah dan Mama Aldi duduk menghadap Bu Wati dan Kepala Sekolah. Nuno dan Aldi duduk di kursi pojok ruangan.
AYAH
Apakah tidak ada keringanan bagi mereka berdua, Pak, Bu?
KEPALA SEKOLAH
Ini sudah yang ke sekian kalinya. Lagipula, Bapak dan Ibu tak pernah datang memenuhi surat panggilan kami sebelumnya.
MAMA ALDI
Kami tak menerima surat panggilan sebelum ini, Pak
AYAH
Saya juga tak pernah menerimanya
KEPALA SEKOLAH
Benar Bapak dan Ibu tak pernah menerimanya? Kami sudah tiga kali melayangkan surat panggilan sebelumnya, dan untuk kasus yang sama. Mereka berdua kedapatan membawa buku porno dan menonton video porno.
BU WATI
Nuno, Aldi. Kalian tak memberikan surat itu pada orang tua kalian?
NUNO
(menggeleng)
ALDI
(suaranya bergetar)
Enggak, Bu...
MAMA ALDI
Mohon jangan keluarkan mereka, Pak, Bu. Saya mohon..
BU WATI
Mereka memang sudah masuk kelas tiga. Tapi kami berpegang teguh pada peraturan sekolah. Poin pelanggaran mereka sudah melewati batas. Sebetulnya kami akan mengeluarkan mereka pada surat panggilan yang kedua seandainya saja mereka menyerahkan surat itu.
(menunjukkan daftar pelanggaran yang pernah dilakukan Aldi dan Nuno)
AYAH
Mohon beri keringanan, Pak, Bu. Kami mohon. Apabila mereka melakukan kesalahan sekali lagi, silahkan keluarkan mereka.
Kepala Sekolah dan Bu Wati bingung. Mereka berpandangan.
KEPALA SEKOLAH
(menghela nafas)
Baik, kami beri toleransi mereka berdua. Tapi kami akan menskors mereka selama satu bulan.
MAMA ALDI
(menangis)
Baik, Pak…
BU WATI
Kalau nanti mereka melanggar lagi, kami tak akan memberikan keringanan.
AYAH
Terima kasih atas keringanannya, Pak..
Ayah dan Mama Aldi berdiri dan berjabat tangan dengan Kepala Sekolah dan Bu Wati.
MAMA ALDI
(mendekat ke arah Aldi, masih terisak)
Sudah sadar kalau apa yang kamu lakukan itu bikin malu Mama?
(menampar Aldi lalu pergi)
AYAH
Ayo pulang
(menepuk pundak Nuno dan Aldi)
DIIRINGI MUSIK SEDIH
23. INT. RUANG TAMU RUMAH ALDI. MALAM.
Cast: Papa Aldi, Mama Aldi, Aldi.
Mama Aldi menangis dan Papa Aldi marah. Mereka duduk berjejeran Beberapa lukisan terpajang di ruang tamu itu, menunjukkan keluarga Aldi adalah orang yang berada. Ada sebuah lemari besar yang berisi keramik-keramik dan buku-buku. Surat pannggilan sekolah tergeletak di meja.
PAPA ALDI
(Berdiri dan maju ke hadapan Aldi yang duduk tertunduk)
Ternyata begitu kelakuan anak Papa, ha?!! Kamu pikir menonton video porno itu keren?! Gagah?! Coba kamu pikir apa keinginanmu yang tak dituruti papa dan mama?! Enggak ada, Aldi!! Kalau kau tak bisa berprestasi, janganlah bertindak bodoh!
ALDI
Maafin Aldi, Pa..
PAPA ALDI
Arrgh!!!
(kembali duduk di samping Mama Aldi yang tambah terisak, lalu memeluknya)
24. INT. MEJA MAKAN RUMAH NUNO. MALAM.
Cast: Nuno, Ayah, Fifi
Wajah tiga orang itu murung, dan makan tanpa nafsu.
FIFI
Kalau sudah begini, lu mau gimana?
NUNO
Maaf, Mbak, Yah..
AYAH
Sudah, ayo makan dulu..
FIFI
Yah, jangan manjakan dia. Dia cuma bisa bikin malu.
NUNO
Lu kenapa sih, Mbak?! Gue kan udah minta maaf baik-baik!
FIFI
Lu, masih nanya gue kenapa? Lu enggak sadar kalau lu beruntung masih punya Ayah sama gue.
NUNO
Kalau gue cuma jadi beban kalian, gue bisa kok hidup sendiri!
FIFI
(menggenggam erat cendok di tangan kanannya sambil memandangi Nuno dengan penuh emosi)
NUNO
Kenapa? Marah?!!
(melanjutkan makan)
AYAH
Fi..
(memberi isyarat tenang dengan tangan kanannya)
Makan malam sudah selesai. Fifi membereskan piring kotor dan sisa makanan.
AYAH
Nuno, apa yang dikatakan kakakmu ada benarnya.
NUNO
Tapi kenapa setiap kali aku bikin masalah, pasti Mbak Fifi selalu bilang kalau lu itu harus bersyukur masih punya ayah sama gue
FIFI
Karena lu enggak pernah bersyukur. Harusnya lu bersyukur karena masih ada keluarga yang bisa nerima lu di saat seperti ini.
NUNO
Jadi, kesimpulannya, lu udah muak nerima gue di rumah ini?!
FIFI
(mukanya memerah dan menangis)
Lu enggak tau siapa yang ngerawat lu dari kecil, siapa yang mandiin lu, siapa yang ganti popok lu, siapa yang harus begadang gara-gara lu nangis?!! Ayah yang ngelakuin itu semua!! Dan harus lu inget, lu bisa lahir di dunia karena Ibu ngasih nyawanya ke lu!! Lu pernah berdoa buat Ibu?!! Lihat, Ayah yang masih sehat begini saja malah lu sakiti hatinya!! Enggak punya hati, lu, ya!!
AYAH
(mengusap kepala Fifi, lalu mencoba meraih tangan Nuno)
NUNO
(menampik tangan Ayah dan berdiri)
Gue tahu lu kerja keras demi gue, Mbak. Tapi asal lu tahu, gue penasaran gimana rasanya punya Ibu. Lu beruntung masih bisa ngeliat Ibu walau cuma bentar. Gue?
(terdiam dan menangis)
Gue pengen ngerasain punya seorang Ibu di rumah ini yang ada waktu gue pulang sekolah. Gue pengen curhat semua hal ke satu perempuan yang bisa gantiin peran Ibu. Kalau bukan lu, siapa lagi, Mbak?
(pergi keluar rumah)
AYAH
Nuno! Mau ke mana?”
FIFI
Biarin, Yah..