Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bloody Rose
Suka
Favorit
Bagikan
6. Pain (2)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT.KAFE KOPI BERCERITA-DAY

Berlian dan Nathan ke luar dari mobil. 

NATHAN

Yakin mau di sini? Ga di kafe biasa aja?

BERLIAN

Sini aja deh Kak, lagian kafe biasa juga masih jauh

Nathan dan Berlian berjalan ke dalam kafe.

CUT TO:

INT.KAFE KOPI BERCERITA-DAY 

Berlian dan Nathan berjalan ke dalam kafe lalu menuju ke meja kasir

ARKA

Selamat datang di kafe kopi bercerita, mau pesan apa?

BERLIAN

Hmm, ice americano satu Mas, sama hot cappuccino satu

Arka menyentuh layar memilih pesanan

ARKA

Ada lagi Kak? Dessertnya lagi promo 20% nih, Kak

NATHAN

Nggak, itu aja

ARKA

Totalnya tiga puluh ribu ya Kak

Nathan mengambil dompet lalu mengeluarkan uang dua puluh ribuan dan sepuluh ribuan dan menyerahkan pada Arka.

ARKA

Uangnya pas ya Kak

Arka mencetak struk

ARKA

Ini struknya Kak, silakan ditunggu 10 menit

BERLIAN

Makasih Kak

Nathan dan Berlian duduk di meja nomor delapan tepat di hadapan panggung mini dengan posisi duduk Nathan menghadap ke panggung sedangkan Berlian membelakangi panggung. 

Nathan mendengarkan lagu lalu menoleh pada penyanyi. Matanya membulat menatap Rosse.

BERLIAN

Eh ini kan lagu yang pernah dinyanyiin sama bandnya Kak Milan

Dahi Nathan berkerut.

NATHAN

Kok kamu tahu?

BERLIAN

Kan waktu itu aku nonton sama Kak Nathan

NATHAN

Jangan-jangan selama ini kamu merhatiin Milan ya?

BERLIAN

Apaan sih Kak, nggak

NATHAN

Awas aja ya kalau kamu deket-deket sama dia

BERLIAN

Iya iya, lagian ngapain juga deket-deket Kak Milan

Berlian menoleh ke belakang pada panggung mini. Matanya membulat.

BERLIAN

Eh itu kan Rosse, Kak

NATHAN

Oh ya?

BERLIAN

Rosse kerja part time kah di sini?

Nathan mengangkat bahu.

BERLIAN

Ternyata suaranya bagus banget ya Kak

Berlian melambai pada Rosse. Rosse menoleh pada Berlian sambil lanjut bernyanyi. Air mata Rosse justru deras mengalir namun segera diseka.

BERLIAN

Kak, kok kayaknya Rosse keliatan sedih gitu sih?

NATHAN 

Alay itu mah, mendalami lagu aja, biar keliatan tulus

BERLIAN

Beneran Kak, ekspresinya gak bohong, kayaknya Rosse memang lagi sedih, deh

Nathan melirik Rosse.

NATHAN

Udahlah Berlian, gak usah ikut campur urusan orang lain, Rosse juga gak suka kan kalo urusannya lo campurin

BERLIAN

Kira-kira Rosse kenapa ya?

Nathan menghela napas.

NATHAN

Kamu kalau ketemu Rosse aku terlupakan ya?

Berlian nyengir.

BERLIAN

Bukannya gitu

NATHAN

Terus?

BERLIAN

Dia itu beda Kak, ucapannya memang kadang agak kasar, tapi sebenernya dia baik, kok

NATHAN

Kok kamu tahu

BERLIAN

Karena Rosse kayak Kak Nathan, Kak Nathan memang kadang lupa saringan kalau ngomong tapi sebenernya di balik itu semua Kak Nathan itu tulus, kan

Nathan menatap Berlian lalu menyeringai

NATHAN

Sok tau kamu

BERLIAN

Memang tau kok

Berlian mengangkat bahu. Nathan menatap Rosse.

BERLIAN

Kak, nanti kita pulangnya nunggu Rosse selesai nyanyi ya

Nathan menggeleng.

NATHAN

Nggak! Nanti kemaleman, kita masih seragaman gini

BERLIAN

Please lah Kak, ya?

NATHAN

Nggak

BERLIAN

(melas)

Kak, ya? Please?

Nathan memejamkan mata lalu menghela napas.

NATHAN

Iya deh, kali ini aja ya?

BERLIAN

Iyaa

Arka datang membawa satu cangkir dan gelas berukuran sedang lalu meletakkannya di meja

ARKA

Ini ice americano sama hot cappuccinonya ya Kak

BERLIAN

Ok, makasih ya Mas

ARKA

Selamat menikmati, jika ada perlu bisa panggil saya di meja kasir

BERLIAN

Mas, mau tanya

ARKA

Iya

BERLIAN

Rosse udah lama nyanyi di sini, Mas?

ARKA

Udah lumayan lama, sejak dia masih SMP

Nathan menatap Rosse

BERLIAN

Ooh

ARKA

Maaf, kakak berdua teman sekolahnya Rosse ya?

BERLIAN

Iya nih

NATHAN

Lo deket sama dia?

Nathan menatap Rosse.

ARKA

Nggak Kak, hanya sebatas rekan kerja

NATHAN

Oh

BERLIAN

Ya udah makasih ya Mas

ARKA

Iya

Arka membungkuk lalu pergi ke kasir. Berlian menatap Nathan yang terus memperhatikan Rosse. Berlian tersenyum.

BERLIAN

Ngomongnya aja kasar terus, eh diem-diem dilihatin terus

Nathan menoleh cepat.

NATHAN

Apaan sih

Berlian tersenyum lebar sambil menyeruput ice americano dengan sedotan.

NATHAN

Gak usah mikir aneh-aneh

BERLIAN

Memangnya aku mikir apaan

NATHAN

Tau ah

Berlian tertawa kecil.

Milan datang dan menghampiri mereka.

MILAN

Eh kalian di sini?

Berlian dan Nathan menoleh.

NATHAN

Lo kok bisa di sini, Lan?

MILAN

Iya nih, gue lagi pengen ngopi sebelum pulang

Mm, gue boleh duduk sini ga?

NATHAN

Duduk aja

Milan duduk di sebelah Nathan. Nathan mencengkram kepala.

MILAN

Lo kenapa? Kepala lo sakit?

NATHAN

Nggak, nggak apa kok, mmm lo udah mesen minum

MILAN

Udah

Milan menatap Berlian yang sedang menyaksikan panggung. Nathan melirik Milan. Ia menggaruk kepalanya. Tak lama, ia berdiri

NATHAN

Eh gue ke toilet dulu ya

BERLIAN

Iya Kak

MILAN

Iya

Nathan berjalan ke toilet. Arka berjalan sambil membawa hot americano.

ARKA

Ini hot americano nya Kak

MILAN

Iya. Makasih ya Mas

ARKA

Ya, kalau ada perlu apa-apa, bisa panggil saya di meja kasir

Arka menunduk lalu pergi. Milan menatap gelas di hadapan Berlian.

MILAN

Itu americano juga ya?

BERLIAN

Iya Kak, kok tahu?

Milan tersenyum.

MILAN

Keliatan loh, dari warnanya

BERLIAN

Waw, Kak Milan pernah jadi barista

Milan tertawa.

MILAN

Memangnya harus jadi barista untuk tahu jenis-jenis kopi?

Berlian tertawa.

BERLIAN

Nggak sih

MILAN

Aku memang tertarik dalam dunia perkopian sih

BERLIAN

Ooh

MILAN

Mmm btw, Lo lebih suka kopi dingin ya? Jadi lo milih ice americano?

BERLIAN

Iya Kak, aku lebih suka yang dingin 

MILAN

Padahal yang panas lebih enak loh

Berlian menaikkan satu alis.

MILAN

Mau coba?

BERLIAN

Nggak usah Kak, namanya juga selera, tiap orang kan beda-beda kesukaannya

Milan menaruh cangkir di hadapan Berlian.

MILAN

Cobain

BERLIAN

Harus banget Kak?

Milan mengangguk. Berlian tertawa pelan.

BERLIAN

Ya udah aku cobain

MILAN

Eitss, tapi kita buat kesepakatan dulu

BERLIAN

Kesepakatan?

MILAN

Kalau menurut lo gak enak, gue harus tanggung jawab

BERLIAN

Tanggung jawab gimana?

MILAN

Gue akan ajak lo keliling kafe di kota sampai lo temuin hot americano yang enak versi lo

Berlian tertawa

BERLIAN

Gak usah sampe segitunya kali, Kak

Milan meletakkan telunjuk di depan mulut Berlian. Berlian terkejut menatap Milan gugup.

MILAN

Pokoknya itu perjanjian kita, cobain dulu, gih!

BERLIAN

I-iya

Berlian menyeruput hot americano milik Milan lalu terdiam sesaat. Matanya membulat.

BERLIAN

Kak, aku baru tahu kalau rasanya seenak ini

MILAN

Bener, kan kata gue

Berlian mengangguk.

MILAN

Tapi kok gue sedih ya kalau lo suka

BERLIAN

Kok gitu?

MILAN

Karena gue gak bisa ajak lo keliling kota

Berlian tersenyum malu lalu tertawa.

BERLIAN

Apaan sih, Kak

Milan tersenyum.

MILAN

Tapi bisa gak minumnya yang rapi jangan belepotan?

Milan mengambil tissue lalu mengusap tepi bibir kiri Berlian. Berlian menatap Milan gugup. Milan tersenyum menatap Berlian.

Rosse yang sedang bernyanyi menatap mereka intens.

CUT TO:

INT.TOILET KAFE KOPI BERCERITA-DAY

Nathan mondar-mandir di depan cermin sambil menggaruk-garukkan kepala.

NATHAN

Kenapa sih Milan muncul mulu? Gak cukup apa ketemu di sekolah? 

Nathan berhenti.

NATHAN

Gue harus cari cara biar Milan cepetan balik, tapi gimana? Gue juga ga bisa cepetan pulang karena Berlian mau nungguin Rosse, tapi kalau kayak gini terus bisa bahaya

Mata Nathan membulat

NATHAN

Kok bego banget, sih, gue?! Yang ada kalau gue biarin mereka berdua Milan malah modus ke Berlian

Nathan mengacak-acak rambutnya lalu ke luar toilet.

CUT TO:

INT.KAFE KOPI BERCERITA-DAY 

Nathan menghampiri Berlian dan Milan yang sedang akrab berbicara.

NATHAN

Ngobrolin apa kalian?

MILAN

Ngobrol santai aja, bro

Nathan melirik Berlian yang tersenyum lebar. Milan menyaksikan panggung.

MILAN

Eh kok kayaknya gue kenal sama yang nyanyi

BERLIAN

Itu Rosse Kak, Kak Milan masih inget?

MILAN

Ooh, yang ngatain lo brengsek itu, ya?

Nathan mengangguk.

MILAN

Kerja part time dia?

Berlian mengangguk.

NATHAN

Kelihatannya lo tertarik ama dia, Lan?

Milan tertawa.

MILAN

Nggak lah! Gue gak suka cewek kasar kayak dia, gue sukanya sama cewek yang ceria dan sopan

Milan bersitatap dengan Berlian. Nathan melirik Milan dan Berlian bergantian.

NATHAN

Ehm, ehm ehm ehmh, duh kok tenggorokan gue gak enak banget, ya

Berlian membuyarkan pandang kembali menyaksikan Rosse. Milan tersenyum.

Rosse turun dari panggung. Berlian melambaikan tangan. Rosse menghampiri Berlian.

BERLIAN

Rosse, penampilan kamu keren banget!

ROSSE

Kok kalian bisa di sini?

NATHAN

Dipuji bilang makasih dulu, kek

ROSSE

Gue gak butuh pujian

MILAN

Penampilan lo jelek banget tadi

ROSSE

Makasih

Nathan membuang muka.

BERLIAN

Duduk dulu sini, Rosse

ROSSE

Gak ah

MILAN

Lo mau langsung pulang?

ROSSE

Bukan urusan lo

Rosse berjalan meninggalkan mereka. Nathan menarik tangan Rosse.

ROSSE

Gak tau sopan santun banget sama cewek

Rosse melepas paksa genggaman Nathan

NATHAN

Memangnya lo ada sopan santun sama cowok? Sama yang lebih tua lagi

ROSSE

Suka-suka gue lah

NATHAN

Ya udah suka-suka gue juga

Rosse hendak berjalan namun tangannya kembali ditarik Nathan.

ROSSE

Gak usah pegang-pegang juga kali

NATHAN

Berlian udah nungguin lo sampe selesai nyanyi, dan lo mau langsung ngacir gitu aja?

ROSSE

Memangnya gue minta ditungguin?

Nathan menghela napas.

BERLIAN

Rosse, kamu sibuk, ya?

ROSSE

Banget

BERLIAN

Ooh gitu, hmm aku lagi gabut, nih, aku boleh ikut kamu pergi, nggak? 

Nathan menatap Berlian terkejut.

ROSSE

Gak!

BERLIAN

Kenapa?

Rosse menghela napas.

ROSSE

Gue bilang nggak ya nggak, lo bisa ga sih ga usah ikut campur urusan gue?

Rosse menatap tangannya yang digenggam Nathan.

ROSSE

Modus lo?

Nathan langsung menarik tangannya

NATHAN

Dih amit-amit

Rosse berjalan meninggalkan mereka. Nathan, Milan, dan Berlian melirik Rosse.

MILAN

Gak waras tuh orang

NATHAN

Banget!

Milan mengambil ponsel dari saku.

MILAN

Eh gue mesti pergi duluan, nih

NATHAN

Ooh oke bro, hati-hati ya

Nathan menepuk bahu Milan. Milan mengangguk lalu beranjak.

MILAN

Berlian, gue pamit ya

BERLIAN

Iya Kak, hati-hati

Nathan melirik Berlian. Milan pergi ke luar kafe.

BERLIAN

Kak, kita ikutin Rosse, yuk!

Nathan menatap Berlian dengan mulut terbuka.

NATHAN

Berlian, kamu bercanda, kan?

BERLIAN

Nggak

Nathan menutup wajahnya dengan telapak tangan.

NATHAN

Berlian, kan tadi dia bilang, dia gak mau urusannya diikutcampuri, dia gak bakal suka kalau kita ikutin terus

BERLIAN

Kak, terkadang orang yang bilang bahwa dia gak ingin ada orang yang mencampuri hidupnya adalah orang yang sebenernya sedang butuh perhatian, dan aku ngeliat itu di mata Rosse

Nathan menggaruk kepala

NATHAN

Kamu tuh psikolog atau gimana sih?

Berlian tersenyum

BERLIAN

Aamiin, udah yuk Kak, kita ikutin dia

NATHAN

Seriusan?

BERLIAN

Dua rius, ayo Kak! Tuh Rosse udah ke luar kafe

Berlian berdiri. 

BERLIAN

Kak, kok masih duduk?

NATHAN

Udah capek, nih, gak usah, ya? Udah malem juga loh

BERLIAN

Ya udah kalau gitu aku sendiri aja

Nathan berdiri.

NATHAN

Iya iya deh

Berlian menarik tangan Nathan ke luar kafe.

MOBIL NATHAN-NIGHT

Nathan dan Berlian duduk bersebelahan.

NATHAN

Susah kalau mau ikutin, dia jalan kaki, pasti keliatan banget kalau kita ikutin

BERLIAN

Hmm iya juga

NATHAN

Ya udah kalau gitu nggak usah, ya?

BERLIAN

Pokoknya kita harus tetep ikutin Rosse

Nathan menghela napas.

NATHAN

Kalau gitu kita mesti gimana biar gak ketahuan?

BERLIAN

Hmm, ini bukan jalan pulang ke rumah Rosse sih, sekitaran sini ada kafe gak, Kak?

NATHAN

Kayaknya ada deh

BERLIAN

Ya udah ke sana aja, tapi pakai jalur lain

NATHAN

Kamu yakin?

BERLIAN

Banget!

NATHAN

Beneran?

BERLIAN

Iya Kak

NATHAN

Ya udah kita ke sana ya, kalau nanti kita kehilangan jejak salah kamu sendiri

BERLIAN

Iyaa

Mobil berputar balik lalu melaju ke kafe berkelana.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar