Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bianglala
Suka
Favorit
Bagikan
1. Skena 1 Pasar Malam
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Disuatu Pasar Malam dengan bianglala

Berjalan Paijo, Utami, Bejo, dan keluarganya pergi ke sebuah pasar malam. Mereka dari rumah berjalan melihati lampu sorot yang mengawang-awang ke angkasa

Paijo melihati anaknya dan menggandenganya. Anak yang satunya bersama Utami, istrinya.

Paijo

"Nak, nanti lihat-lihat saja ya"

Bejo

"Nggih pak" (dengan wajah memelas)

Mereka tetap berjalan ke depan, Paijo menggendong Bejo dengan pakaian terbaiknya, meskipun sedikit lusuh pergi ke pasar malam.

Berjalan kaki, cukup jauh, malam-malam ditemani temaram lampu.

Pasar malam berada di lapangan, mereka berjalan kesana. Dengan orang-orang yang ramai, pertunjukkan dan banyak hal lain.

Orang jualan baju, jualan makanan. Utami dan Asih hanya memandangi saja. Namun sedikit diam, padahal ia sangat ingin, namun ditahan.

Mereka hanya melihat-lihat gemerlap pasar malam.

Bejo berpapasan dengan bocah lain yang sedang membawa permen kapas. Dimakan dan dijilati. Bejo yang melihatnya menjadi sangat terkesima.

Bejo hanya bisa melihati terus, bocah itu berjalan.

Bejo

(Menatap bapaknya dengan berharap) "Pak ingin itu pak"

Paijo

"Sudah dibilang, kalau kamu minta apa-apa, pulang!" (katanya sambil berjalan)

Asih dan Utami hanya menguntil dibelakang, namun Bejo terlihat masih diam.

Utami yang terlihat diam, melihati Bejo dan berlari menghampirinya.

Utami

"Kenapa mas?"

Bejo

"Kamu nggak pengin itu?" (menunjuk penjual permen kapas)

Utami

"Tidak mas, kasian bapak."

Bejo menunduk, namun ia tetap diam.

Asih dan Paijo mendekat, Paijo dengan muka sedikit marah mendekati Bejo.

Paijo

"Pulang?!" (katanya sambil memegang tangan Bejo)

Bejo menggeleng-gelengkan kepala.

Paijo menarik tangan Bejo agar anaknya mau ikut berjalan. Ternyata Bejo tidak mau ikut berjalan.

Bejo semakin diam dan berjongkok. Paijo terlihat bingung dan memegangi keningnya.

Paijo

"Pulang saja."

Bejo

"Tidak pak, aku tidak ingin pulang."

Paijo

"Ayo kalau tidak mau."

Bejo hanya menggangguk lalu mereka berjalan-jalan lagi.

Bejo memandangi bocah-bocah lain yang terlihat dimanjakan orang tuanya. Dibelikan mainan, makanan, dan jajan.

Bejo hanya diam sambil berjalan, wajahnya sedih.

Paijo mengajak Bejo di suatu permainan komedi putar yang diputar dengan tangan. Paijo tertawa melihat itu, meski dari kejauhan.

Paijo memilih duduk memerhatikan komedi putar itu, diam saja dipandanginya dari kejauhan.

Sedang Bejo, ia ingin sekali menumpang itu.

Tapi Asih dan Utami, mereka berdua sabar duduk disekitar Paijo.

Seorang teman kecil Bejo tiba-tiba mendekat.

Teman Bejo

"Kamu kesini jo?" (tanyanya)

Bejo

"Iya"

Teman Bejo

"Jo, disana banyak mainan. Kamu kesana nggak?"

Bejo

"Nggak, aku nggak kesana."

Teman Bejo itu terlihat diam dan marah, ia berjalan pergi tanpa permisi.

Bejo diam dan bapaknya diam saja memerhatikan permainan-permainan itu sambil menggigiti rumput liar.

Teman-teman Bejo lain ternyata datang, mereka membawa mainan dan jajan. Tapi mereka seperti saling membisik, jangan dekati Bejo. Jadi mereka tidak mendekatinya.

Bejo diam, namun ia menahan tangis sebisanya.

Paijo juga terlihat diam, tubuhnya yang terlihat keras ia biasa saja.

Bejo memandangi wajah bapaknya memelas.

Namun Paijo hanya diam dan seolah-olah tidak memerhatikan.

Bejo akhirnya diam dan menunduk. Paijo memahami hal itu.

Asih memandangi Paijo, mendongak-dongak menunjuk Bejo.

Utami mendekati Bejo. Ia diam saja.

Paijo menarik nafas cukup dalam dan memerhatikan dompetnya.

Paijo

"Utami, Bejo, kamu pengin apa?"

Utami dan Bejo tersenyum melihat itu. Bejo mengusap-usap matanya sehabis menangis.

Bejo menunjuk penjual permen kapas.

Utami malah menunjuk komedi putar tadi.

Paijo terlihat santai.

Paijo

"Pilih satu saja."

Utami terlihat melas dihadapan Bejo. Tapi Bejo masih memandangi penjual permen kapas tadi.

Apalagi teman-temannya tak begitu bermain komedi putar, malah rata-rata membeli permen kapas.

Bejo akhirnya diam, mengangguk melihati adiknya.

Bejo

"Komedi putar saja pak"

Senyum rekah terpancar dari wajah Utami

Paijo dan Asih akhirnya berdiri, lalu melihat Bejo dengan Utami dan mengajak mereka berdiri.

Mereka sekeluarga pergi ke komedi putar yang diputar manusia itu. Harganya cukup murah, daripada menumpang Bianglala ataupun Komedi Putar dengan mesin.

Bejo dan Utami saja yang naik, Paijo dan Asih hanya menunggui duduk dari luar.

Mereka berdua terlihat tertawa-tawa disana. Orang-orang yang lain juga terlihat tertawa-tawa.

Didepan Komedi putar itu, Asih mencolek Paijo dengan bingung

Asih

"Memang mas punya uang?"

Paijo

"Ada. Tenanglah." (katanya sambil merekahkah tangan)

Asih terlihat bingung. Namun ia membiarkannya.

Paijo terlihat tenang.

Komedi putar itu masih berjalan terus.

Utami dan Bejo turun dari komedi putar bermesin manusia itu.

Lalu utami dengan senyum rekahnya memandangi Paijo.

Paijo

"Senang?"

Utami mengangguk-angguk.

Paijo membayar uang kepada penjaga komedi putar. Lalu mereka berempat berjalan berputar-putar lagi ke sisi belakang komedi putar.

Banyak penjual dan penjaja lagi disisi kiri dan kanan.

Berjalan cukup jauh.

Asih

"Enak dik komedi putarnya?"

Utami

(mengangguk-angguk dengan senyum rekah)

Bejo

"Biasa saja"

Mendengar hal itu, Paijo memandangi Bejo. Namun mereka diam saja.

Paijo terlihat tersinggung dengan ucapan anaknya.

Hingga penjual permen kertas terlihat lagi.

Bejo menghentikan langkahnya. Sementara Paijo, Asih dan Utami berjalan.

Pandangan Bejo terlihat pada teman-temannya TK yang sedang berkumpul bersama orang tuanya masing-masing di kejauhan.

Salah seorang temannya tiba-tiba memandangnya dan menjulurkan lidahnya.

Bejo terlihat marah dengan bocah itu dengan menjulurkan balas lidahnya.

Namun teman Bejo itu terlihat dari kejauhan memamerkan permen kapas dan mainannya dengan sengaja. Sambil berjoget.

Melihat itu, Bejo diam dan berjongkok di depan penjual permen kapas.

Paijo yang sedang berjalan kedepan, tiba-tiba berhenti dan berjalan kebelakang.

Tanpa banyak bicara, sambil memerhatikan kanan kiri, Paijo langsung merebut anaknya.

Paijo memandangi Asih sambil berusaha menggendong Bejo

Paijo

"Kita pulang saja!"

Asih hanya diam lalu menggendong Utami.

Paijo berjalan dan Bejo mulai berontak digendongan Paijo. Bejo meronta-ronta menangis.

Teman-teman Bejo terlihat memandangi Bejo yang meronta digendongan dengan menertawakannya.

Bejo semakin meronta-ronta, Merengek sangat keras. Memukuli Bapaknya.

Namun Paijo ditangan gendongannya malah mencubit Bejo.

Bejo teriak semakin keras.

Paijo

(membisiki Bejo) "besok lagi tidak usah kesini! Lihat saja!"

Bejo semakin malu ketika teman-temannya menertawakannya.

Tertawaan teman-teman Bejo itu semakin keras.

Salah seorang dari orang tua teman-teman Bejo yang berkumpul itu mendekat.

Orang tua teman

"Ada apa Pak Paijo?"

Paijo

"Alah lagi rewel pak. Biasa anak-anak. Minta jajan."

Orang tua teman

"Oh, ya dibelikan saja to pak."

Asih memandangi Paijo dan Paijo balik memandangnya.

Orang tua teman

"Masak buat anak perhitungan pak."

Paijo berusaha tersenyum didepan orang tadi. Ia lalu diam dan meninggalkan pak tua itu.

Orang tua teman itu merasa kalau ada yang salah dari omongannya. Ia menggaruk-garuk bingung kepalanya.

Orang tua teman itu berlari mengejar Paijo yang meninggalkannya sambil menggendong Bejo.

Orang tua teman

(berusaha meminta maaf) "dek Bejo, minta apa dek?"

Paijo

"Terimakasih pak, tidak perlu. Ini memang rewel."

Orang tua teman

"Tidak apa-apa saya belikan"

Paijo

"Tidak perlu pak, anak-anak tidak perlu dituruti terus."

Orang tua teman

"Sudahlah Pak Paijo, tidak mengapa." (sambil mengelus Bejo)

Paijo

"Iya pak terimakasih, tidak mengapa. Saya ada uang kok. Memang mendidik anak harus seperti ini."

Orang tua teman tadi terlihat bingung, ia sadar ia salah. Namun Paijo terlihat marah melihat orang tua tadi.

Mereka berjalan keluar dan Bejo terlihat dengan wajah yang merah padam marah-marah. Nafasnya tersengal-sengal, namun ia diam.

Paijo menggendong sambil berlari, Asih terlihat menggendong Utami dibelakangnya.

Mereka sedikit lagi sampai di pintu keluar. Namun karena pintu keluar dekat dengan penjual permen kapas yang tadi. Bejo terlihat meronta lagi.

Pikirnya tak mengapa dicubit atau dimarahi, yang penting aku bisa membuktikan ke kawan-kawan kalau aku juga bisa beli permen kapas.

Ia meronta-ronta lagi dan terlihat Paijo mulai mencubitnya.

Namun Bejo meronta dengan keras. Orang-orang di di pasar malam melihatinya.

Hingga seorang laki-laki dan keluarganya tiba-tiba datang.

Berpaiakan necis dan dengan model pakaian yang mewah.

Bambang

"Paijo?"

Paijo

"Lah, Mas Bambang?"

Bambang

"Iya, dulurmu iki." (Sambil memeluk sekenanya karena menggendong Bejo)

Paijo terlihat tersenyum melihat Bambang. Namun Bejo masih menangis.

Bambang

"Ingin apa nak?" (sambil mengelus-elus Bejo)

Paijo terlihat tersenyum melihat kawan lama.

Istri Bambang (Lastri) terlihat membawa bungkusan habis beli barang banyak. Anak-anaknya membawa mainan dan permen kapas.

Diperhatikan oleh Asih yang sedang menggendong Utami.

Bejo

(menunjuk tukang permen kapas)

Bambang

"Oh, ayo beli. Beres."

Bambang tiba-tiba dengan senyum percaya diri pergi ke penjual permen kapas. Ia membeli dua dan memberikan untuk Bejo satu dan untuk Utami satu.

Sambil tersenyum dan tertawa.

Seketika itu Bejo langsung diam, dan turun dari gendongan bapaknya.

Paijo terlihat kagum dengan Bambang.

Paijo

"Iki to, hasile transmigrasi?"

Bambang

"Yo jelas, bagaimana?"

Paijo

"Sukses disana?"

Bambang

"Lihat sendiri"

Bambang hanya tersenyum ramah menanggapi kata dari Paijo itu.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar