Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Against the Stars
Suka
Favorit
Bagikan
37. 43. EXT./INT. PECINAN/TEMPAT PERAMAL - NIGHT
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Terlihat Peramal sedang duduk di belakang meja sambil menulis. Terlihat Marie berjalan dan berhenti di depan pintu utama. Marie memutar tubuhnya menghadap pintu utama, menghalangi cahaya rembulan. 

Peramal mengernyit. Ia mendongak, lalu melebarkan matanya. Ia menjatuhkan pisau tulisnya ke lantai. 

PERAMAL

(tergagap)

Ka-kau... A-apa yang kau lakukan di sini?!

Napas Peramal tidak beraturan. Marie tersenyum asimetris dan memandangi Peramal dengan tatapan dingin. 

SISI GELAP MARIE (V.O.)

(pelan)

Bunuh dia, Marie! Tunggu apa lagi? Dia sudah menghinamu kan, tadi siang?

Peramal berdiri dari tempat duduknya. Ia mengambil bola kristal dari mejanya, lalu mengangkatnya ke udara.

PERAMAL

Jangan sakiti aku! Kumohon...

Marie terus melangkah maju dengan langkah diseret. Peramal melangkah mundur ketakutan. Kaki Peramal menginjak batang pisau tulisnya, lalu terpeleset. Peramal jatuh ke lantai. Bola kristal di tangannya pecah membentur lantai.

PERAMAL

AAAAAAHH!

Peramal merangkak mundur ketakutan dan Marie berjalan maju. Punggung Peramal membentur dinding. Ia menatap horor Marie. 

PERAMAL

(tergagap; berteriak)

Si-siapa pun... tolong! Tolong aku!

Warga desa mulai berkumpul di depan Tempat Peramal. Mereka melonggokkan kepala mereka, penasaran. Terlihat mereka BERBISIK-BISIK dan khawatir. 

Marie tersenyum lebar mengerikan. Ia memiringkan kepalanya dengan mata melotot ke arah Peramal. Sisi Gelap Marie keluar dari punggung Marie dengan senyum licik. 

Peramal menarik napas tajam. Tubuh Peramal gemetaran. Marie mendekatkan kepalanya hingga beberapa senti dari wajah Peramal. Sisi Gelap Marie merentangkan tangannya. Kemudian Marie juga merentangkan tangannya. Marie mengambil pecahan bola kristal di lantai.

Peramal mencoba memukul-mukul tubuh Marie sambil menangis. Marie tidak bergeming.

PERAMAL

(putus asa; menangis)

Tolong! Siapa pun tolong aku!

Peramal menyatukan tangannya di depan dada, memohon. 

PERAMAL

Jangan sakiti aku! Kumohon! Aku minta maaf untuk yang tadi siang. 

Marie tersenyum mengerikan. Lalu ia menurunkan tangannya yang memegang pecahan kristal. Peramal mengembuskan napas lega. 

Sisi Gelap Marie dan Marie tersenyum sinis. Marie langsung menusuk dada Peramal. Peramal melebarkan matanya. Marie mencabik-cabik tubuh Peramal. Peramal meronta-ronta. Darah bermuncratan ke wajah dan baju Marie. Sisi Gelap Marie TERTAWA JAHAT. 

Warga desa mulai panik. WARGA DESA TETANGGA 02 (M/40) memukul pundak WARGA DESA TETANGGA 03 (M/20). 

WARGA DESA TETANGGA 02

Cepat panggil prajurit ke sini!

Warga Desa Tetangga 03 mengangguk dengan ekspresi khawatir. 

Marie dengan ekspresi datar menusuk-nusuk tubuh Peramal sampai Peramal tidak bergerak lagi. Terdengar SUARA LANGKAH KAKI BERAT BERLARI.

PRAJURIT 01 (O.S.)

Hentikan!

Para PRAJURIT (M/23-30)--bertelanjang dada, berambut hitam panjang dan dicepol setengah, mengenakan kain songket yang diikat menjadi celana dengan keris diselipkan di pinggang--berlari menghampiri Marie dan menahan tangan Marie. 

Sisi Gelap Marie berhenti tertawa. Marie dan Sisi Gelap Marie menoleh ke prajurit sambil melotot.

SISI GELAP MARIE

Bunuh mereka!

Marie mengambil keris dari pinggang Prajurit 01, lalu menusukkannya ke perut Prajurit 01 dengan cepat. 

PRAJURIT 01

Argh!

Marie menarik keris dari perut Prajurit 01, lalu mulai berkelahi dengan prajurit lainnya sampai tidak satu prajurit tersisa. Sisi Gelap Marie TERKEKEH, kemudian masuk kembali ke tubuh Marie. 

Pandangan Marie kembali hidup, ia tersadar. Marie mengedip-ngedipkan matanya berkali-kali, lalu melihat ke sekelilingnya bingung. Ia mengangkat tangannya yang masih memegang keris penuh darah. Marie terkesiap, lalu menjatuhkan keris itu. Ia menengok ke warga desa yang memandanginya dengan penuh ketakutan. Tangan Marie gemetaran. Ia terisak, matanya berkaca-kaca. 

Marie menengok ke bawah. Terlihat mayat para prajurit dan Peramal. Air mata Marie menitik. Lalu Marie berlari keluar. Para warga langsung minggir, membuat jalan sambil memandangi Marie ketakutan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar