Mungkin Kak Aldrich lupa bahwa dulu sekali pernah mengajari saya, tapi saya selalu ingat waktu itu. Kekhasan Kak Aldrich adalah menulis gestur dan mimik dengan cukup detail. Menurutnya dulu, hal ini dilatih dari bercermin, lalu menuliskannya. Itu menunjukkan dedikasi Kak Aldrich dalam menulis sebuah cerita. Sama seperti tulisan-tulisan yang lalu, cerita kali ini pun sangat nyaman untuk dibaca dengan narasinya yang mengalir dan terasa natural; saya sebagai pembaca sampai bisa merasakan emosi penulis di dalam cerita ini. Sukses, Kak.

Gambarnya bagus, ceritanya bisa membawa pembaca larut merasakan kesedihan. Keren, Kak.

Epik. Satu kata yang tepat untuk menggambarkan seluruh cerita. Penulisnya cermat membangun momentum perlahan-lahan sehingga suasananya pun terasa. Ayo Bang Rudi, tetap semangat!

Bagus bgt. Baru baca prolog karena baru itu yang up. Tapi suka banget sama diksinya, idenya yg membumi, juga kecerdasan penulis dalam menyajikannya.

Akhirnya nyemplung ke Kwikku. Semangat Ti!

Cerita yang aku tunggu2 krn idenya unik. Akhirnya tayang jug!!

Zaman sekarang, sudah jarang yang mengangkat tema semacam ini. Masuknya budaya asing melalui media banyak mengubah cara pandang. Bukan berarti tidak baik, saya pun menulis latar luar. Namun, alangkah lebih baik juga kalau tema semacam ini tetap dilestarikan. Hiburan dari luar tidak seharusnya mengikis pemahaman sejarah. Suka sekali dengan naskah Kakak ini!

Mengulas masa SMA, mengilas balik memoriku. Uwuuu!