Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
"Tanah Air Keduaku", menggambarkan kehidupan imigran Tiongkok di Indonesia yang terbentang dari tahun 1935 sampai 1991. Dikisahkan mengapa mereka pindah ke Indonesia, bagaimana mereka menjalani hidup baru, bagaimana mereka berinteraksi dengan penduduk setempat dan bagaimana mereka mencoba tetap bertahan pada pilihan yang mereka ambil menghadapi pergolakan politik yang datang silih berganti. Karena berlatar sejarah novel ini memerlukan riset yang serius.
CATATAN PENULIS Hubungan antara keturunan Tionghoa di Indonesia dengan penduduk asli selalu mengalami pasang surut dan love-hate relationship yang rumit. Keturunan Tionghoa memiliki stereotip tertentu. Terkadang karena perbuatan sebagian kecil keturunan Tionghoa, golongan kecil dan middle class mereka yang lebih sering menanggung akibatnya. Novel ini berkisah tentang satu keluarga Tionghoa Indonesia yang bisa lebih memberi penjelasan tentang pikiran mereka tentang Indonesia. Jadi kita bisa melihat hubungan keturunan Tionghoa dengan pribumi dari sudut pandang yang lain, yaitu dari sudut pandang keturunan Tionghoa itu sendiri, walau pendapat keluarga ini tidak mewakili pendapat golongan mereka secara keseluruhan. Saya mengikutsertakan kejadian-kejadian sejarah penting yang terjadi di Indonesia sehingga sembari membaca novel ini, pengetahuan kita bertambah dalam upaya melawan lupa. Adalah menjadi keinginan kuat bagi saya agar setiap pembaca novel saya memperoleh sesuatu untuk dipikirkan, direnungkan dan diambil hikmahnya sehingga dari hari ke sehari kita bisa menjadi insan yang lebih baik dan berguna. Selamat membaca, semoga bermanfaat dan terima kasih banyak.
Zaman sekarang, sudah jarang yang mengangkat tema semacam ini. Masuknya budaya asing melalui media banyak mengubah cara pandang. Bukan berarti tidak baik, saya pun menulis latar luar. Namun, alangkah lebih baik juga kalau tema semacam ini tetap dilestarikan. Hiburan dari luar tidak seharusnya mengikis pemahaman sejarah. Suka sekali dengan naskah Kakak ini!
Ini adalah novel yang pertama kali saya tamatkan di kwikku. Tertarik membaca ini karena ingin melihat bagaimana pandangan orang lain (dalam hal ini penulis) tentang orang Tionghoa. Salut sekali karena semua fakta dibeberkan di sini sesuai kejadian pada tahun-tahun tersebut, yang artinya benar-benar diriset mendalam. Saya jadi terbawa kenangan juga di masa lalu, saat menyebut semua makanan khas yang sudah jarang saya nikmati. Saya juga menaruh hormat pada dua tokoh utamanya sepasang suami istri yang sangat bijak sekali. Terima kasih sudah menulis kisah ini ^_^
Saya sukaaaa segala sesuatu tentang Tionghoa. Mungkin agak melankolis alasannya: karena ayah saya Tionghoa. Termasuk novel ini saya suka. Saya pikir novel ini relate dengan sejarah. Bagaimana perlakuan Indonesia selama ini terhadap orang berdarah keturunan. Dengan berani, penulisnya memakai nama-nama Tionghoa dimana di zaman Orde Baru nama-nama itu dilarang, dan mereka harus menggantinya dengan nama Indonesia. Satu hal yang luar biasa: walau telah dilukai, disakiti berkali-kali, dan terancam, sering kali orang Tionghoa lebih nasionalis dari orang Indonesia dari suku lainnya. Novel ini mengajarkan tentang kesetaraan, toleransi, dan membuka mata hati kita bahwa Tionghoa adalah bagian dari Indonesia.