Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
6. EXT. RUMAH SAKIT - KORIDOR — DAY
Sebuah brankar rumah sakit didorong oleh dua orang suster yang nampak tegang. Tami ikut berjalan cepat di sebelahnya sambil sesekali memandang ke ibu tua yang terbaring di atas brankar yang melaju menuju UGD itu. Ponselnya berkali-kali berdering. Ibunya kembali memanggil.
Tami berhenti di depan pintu IGD, menunggu ibu tua yang dibawa masuk ke dalam sana. Wajahnya masih panik dengan berjalan mondar-mandir dengan gelisah.
PARALEL CUT TO
7. INT. RUMAH BU SAUDAH - RUANG TAMU — DAY
Kekagetan nampak di wajah bu Saudah. Ibu tua itu bahkan sampai berdiri sambil memegangi ponsel dengan tangannya yang langsung gemetaran. Berita yang didengarnya dari sang putra membuat napasnya mendadak tersendat.
UHUK UHUK UHUK
Terdengar suara batuk di samping bu Saudah. Rupanya ada Sasi yang berusaha bangun dari tidur di atas sofa. Bu Saudah keget dan langsung mendekati anak perempuannya. Sebelah tangannya menutupi ponsel yang masih ada di tangannya.
Bu Saudah kewalahan menjawab telpon dari Tami. Sementara Sasi kesulitan berjalan sendirian.
BRAK
Sasi terjatuh saat kakinya berdiri, bu Saudah panik dan meletakkan ponselnya begitu saja di sofa.
Bu Saudah pun merangkul bahu anaknya dan membimbingnya melangkah menuju kamar mandi. Keduanya berjalan tertatih-tatih dengan langkah yang berat.
CUT TO
8. INT. RUMAH SAKIT - RUANG TUNGGU — DAY
Tami makin panik mendengar telponnya tiba-tiba mati dan tak terhubung ke ibunya. Terakhir Tami mendengar kegaduhan seperti suara kakaknya yang jatuh.
Di tengah kepanikan Tami, dokter keluar dari ruang IGD. Tami lega dan langsung menghampirinya.
Tami lega bukan main. Terlebih sosok ibu tua yang ditabraknya mendadak keluar dengan wajah yang masih pucat. Tami langsung menuntunnya untuk duduk.
Tami tersenyum mendengarnya. Namun, belum apa-apa tiba-tiba muncul seorang gadis muda yang langsung memeluk ibu tua itu. Gadis itu nampak panik dan hampir menangis.
Tami salah tingkah, lalu memberanikan diri untuk mencolek bahu gadis di depannya itu.
Gadis itu melirik ke Tami dan langsung melotot marah.
Tami mengeluarkan dompetnya dan memberikan segepok uang ratusan ribu rupiah kepada gadis itu. Tak disangka jika gadis itu justru makin marah.
Tami frustasi menghadapi kemarahan gadis di depannya. Tak ada waktu untuk bertengkar. Tami memikirkan kakaknya yang sakit di rumah.
Tami memberikan paksa uangnya dan langsung berbalik pergi. Gadis itu berteriak di belakangnya, tapi Tami tak peduli lagi. Tami sudah memenuhi kewajibannya dan sekarang Tami harus memenuhi kewajibannya yang lain.
Tami segera keluar dari rumah sakit dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
CUT TO
9. INT. RUMAH BU SAUDAH - RUANG TAMU — DAY
Bu Saudah membopong Sasi keluar dari kamar mandi. Namun, tubuhnya yang sudah tua tak mampu memapah anak perempuannya yang berbadan kurus. Sasi kembali ambruk sebelum sampai sofa. Bu Saudah histeris.
Sasi menggeleng kuat dan langsung berbaring di sofa ruang tamu. Bersamaan dengan itu terdengar suara mobil berhenti di teras rumah. Tak lama kemudian, muncullah Tami dengan wajah pucat dan panik. Bu Saudah langsung menyambutnya dengan wajah tak kalah paniknya.
Tami memandangi kakaknya yang sudah berbaring di sofa ruang tamu. Selimut tipis membungkus tubuhnya yang tinggal tulang berbalut kulit. Tami mendekatinya sambil tersenyum.
Bu Saudah membujuk anak perempuannya dengan lembut. Tapi Sasi tetap menggelengkan kepalanya. Suaranya terdengar makin lirih dan sedih.
Sasi hanya tersenyum sambil memandang adiknya. Tatapannya redup. Bu Saudah tak tahan lagi dan langsung berlari ke kamarnya sambil menangis. Tami menyusulnya.
CUT TO
10. RUMAH BU SAUDAH - KAMAR BU SAUDAH — DAY
Tami melihat ibunya menangis sambil membelakanginya. Tami tak tega melihatnya dan langsung memeluk sang ibu dari belakang.
Tami ikut menangis melihat kesedihan yang tergambar di wajah ibunya. Pikirannya sedang kacau. Di satu sisi Tami memikirkan nasib kakaknya, di sisi lain ada Maya yang harus segera dia cari keberadaannya.
Bu Saudah sepertinya tahu apa yang dipikirkan anaknya, sehingga dengan polosnya bu Saudah bertanya.
Tami salah tingkah. Firasat seorang ibu memang tak pernah salah. Dari dulu ibunya selalu tahu jika pikirannya sedang kacau. Tami berusaha mengalihkan perhatian ibunya.
Tami tahu jika ibunya sedang memandanginya penuh selidik. Untuk menghindari kecurigaan sang ibu, Tami pun bergegas keluar kamar dan menemui kakaknya yang tertidur pulas di atas sofa.
CUT TO