Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
The Devil's Investigator
Suka
Favorit
Bagikan
2. ACT 1 : The Investigator
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

ACT 1 : The Investigator


5. INT. RUANGAN INTEROGASI — DAY

Ruangan gelap. Tak lama kemudian, lampu ruangan menyala. Suasana remang-remang. Terlihat sosok lelaki tegap berpakaian rapi mengecek seisi ruangan. Ialah IMAD(L/40). Lelaki ini mengecek lampu di meja, lalu menghidupkannya. Di kedua sisi meja terdapat 2 kursi. Lelaki ini duduk di salah satu kursi, lalu MENGECEK HANDPHONENYA.

Dari arah pintu ruangan, masuklah DULAH(L/43). Lelaki berjanggut panjang dan berjubah ini tengah dikawal dan diborgol oleh FERDI(L/37), rekan Imad. Imad melihat ke Dulah, lalu tersenyum. Imad lalu meletakkan handphonenya di meja.


IMAD

Selamat siang mas, silahkan duduk.


DULAH

Mas islam kan? nggak tau salam islam?


Ferdi bergerak ingin memaksa Dulah untuk duduk, tapi Imad menghentikannya. Imad lagi-lagi tersenyum kepada Dulah.

IMAD

Maaf ya, suka lupa. Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.. silahkan duduk mas.


DULAH

Wa'alaikum salam.


Dulah duduk di kursi seberang Imad. Mereka saling berhadap-hadapan. Dulah masih berwajah cemberut, sedangkan Imad tenang dan tersenyum.


IMAD

Baiklah kita mulai ya.. Dulah..


DULAH

..Saya nggak akan kasih tau apa-apa.


Imad tertegun, lalu menatap Dulah dalam-dalam.


DULAH

kalian sendiri tidak memenuhi hak saya sebagai warga negara. Tau-tau ditangkap, dan diinterogasi tanpa didampingi pengacara. Bukti kalian apa sampai menangkap saya dan keluarga saya?


Imad masih terdiam, mencerna perkataan Dulah. Matanya bergerak kesana kemari. Ferdi terlihat geram dengan Dulah. Dulah menatap Imad dengan pandangan tajam. Imad kemudian tersenyum tenang.


IMAD

Saya izin bicara ya..
(beat)
Dulah, anda tidak ditangkap sebagai tersangka, tetapi anda akan dimintai keterangan mengenai hubungan anda dengan Hajrun, ketua kelompok teroris Al Ahkam.


DULAH

Siapa lagi i..


Dulah ingin menyela, tapi dihentikan dengan gerakan isyarat tangan Imad. Imad menatap tajam ke Dulah, tanpa merubah ekspresi tenang dan datarnya.


IMAD

upaya anda menyela justru menunjukkan bahwa apa yang saya katakan benar adanya. Kami punya riwayat panggilan, bukti CCTV, dan bukti-bukti yang kami temukan di rumah kontrakan Anda. Soal pengacara, maaf, sedang dalam perjalanan, tapi semua bukti sudah jelas, pengacara anda pun tidak akan bisa berbuat apa-apa.


Ekspresi Imad yang mengatakan itu semua tanpa merubah gerak alis dan matanya, membuat jantung Dulah berdegup kencang. Intimidasi yang datar, tapi benar dan on point.


IMAD (CONT'D)

Jadi mari sama-sama tidak membuang waktu disini.



6. EXT. BANGUNAN BEKAS PABRIK — DAY

Terlihat bagian luar sebuah bekas pabrik pengolahan jagung di pinggir sebuah desa. Aktifitas para buruh terlihat biasa, mengangkut jagung, mengoperasikan alat dan lain-lain.

Di pintu gerbang pabrik, terlihat 1 unit mobil SWAT berhenti, dan 1 peleton pasukan keluar dari mobil, menuju pintu gerbang.


7. INT. RUANGAN INTEROGASI — DAY

Dulah mendengarkan Imad dengan seksama. Lalu perlahan ekspresi Dulah berubah menjadi tenang, dan menyenderkan punggungnya di kursi.


DULAH

Kalian penegak hukum, merasa paling benar dan berkuasa. Padahal hukum yang kalian junjung itu hanyalah buatan manusia. Manusia yang rakus akan kekuasaan. Hukum kalian tidak akan pernah adil.


Imad menyimak Dulah dengan tenang. Ekspresinya masih sama, tidak pernah berubah sedikitpun.


DULAH (CONT'D)

Sedangkan hukum kami adalah hukum paling adil..!!! hukum dari Allah..!!! hukum yang sebenarnya..!!! saya dan keluarga saya rela mengorbankan apapun untuk menegakkannya..!!


Ferdi yang sedari tadi berdiri di belakang Dulah tambah geram dengan omongan Dulah. Imad melirik ke Ferdi, mengisyaratkan Ferdi untuk tenang. Dulah melipat tangannya yang terborgol di meja, lalu mencondongkan badannya ke Imad.


DULAH (CONT'D)

jadi, silahkan siksa saya. Saya tidak akan mengatakan apapun, dasar kafir..!!


Imad terkejut, matanya tiba-tiba melotot. Sejenak kemudian Imad menunduk, lalu bangkit dari duduknya, berjalan dan merangkul Ferdi.

IMAD

dia bener. Kita yang salah.


Ferdi terkejut. Dulah memalingkan wajahnya ke Imad dan Ferdi yang berdiri di belakangnya. Imad pun mengajak Ferdi pergi ke arah pintu keluar.


FERDI

Tapi pak..!!



8. EXT. BANGUNAN BEKAS PABRIK — DAY

Tim SWAT pun bergerak memasuki gerbang pabrik. Para buruh terlihat kocar-kacir, bahkan ada yang mencoba melawan. Tapi melihat pasukan SWAT bersenjata lengkap, para buruh pun mengangkat tangan dan menuruti perintah pasukan SWAT untuk tiarap.


9. INT. RUANGAN INTEROGASI — DAY

Sayup-sayup terdengar suara adzan Dhuhur dari masjid sekitar kantor Polisi. Di dalam, Imad masih merangkul Ferdi dan berjalan ke pintu keluar. Ferdi mencoba protes. Dulah tetap duduk di tempatnya, terlihat bingung melihat perangai Imad.

Tiba-tiba Imad menunjukkan jarinya ke atas, lalu membalikkan badannya dan berjalan menuju Dulah.


IMAD

sebentar, boleh saya tanya sesuatu?


Imad kembali duduk di seberang Dulah.


IMAD (CONT'D)

tadi anda bilang, membawa hukum Allah. Tapi apakah Allah menyuruh anda membunuh orang tak bersalah?


Imad mengetikkan sesuatu di handphonenya, lalu memperlihatkannya ke Dulah. Terlihat headline berita 2 tahun lalu "Bom Bunuh Diri di Cipondoh Plaza, 80 Orang Tewas". Dulah terdiam, lalu menatap tajam ke Imad. Imad masih dengan ekspresi tenangnya.


DULAH

Saya tidak punya kewajiban menjawab itu.


Imad yang tadinya berwajah tenang dan datar tiba-tiba menyeringai. Dulah terkejut dengan perubahan mendadak ekspresi Imad.


IMAD

oh i see. Berarti anda, keluarga dan teman-teman anda hanyalah pembunuh tanpa otak dan logika. Ngga usah bawa-bawa nama Tuhan dong. Mau bunuh ya tinggal bunuh kan?


Dulah naik pitam mendengar ucapan Imad. Dulah beranjak dari kursinya dan bermaksud menyerang Imad, tetapi dihentikan oleh Ferdi.


DULAH

JAGA MULUT ANDA..!!! KAMI INI ORANG TERHORMAT..!! KAMILAH YANG MENYINGKIRKAN KAFIR MUSUH ALLAH..!! MEREKA BERMAKSIAT, MENEBAR KERUSAKAN DAN MERUSAK AGAMA ALLAH..!! DARAH MEREKA HALAL..!!


Dulah meronta-ronta kesetanan dalam cengkraman Ferdi. Ferdi memaksa Dulah kembali duduk dan mengencangkan borgolnya. Imad masih dengan ekspresi tenangnya, menatap Dulah yang murka kepadanya. Imad lalu mengetikkan sesuatu lagi di handphonenya, lalu memperlihatkan ke Dulah. Terlihat foto seorang Wanita muda berhijab yang sedang berpelukan dengan anak perempuan kecil.


IMAD

Mereka ada di Mall itu. Mereka rajin sholat dan agamanya bagus. Kenapa saya tahu?.. karena..


Imad berhenti berkata. Handphonenya masih ditunjukkan ke Dulah. Tubuh Imad mulai bergetar. Imad memejamkan mata, lalu mengehembuskan nafasnya yang mulai memburu. Walau begitu, ekspresi Imad masih datar, tidak berubah. Imad kembali menatap Dulah.


IMAD

..Kenapa istri dan anak saya harus mati, Dulah?


Dulah melotot terkejut. Imad masih dengan sangat tenang memperlihatkan foto di handphonenya ke Dulah.


IMAD

(nada lebih tinggi)
kenapa?


Dulah terdiam beberapa saat.


DULAH

Itu bukan perbuatan kami..


Imad terdiam, meletakkan handphonenya di meja, lalu menyenderkan punggungnya ke kursi. Imad menatap Dulah, lalu tiba-tiba kembali menyeringai, yang membuat Dulah bahkan Ferdi kaget.


IMAD

Oh? baiklah kalau begitu.


10. INT. BANGUNAN BEKAS PABRIK — DAY

Pasukan SWAT mulai memasuki bagian dalam pabrik. Para buruh yang tengah bekerja disuruh menghentikan aktifitas mereka dan tiarap. Pasukan bergerak menuju salah satu ruangan bagian dalam yang PINTUNYA BERWARNA MERAH dan tertutup, lalu mengepung area itu. Pemimpin pasukan mengisyaratkan untuk membentuk formasi di depan pintu merah itu, lalu bersiap mendobraknya.


11. EXT. BANGUNAN BEKAS PABRIK — DAY

Sementara itu di luar pintu gerbang, mobil pasukan SWAT sedang standby. Di luar mobil terlihat TONO (L/38). Lelaki bertubuh gemuk tapi tegap ini adalah sang pemimpin tim yang menyerbu pabrik itu. Tono melihat ke area dalam pabrik dan terus memantau kondisi tim melalui radio komunikasi.


12. INT. RUANGAN INTEROGASI — DAY

Imad masih menyandarkan punggungnya di kursi dan terdiam menatap Dulah. Sedangkan Dulah masih bingung untuk memasang ekspresi wajah yang bagaimana di situasinya saat ini. Ferdi masih berdiri di belakang Dulah.

Tidak lama kemudian, Imad mengambil handphonenya di atas meja lalu mengutak-atiknya.


IMAD

tadi anda bilang, anda dan keluarga rela memberikan apapun untuk menegakkan kebenaran kan?


Imad menatap ke Dulah, sembari masih memegang handphonenya. Dulah membalas tatapan Imad dengan tajam.


IMAD (CONT'D)

tapi istri anda lebih cerdas dari anda. Dia tau mana kebenaran yang sesungguhnya. Bukan ideologi bodoh yang anda pegang. Dia sudah memberitahukan semuanya ke kami. Kami sudah tak butuh keterangan anda.


DULAH

(menyeringai)
heh. Ngocehlah sesukamu.


Imad mengetik sesuatu di handphonenya, dan lagi-lagi menunjukkannya ke Dulah. Kali ini terlihat foto yang dikirim melalui jejaring khusus polisi. Terlihat wanita bercadar yang sedang diinterogasi oleh polisi wanita.


WANITA BERCADAR

(on phone)
dia memaksa kami mbak. Saya dan anak-anak diajarin ajaran-ajaran nggak bener. Saya sudah pernah coba kabur, tapi takut dengan dia dan teman-temannya.


POLWAN

(on phone)
jadi anda bersedia bekerja sama?


WANITA BERCADAR

(on phone)
iya mbak, asal saya dan anak saya mendapatkan perlindungan dari mereka.


Dulah terdiam melihat video itu. Matanya melotot, mulutnya terbuka. Perlahan tangannya menggenggam, giginya menggeram. Dulah mengalihkan pandangannya ke Imad.


DULAH

Kalian gila. Kalian apakan istri saya? istri saya tidak mungkin begini..!! ini pasti rekayasa..!!


Imad, masih dengan wajah datarnya.


IMAD

tidak mungkin? istri anda telah membuat pilihan rasional, menyelamatkan dirinya dan anaknya. Anda yang seharusnya menjadi imam mereka, malah menuntun ke arah yang salah.


Dulah terdiam. Pandangannya kosong ke bawah. Keringat dingin mulai keluar dari ubun-ubunnya. Imad berdiri dari duduknya.


IMAD

yah setidaknya, anda tidak akan bisa mengganggu dan melihat mereka lagi sampai beberapa puluh tahun ke depan...


Imad berhenti berkata sejenak. Tangannya mengelus dagunya. Imad terlihat berfikir. Dulah masih tetap terdiam, degup jantungnya makin meningkat. Dulah mengangkat pandangannya, dan seketika terkejut dengan apa yang dilihat di depannya. Imad sedang memelototinya dengan wajah yang dihadapkan sangat dekat ke wajah Dulah.


IMAD (CONT'D)

...atau mungkin SELAMANYA?


Dulah tercekat, terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Sejenak Dulah sampai lupa bernafas. Imad lalu bangkit, dan berjalan ke arah pintu keluar. Imad menoleh ke arah Dulah yang masih terpaku, lalu meninggalkan ruangan itu. Ferdi pun mengikuti Imad berjalan ke arah luar ruangan. Sampai di depan pintu, Ferdi menoleh ke Dulah.


FERDI

Tunggu disini, kami akan memproses data dari istri anda.


Dulah menoleh ke Ferdi dengan pandangan kosong. Fikirannya sedang tidak ada di tempat. Ferdi lalu menutup pintu, lalu berjalan meninggalkan ruangan.

Belum jauh Ferdi berjalan, ia menemui Imad yang sedang berusaha menghidupkan rokoknya dengan korek yang macet. Ferdi menghampiri Imad, mengeluarkan korek dari sakunya dan menghidupkan rokok Imad. Imad menoleh ke Ferdi.


FERDI

Gimana tuh mas?


Imad, masih dengan wajah datar khasnya menatap Ferdi, melirik ke arah ruangan tempat Dulah ditahan, lalu menghembuskan asap rokoknya.


IMAD

Tunggu bentar.



13. EXT. BANGUNAN BEKAS PABRIK — DAY

Tono masih memantau keadaan dari luar gerbang pabrik. Tiba-tiba handphone di sakunya berbunyi. Tono sedikit panik dan kaget, lalu kelabakan merogoh handphonenya. Tono mengangkat telfon itu. Belum sempat Tono bicara, lawan bicaranya di telfon langsung menjelaskan sesuatu yang banyak dengan buru-buru. Tono pun terkejut mendengarnya.


14. INT. BANGUNAN BEKAS PABRIK — DAY

Pasukan SWAT masih stand by dengan formasi di depan pintu merah. Semuanya sedang mengecek perlengkapan dan senjata mereka, sedangkan KETUA REGU (L/40) yang berada paling dekat dengan pintu mencoba menghubungi Tono di luar dengan radio komunikasinya.

Gambar beralih ke bagian dalam ruangan berpintu merah itu. Terlihat dibalik pintu terpasang rangkaian kabel yang rumit, yang terhubung dari gagang pintu sampai BOM C4 RAKITAN yang di tempel di dinding.


15. INT. RUANGAN INTEROGASI — DAY

Pintu ruangan terbuka. Imad dan Ferdi memasuki ruangan. Terlihat Dulah yang tidak lagi duduk di dalam ruangan itu, tapi berdiri. Dulah menatap Imad dan Ferdi.

IMAD

Kata partner saya, anda mau kerjasama?


Dulah menatap tajam ke Imad.

DULAH

itu kan yang lo tunggu.


Imad masih memasang wajah yang tenang dan datar.

IMAD

Hm? sekarang gua elo nih? haha
(beat)
enggak juga. Gua udah dapet semua yang gua butuh. Apa lagi yang bisa lo kasih?


DULAH

Gimana kalo gua bilang, kalian lagi menyerbu jebakan?


Imad tertegun. Ferdi pun terkejut. Imad lalu berjalan mendekati Dulah, tapi Dulah malah mundur beberapa langkah.

DULAH

Jaminan gua aman, ngga dipindah ke Nusa Kambangan, dan bukan hukuman mati.


Imad menghentikan langkahnya. Dulah menatap Imad dengan pandangan takut, tapi serius dengan ucapannya.

DULAH (CONT'D)

Gua rasa lu bisa ngelakuin itu. Pertukaran yang adil kan?


Imad menatap Dulah dengan tatapan tajam. Imad lalu menunduk, lalu menoleh ke Ferdi. Ferdi terdiam tanpa ekspresi. Imad kembali menatap Dulah.

IMAD

ya, gua bisa. Walaupun ngga bisa dibilang adil, tapi gua bisa tunda algojo narik pelatuknya ke elo.


Dulah menatap balik Imad dengan ketakutan, Imad masih dengan wajah datarnya.


16. INT. KANTOR POLISI - DAY

Ruangan Unit Komando. Ferdi terlihat buru-buru memasuki ruangan itu, lalu menginstruksikan salah satu staf untuk menghubungkannya dengan seseorang melalui perangkat komunikasi khusus di ruangan itu.


17. INT. BANGUNAN BEKAS PABRIK — DAY

Ketua regu mengisyaratkan untuk salah satu pasukannya membuka pintunya. ANGGOTA 1(L/44) yang ditunjuk pun masuk, lalu memegang gagang pintu merah itu.

Anggota 1 menatap Ketua regu yang berada di sampingnya, lalu mengambil nafas pertama, tanda untuk countdown. Tangan Anggota 1 makin erat menggengam gagang pintu merah.

Anggota 1 pun mengambil nafas kedua. Semua pasukan memusatkan perhatian mereka ke pintu merah yang akan dibuka Anggota 1. Kemudian gambar berlaih ke bagian dalam pintu. Terlihat lagi rangkaian kabel dan bom C4 rakitan yang terdapat lampu merah kecil yang berkedip-kedip.

Anggota 1 mengambil nafas ketiga. Berbarengan dengan tangan Anggota 1 bergerak membuka gagang pintu, radio komunikasi milik Ketua regu tiba-tiba berbunyi, mengeluarkan distorsi yang membuat semua mereka kaget.


18. INT. RUANG INTEROGASI - DAY

Dulah duduk berhadapan dengan Imad. Imad masih menatap Dulah dengan ekspresi datarnya, sedangkan Dulah tertunduk. Tiba-tiba pintu dibuka, dan masuklah Ferdi dengan wajah lega dan nafas memburu.

FERDI

Tepat waktu pak.


Dulah menarik nafas lega. Sedangkan Imad tak bergeming, masih menatap Dulah di depannya. Tetapi tidak lama, Imad pun ikut menarik nafas, lalu bangkit dari duduknya.

IMAD

Kali ini deal elo bagus.
(beat)
tapi gue sama elo belum selesai. Elo masih punya hutang info tentang Hajrun. Elo masih harus nginep dan ketemu gue lagi, jadi, nikmatin suasana hotel kami ini ya.


Imad lalu pergi meninggalkan Dulah. Sesampainya di depan pintu, Imad berhenti melangkah.

IMAD

Lo bilang membela agama Allah?


Dulah yang merasa terpanggil menoleh ke Imad. Imad melihat jam tangannya, lalu menoleh ke belakang, ke Dulah.

IMAD

Ini sudah masuk waktu Ashar, dan dari waktu Dhuhur tadi lo sama sekali nggak berniat untuk sholat. Pembela Allah macam apa yang tidak melaksanakan kewajibannya?


Dulah terdiam. Imad mengalihkan pandangannya dengan dengusan nafas dan senyum mengejek. Kemudian Imad menghampiri Ferdi lalu menutup pintu.


19. INT. KANTOR POLISI - DAY

Imad berjalan menghampiri pantry, lalu menyendok biji kopi dan menuangkannya ke grinder. Ferdi menghampiri Imad dengan wajah gembira.

FERDI

Mas, anda pahlawan..!!


Imad menoleh ke Ferdi tanpa berekspresi apa-apa, lalu menghidupkan grinder yang mulai menggiling biji kopi.

IMAD

Jangan kaget, gitulah kerjaanku.


Walaupun Ferdi tidak terlalu mendengar ucapan Imad karena berisiknya grinder, Ferdi tetap mengangguk-anggukkan kepalanya. Saat grinder berhenti, Imad pun menuangkan kopi yang telah menjadi bubuk ke mesin espresso di sampingnya.

FERDI

Gimana bisa sih mas?


Imad menoleh ke Ferdi, lalu berdehem dan sedikit memegang tenggorokannya.

IMAD

(suara perempuan, yang mirip sekali dengan suara di video interogasi istri Dulah)
bisa apanya? begini?


Ferdi terkejut dan tertawa kagum. Imad memencet tombol di mesin espresso, dan menampung cairan kopi yang keluar dengan gelasnya.

IMAD

Impersonasi dan akting itu bakat alamiku. Juga hal penting yang harus dimiliki penyidik.


FERDI

bahkan foto istri dan anak korban bom tadi juga trik mas? keren..!!!


Imad sejenak terdiam, lalu menatap Ferdi. Ferdi sedikit heran dengan respon Imad. Tapi sejenak kemudian Imad tersenyum, Ferdi pun membalas senyum. Ferdi pun berbincang-bincang dengan Imad di pantry itu, tak lama kemudian Ferdi pun pergi lebih dulu. Sedangkan Imad masih menikmati kopinya sambil menatap jendela ruangan yang berada di lantai 20 itu.



























Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar