Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
BAB 1. SIdang Hari ini
Aku berdandan dengan begitu gantengnya, meskipun orang bilang walau aku ganteng, tapi aku memiliki style seperti jamet. Rambut macam landak, kacamata hitam sambil menikmati permen bertangkai yang kalau diukur setara dengan segelas susu. Aku menatap langit biru yang indah, meskipun ada awan yang menghiasi, tapi aku tetap santai meskipun sebenarnya, ini adalah sesuatu hari yang sangat menegangkan. Bagaimana tidak? Aku seperti seorang murid yang menunggu hasil ujian kelulusan. Apakah nomorku bakal keluar,atau tidak. Aku melihat para wartawan yang sedari tadi duduk, sambil berkipas, memperbaiki make-up, meliput, mewawancarai, bahkan mengabarkan kondisi terkini, yang akan terjadi pada hari ini kepada narasumber yang mereka dapatkan. Ku lihat awak media massa melakukan aktivitasnya. Tapi tak ada seorangpun yang mewawancaraiku
"Kenapa? Gantengkan? Mana ada jamet yang ganteng seperti I,you know?<Percaya diri> Cowok ganteng kaya cogan-cogan anime"
Banyu menatapku seperti kehabisan kata-kata. Dia tau, kalau poster dirumahku yang terpampang dengan jelas, itu adalah poster Samurai X. Sampai gaya rambutku, sebenarnya sudah kena tegur oleh pihak kepolisian. Akan tetapi, karena aku sudah berhasil menangkap puluhan tersangka kelas kakap, aku mendapat gelar yaitu si rambut bulu landak. Makanya, polisi menyarankan jangan rambutnya di potong, biar ada seninya.
Andaikan dia tau, berapa kali aku meminta konfirmasi buat merapikan rambutku, pasti jawabannya jangan dipotong, biar orang tau kalau adalah polisi kebanggaan republik Indonesia. Jadi polisi sekaligus cosplay Jojo Bizare Adventure. Aku mau juga memiliki gaya rambut yang keren, minimal kaya oppa-oppa Korea jadilah.
Sarla:
"(Menatap dengan wajah datar). Enak jadi kamu, saya gak akan boleh potong rambut. Nanti habis ini kamu, yang gak akan bisa potong rambut, kalau kita menang dalam sidang ini"
Mendengar itu Banyu seperti tidak salah dengar dengan apa yang aku katakan. Ia kemudian memegang kepalanya, yang baru saja ia cukup dengan gaya rambut model two block. Ia akan tambah panik.
Banyu:
"Ia kah? (Panik), aduh kalau gak rapi ketampanan ku yang mutakhir ini, akan lenyap. Dan para cewek tidak akan terpikat pada pesonaku yang gagah macam Suga BTS( Mulai narsis)"
Sarla:
"(Jengkel dengan wajah deepan) Ku lempar kau pakai sendal"
Para wartawan mulai mendekati kami. Kami berdiri didepan pintu utama pintu sidang. Kilatan kamera yang menyambar, membuat kami seperti para selebriti.
"Saya waktu itu dalam menyelamatkan Banyu. Rekan team kami, ditembak sesama rekan polisi pula. Ada anggota polisi yang berkhianat dan malah bekerja sama dengan salah satu anggota Mafia. Mereka memiliki banyak jaringan. Bahkan kasusnya berhasil ditutupi oleh salah satu anggota dewan"
Beberapa saat kemudian, disaat kami dihujam oleh beberapa pertanyaan, pintu pengadilan di buka. Kami berdua kemudian masuk dan disusul oleh para wartawan yang mereka mulai mencari tempat duduk, untuk menjadi saksi mata atas sidang pada hari ini. AKu dan Bayu duduk didepan. Sambil menunggu semuanya mengambil posisi dan suasana untuk tenang, aku menelvon salah satu atasanku yang sangat aku hormati. Namun ada suara yang tidak asing memanggil kami.
"BANYU ... Sarla .."
Kami berdua mencari sumber suara yang memanggil kami. Rupanya ada seorang pria yang mengacungkan tangannya.
Sarla:
Pak Budi:
Bagaimana aku menjelaskannya? Aku sudah meminta kepada atasan untuk biar rapi. Tapi mereka tidak mengizinkannya.
Mereka berdua terlihat pasrah dan saling menatap satu sama lainnya mendengar curhatan ku. Sementara para wartawan lain, sedang mengarahkan kameranya. Aku mendengar, pintu bagian depat terdobrak begitu keras. Sehingga pandangan orang-orang yang hadir tersita.
Mereka terlihat seperti Triad yang berjalan dengan begitu wah, sangat perlente. Kalau ku taksir harga outfitnya kisaran, 15 ribu dollar. Uang yang dia pakai pastinya adalah uang Haram. Kami bertiga tegak pinggang melihat orang satu ini. Di belakangnya ada seorang selebriti yang menjadi korban sengketa Mafia, yang diiringi dengan pengacara kondang yang ku ketahui bernama Edgar Simamora. Ketika kami berdiri didepannya, dia melihat kami.
Semua hadirin di mohon duduk. Mereka sudah mengambil posisi masing-masing. Ada yang mengeluarkan gadget untuk mencatat apa yang sebenarnya terjadi, ada merekam siaran langsung dengan menggunakan ponsel, ada yang membidik gambar, sedangkan kami berperan sebagai orang biasa. Di samping pengacara, ada saksi, yang kalau seandainya mereka melihat rekaan kejadian itu, maka mereka akan disumpah terlebih dahulu. Tapi semua sudah selesai. Sidang kemarin-kemarin rasanya sudah alot.
Benar, ini adalah kasus yang paling menyebalkan yang pernah aku tangani. Bahkan, mereka pintar membolak-balikan fakta, bahkan jabatanku seperti seseorang yang sedang ganti baju, copot pasang-copot pasang.
Kemudian mereka bersorak bergembira. AKhirnya kerja sama kami berakhir dengan keberhasilan yang tidak disangka-sangka. Si Mafia, dijatuhi hukuman yang setimpal. Semua harta yang dimiliki bakal jadi milik korban.