Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Siapa Bapak Siapa
Suka
Favorit
Bagikan
10. BAGIAN 10 (Hal 89-100)

86. EXT. RUMAH SAKIT - IGD — NIGHT

Arul dan Indra turun dari motor dengan terburu-buru memakirkan kendaraannya seadanya. Lalu berlari memasuki wilayah IGD. Indra masih membopong Rusdi, menuju ke area IGD. Mereka langsung disambut oleh dua PERAWAT yang sigap menawarkan ranjang untuk Rusdi. Mereka masuk.

CUT TO :


87. INT. RUMAH SAKIT - IGD — NIGHT

Rusdi duduk di atas ranjang pasien menggunakan masker oksigen. Napasnya sudah tak terdengar sesak. Sementara di belakangnya ada seorang DOKTER yang tengah menyuntik bagian belakang Rusdi. Bisa terlihat cairan tertarik keluar dan masuk ke suntik. Cairan itu berwarna merah kecoklatan. Di samping dokter pula ada seorang PERAWAT lain yang memegang wadah seperti nampan, di mana di atasnya ada beberapa suntik berukuran besar berisi cairan yang sama.

Dokter selesai dengan suntikan terakhir. Ia melepas alat penyedot dari tubuh Rusdi, lalu menutup bekasnya dengan kapas.

Indra, Arul dan Desi sudah memperhatikan sejak tadi dengan penuh ketegangan dan keseriusan.

INDRA
Sudah selesai dok?


DOKTER
Sudah. Penyebab sesak napasnya karena banyak cairan yang tertumpuk di paru-paru. Tapi sudah dilakukan penanganan, jadi Bapak sudah bisa tenang sekarang. Tapi kita akan biarkan dulu oksigen terus terhubung untuk membantu menormalkan alur napasnya.

Indra mengangguk paham.

INDRA
Tapi tadi itu dok, batuk darah gimana?


DOKTER
Batuk darah banyak penyebabnya, tidak bisa langsung didiagnosis begitu saja. Tapi karena menurut catatan pasien, dulunya seorang perokok dan sering mengonsumsi alkohol, ada kemungkinan bronkitis atau tbc. Tapi itu masih praduga. Kita akan adakan pemeriksaan lab untuk memastikan hasil diagnosis.


INDRA
Tapi Bapak saya gak apa-apa kan dok?


DOKTER
Gak apa-apa. Batuk darah itu tidak selamanya darurat dan berbahaya. Tapi karena pak Rusdi baru pertama kali batuk darah, mungkin saja masih gejala awal.
(ke Rusdi)
Jadi Bapak gak perlu takut yah.

Rusdi mengangguk lemah.

DOKTER (CONT'D)
Kemudian untuk usus buntunya, itu juga akan kami adakan pemeriksaan lab untuk memastikan letaknya di mana. Operasinya akan kami jadwalkan secepatnya. Untuk sekarang Pak Rusdi akan kami transfer ke ruang rawat inap, untuk lebih fokus dirawatnya.

Ketiga anak Rusdi mengangguk paham.


88. INT. RUMAH - DAPUR — DAY

Indra duduk di kursi meja makan, di belakangnya ada mesin cuci yang sedang bekerja, berisik sekali suaranya. Indra tengah memainkan telepon genggamnya sebentar, lalu meletakkan telepon itu ke atas meja makan, lalu beranjak menuju mesin cuci yang sudah selesai bekerja. Terdengar suara dering telepon dari telepon di atas meja.


89. EXT. RUMAH - HALAMAN SAMPING — DAY

Kita mendengar suara dering telepon yang diangkat. Indra meletakkan baskom berisi jemuran seperti seprai dan selimut Rusdi.

SISKA (V.O.)
(suara panggilan telepon)
Halo Ndra?

Indra mulai menggantungkan jemuran satu-persatu.

INDRA (V.O.)
Bapak masuk rumah sakit.


SISKA (V.O.)
(terdengar khawatir)
HAH? Kok bisa sampe gitu?


INDRA (V.O.)
Semalam dia sampe batuk darah... aku sama Arul langsung lari ke rumah sakit.


SISKA (V.O.)
Aku perlu datang lagi kah? Siapa tahu kamu butuh bantuan.


INDRA (V.O.)
Gak usah. Cukup kok. Anaknya ada tiga orang.


SISKA (V.O.)
Gitu dong Ndra. Lihatkan? Ujung-ujungnya Bapakmu juga butuh kalian.


INDRA (V.O.)
Iya.

Indra selesai menjemur, mengambil baskomnya lalu berjalan ke halaman belakang.


90. INT. RUMAH - DAPUR — DAY

Indra masuk membawa baskom kosongnya. Dari pintu, kita melihat di luar, kasur Rusdi tengah dijemur di atas kursi yang ditata rapi di bawahnya.

Indra. meletakkan baskomnya di atas mesin cuci. Lalu beranjak mengambil handphonenya yang ia letakkan di atas meja.

Indra mengetik sesuatu.

Syarat membuat kartu kesehatan di kantor administrasi kesehatan.


91. INT. RUMAH - KAMAR RUSDI — DAY

Terdengar bunyi dering telepon di latar belakang. Indra masuk ke kamar membawa kursi. Lalu membuka laci yang ada di bagian bawah lemari baju. Sedikit kesusahan karena lacinya macet.

DESI (V.O.)
(suara panggilan telepon)
Halo Ndra?


INDRA (V.O.)
Bapak tidur?


DESI (V.O.)
Gak, kenapa emangnya?


INDRA (V.O.)
Tanya Bapak coba, dia nyimpen dokumen kartu keluarga, surat keterangan tidak mampu sama ktpnya di mana?

Indra menarik sebuah tas hitam berbentuk kotak dari laci itu. Lalu menaruhnya di lantai. Lalu membuka resleting yang menutup tas itu. Ia mengeluarkan dokumen-dokumen yang dicarinya.

DESI (V.O.)
Di laci lemari bagian bawah.

Indra beranjak, menempatkan kursi menempel pada lemari, lalu naik di atas kursi itu.

DESI (V.O.) (CONT'D)
Kalo KTP di dompet, di atas lemarinya.

Ada dompet Rusdi di ataa lemari. Juga sebuah album foto yang sudah ditutupi debu dan sarang laba-laba. Indra mengambil dompet dan album foto itu.

DESI (V.O.) (CONT'D)
Buat apa emangnya, Ndra?

Indra turun dari kursi. Lalu membersihkan album foto yang dia ambil. Itu adalah album foto keluarga yang beberapa bagiannya sudah hangus terbakar.

INDRA (V.O.)
Aku mau ngurus sesuatu.

Indra membuka dompet Rusdi, mengambil KTP dari sana.


92. EXT. JALAN RAYA — DAY

INDRA (V.O.)
Jadi Bapak gimana?

Indra mengendarai motornya, ia menggunakan tas ransel berwarna oranye.

DESI (V.O.)
Ohiya sorry. Aku lupa kabarin. Udah keluar hasilnya tadi. Kita dikasih lihat foto usg sama rotgennya. Bapak punya tbc paru.


INDRA (V.O.)
Terus, operasi?


DESI (V.O.)
Katanya tbc tahap awal, jadi gak ada operasi, cuman dikasih obat untuk dikonsumsi 6 bulan ke depan.


INDRA (V.O.)
Alhamdulillah kalo begitu.


DESI (V.O.)
Tapi tetep dioperasi, untuk usus buntu, jam dua siang ini.


INDRA (V.O.)
Bapak gak ngamuk pas dikasih tahu mau dioperasi?


DESI (V.O.)
Dia diem aja. Mungkin karena udah sakit kali ya. Udah gak bisa mendramatisir pake nolak dioperasi.


93. INT. KANTOR ADMINISTRASI KESEHATAN — DAY

DESI (V.O.)
Ndra kamu bawa uang kan?

Indra berjalan menyusuri lobi menuju ke meja resepsionis.

DESI (V.O.)
Kayaknya biaya rumah sakit bakal mahal deh. Tadi aja Dokter masih lakuin sedot cairan di paru-parunya Bapak.

Indra sampai di meja resepsionis, dan bertemu seorang PETUGAS.

PETUGAS
Selamat pagi Pak, ada yang bisa dibantu?


INDRA
Saya mau bikin kartu kesehatan Mba.


PETUGAS
Bawa berkas-berkasnya?

Indra merogoh tas ransel yang dibawanya. Lalu mengeluarkan dokumen-dokumen yang ia bawa, juga KTP milik Rusdi ke atas meja resepsionis. Indra selesai, menunggu petugas selesai memeriksa dokumen.


94. INT. TOKO CETAK FOTO — DAY

Indra berdiri di depan meja kasir. Seorang KASIR tengah melakukan scan pada sebuah album foto berwarna hitam.

KASIR
55 ribu, Pak.

Indra mengambil dompet dari saku celananya.


95. INT. RUMAH SAKIT - KAMAR PASIEN — DAY

Indra duduk di ranjang pasien kosong, meletakkan tasnya di atas ranjang itu.

INDRA
(ke Desi)
Udah lama tidurnya?

Rusdi tertidur pulas di atas ranjang. Sudah tidak memakai masker oksigen. Hanya selang oksigen biasa di hidungnya.

DESI
Hampir sejam yang lalu.
(beat)
Dari mana kamu? Sampe bawa tas segala kek anak sd.


ARUL
Itu tas aku pas SD bukannya?

Arul bersandar di kepala ranjang yang sama yang diduduki Indra. Ranjang Rusdi di bagian tengah. Sementara dua ranjang lain di sampingnya kosong.

Indra mengeluarkan kartu kesehatan milik Rusdi dari ranselnya. Menunjukkannya ke Desi yang duduk di ujung ranjang Rusdi.

Desi mengambil dan melihat-lihat kartu itu.

DESI
Kamu habis urus ini? Bukannya bisa online yah?


INDRA
Lebih suka gerak aku.


ARUL
Emang kalo pake kartu itu bisa gratis kah biaya rumah sakitnya?

Indra hanya menjawab dengan anggukan.

Indra kemudian mengeluarkan album foto baru yang dia beli. Lalu meletakkannya ke atas ranjang. Kemudian mengeluarkan album foto yang hangus. Desi dan Arul langsung terkejut melihat itu. Desi beranjak untuk mendekat.

DESI
Dapet dari mana kamu?

Desi mengambil album foto hangus itu, lalu kembali duduk. Arul mendekati Desi, bersama-sama melihat isi foto itu.

Kita fokus melihat foto-foto di dalam album itu. Mulai dari foto acara pernikahan Rusdi bersama istrinya, Arni.

INDRA (O.C.)
Kayaknya Bapak gak jadi bakar albumnya.


ARUL (O.C.)
Bukannya kita semua lihat waktu itu, dia marah-marah terus bakar albumnya di depan kita.

Halaman selanjutnya album foto berisi foto kehamilan Arni.

INDRA (O.C.)
Ya tapi kan habis itu kita semua mencar karena udah kesel duluan. Siapa tahu pas kita pergi, Bapak langsung ambil lagi albumnya, makanya albumnya masih ada.

Halaman selanjutnya, foto lahiran. Kita melihat foto Indra, Desi dan Arul saat masih bayi.

DESI (O.C.)
Hari itu memang kita yang salah. Aku pikir-pikir apa yang Bapak bilang tuh bener. Hidup harus tetep berlanjut. Yang sudah meninggal ya sudah. Mau ditangisi bagaimanapun juga tidak akan kembali hidup.
(beat)
Tapi kita salah tangkap niatnya Bapak.


ARUL (O.C.)
Tapi tetep salah caranya. Album foto ini cuman satu-satunya tempat kita untuk mengenang Ibu.


DESI (O.C.)
Ya kamu juga salah Rul. Sampai album foto dibawa tidur sambil nangis, gimana Bapak gak marah lihat kamu begitu kek orang gila. Kalo jadi Bapak juga, mungkin aku bakal ngelakuin hal yang sama.

Makin dibuka halaman selanjutnya, foto mereka makin memperlihatkan perkembangan mereka menjadi anak yang lebih besar. Beberapa ada foto Rusdi bersama masing-masing anaknya, begitu juga dengan Arni.

ARUL (O.C.)
Sekarang kamu belain Bapak? Padahal waktu dia bakar album itu, kamu sempet ngatain Bapak pake kata-kata kasar.


DESI (O.C.)
Ya karena waktu itu aku juga udah emosi duluan. Tiba-tiba dia marah-marah bilang kita terlalu berlebihan berdukanya, dia langsung ngambil albumnya habis itu dibakar. Aku bahkan gak nyadar sama masalahnya apa.

Kemudian halaman selanjutnyaa lagi, berisi foto-foto keluarga dengan bertema warna baju yang berbeda, kuning, biru, merah semua warna-warna terang. Mereka semua masih nampak lebih muda di foto-foto itu. Namun beberapa foto di halaman paling belakang sudah hangus sebagian.

INDRA
Sini albumnya!

Desi memberikan album itu. Arul kembali duduk di tempatnya, memainkan handphonenya sebentar.

Arul sedang saling mengirim pesan dengan Salsa, saling menanyakan kabar terbaru. Arul fokus di handphone-nya.

Indra mulai memindahkan foto-foto di album lama satu-persatu ke album yang baru.

DESI
Ndra. Tadi ada pasien di samping ranjang Bapak, pasiennya Ibu-ibu terus anaknya ada tiga orang masih kecil. Meninggal dia, Ndra,

Seorang pasien lain terbatuk. Mengalihkan perhatian Indra dan Desi sebentar.

DESI (CONT'D)
Aku jadi keinget waktu Ibu dulu. Kita bertiga juga masih muda waktu itu. Sekitar sepuluh tahun yang lalu bukannya?
(beat)
Kira-kira Ibu sebahagia apa yah di sana?


INDRA
Harus bahagia lah. Masa di dunia dipukulin terus sama Bapak, terus di akhirat gak diberi kebahagiaan lebih. Aku pikir orang sabar bakal bahagia di akhirat.

Raut wajah Desi terlihat sedih.

DESI
Udah lama lho kita gak ziarah ke makam Ibu. Aku pergi ke Jakarta empat tahun lalu. Kamu, Rul?


ARUL
Lulus SMA aku langsung ikut temen rantau ke jakarta. Sekarang udah 25.


DESI
(ke Indra)
Kamu apalagi Ndra. Udah kayak gimana itu kuburannya gak ada yang urus.


INDRA
Aku sering ke sana kok. Tiap sebelum lebaran. Sekalian ngecek Bapak. Tapi gak singgah.

Desi tiba-tiba menangis. Namun hanya sebentar, lalu menyeka air matanya.

INDRA (CONT'D)
Kamu kenapa nangis?


DESI
Aku gak nyangka aja kamu kek gitu.

Indra tertawa kecil.

INDRA
Entah lah. Sekalian aja kan. Bersihin makam Ibu. Sekalian memastikan Bapak masih hidup.

Desi menoleh ke Rusdi yang masih tertidur pulas. Menatapnya dengan wajah kasihan.


96. INT. RUMAH SAKIT - RUANG TUNGGU — DAY

Indra, Desi dan Arul duduk di kursi. Mereka menunggu dengan takut, khawatir, cemas.

ARUL
Lama operasi berapa jam sih?

Tidak ada yang menjawab.


97. INT. RUMAH SAKIT - KAMAR PASIEN — NIGHT

Rusdi terjaga, berbaring di atas ranjangnya. Sementara Indra, Arul dan Desi duduk di lantai menikmati satu porsi nasi goreng.

RUSDI
Saya juga mau makan.


DESI
Kata dokter harus kentut dulu baru bisa makan.


RUSDI
Tapi saya lapar. Haus juga.


DESI
Sabar Pak. Takutnya kalo gak ngikuti instruksi perawatnya ada apa-apanya nanti. Kan Bapak juga yang kesakitan.

Rusdi tiba-tiba ter-kentut. Dia tertawa lega.

Desi berdiri.

DESI (CONT'D)
(ke Indra dan Arul)
Bersihin itu. Aku panggil perawat.

Desi beranjak keluar.


98. INT. RUMAH SAKIT - KAMAR PASIEN — NIGHT

Perawat memeriksa bekas luka Rusdi, masih basah dan tampak sedikit merah pada pinggirannya.



CUT TO :















Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar