Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
14. INT. IGD RUMAH SAKIT – PAGI
CAST : JUNO (27 TAHUN), LARISA (50 TAHUN), HENDRA (20 TAHUN), DEVA (16 TAHUN)
Kita melihat keluarga Sera, LARISA (50), HENDRA (20) dan DEVA (16) berdiri di depan Ruang Resusitasi. Larisa menangis, ditenangkan oleh Deva dan Hendra. Juno berjalan mendekati mereka.
JUNO
Tante … Sera … Sera di mana?
Tangis Larisa malah semakin kencang dan ia jatuh terduduk di lantai. Hendra memiringkan kepalanya ke arah Ruang Resusitasi dengan air mata yang menetes.
CUT TO :
15. INT. RUANG RESUSITASI – IGD RUMAH SAKIT – PAGI
Juno melangkah pelan memasuki Ruang Resusitasi. Di dalam kita melihat seorang perawat yang membereskan monitor, oksigen, dan sebagainya. Lalu ada Aris, di hadapannya brankar dengan seseorang yang sudah ditutupi kain putih. Aris menoleh dan mendapati Juno.
ARIS
DOA2, Jun.
Juno mendekati brankar.
JUNO (V.O)
Kapan mula segala sesuatunya mulai salah?
ARIS (CONT’D)
Dia kecelakaan, nabrak truk di persimpangan jalan masuk tol.
Juno menyingkap kain putih di hadapannya. Kita melihat wajah Sera yang pucat pasi dengan luka-luka yang sudah dibersihkan. Juno mulai menangis tanpa suara.
ARIS (CONT’D)
Gue kayaknya harus bilang ini juga ke lo.
Juno menoleh dengan alis terangkat.
ARIS (CONT’D)
Di mobil Sera ditemukan narkotika. Kata polisi, kemungkinan dia nyetir di bawah pengaruh obat.
JUNO
Apa? (Menggeleng) Enggak, enggak mungkin.
Juno meraih tangan Sera dan menggenggamnya erat.
JUNO (CONT’D)
Enggak … Ser, enggak mungkin, kan?
Juno mendekatkan tangan Sera ke wajahnya.
JUNO (V.O)
Saat ini, aku sudah gagal memenuhi janjiku dulu.
JUNO
Maafin aku, Ser.
FADE OUT :
16. INT. KAMAR JAGA DOKTER – RUMAH SAKIT – PAGI
Ruangan jaga dokter tampak kosong. Kamera berpindah menyorot tempat Juno tidur tadi. Zoom perlahan ke ponsel Juno. Kita melihat Riwayat panggilan. Di riwayat panggilan itu, sebelum telepon masuk dari mama Sera, ada missed call dari Sera.
CUT TO BLACK :
17. INT. BANGSAL RUMAH SAKIT – SORE
SUPERIMPOSE : MARET 2021
Kita melihat beberapa orang berkumpul di koridor bangsal, terlihat cemas. Juno keluar dari satu kamar, melepaskan masker, kemudian membuangnya ke tempat sampah kuning. Seorang laki-laki yang sudah berumur dan seorang perempuan muda mendekati Juno.
LAKI-LAKI TUA
Bagaimana istri saya, Dok?
JUNO
Mohon maaf, Pak, kami sudah melakukan yang terbaik. Ibu Nasimah dinyatakan meninggal pukul 16.38.
Si perempuan muda dan beberapa orang di sekitar mereka mulai masuk ke kamar tadi dengan tangis yang pecah. Si laki-laki tua mendadak lemas, dia bersandar di dinding dan meluncur turun. Juno memegangi laki-laki tua itu dan ikut berjongkok.
LAKI-LAKI TUA
Memang benar penyesalan itu selalu datang terlambat.
Juno menepuk-nepuk bahu laki-laki tua itu untuk menenangkan.
LAKI-LAKI TUA (CONT’D)
Sebelum istri saya sakit, saya terlalu sibuk kerja, cari duit buat keluarga saya. Pas akhirnya dia sakit pun, saya jarang ngurus. Malah marah-marah, sakitnya saya cueki, mengatai dia berlebihan. Saya tidak tahu kalau sakitnya itu ternyata bisa semakin parah dan makin sulit sembuh.
Si laki-laki tua memijat dahinya.
LAKI-LAKI TUA (CONT’D)
Anak pertama saya pernah bilang, kalau saya memang menyayangi ibu mereka, harusnya saya menjadikan dia prioritas utama. Dalam susah maupun senang.
Juno mengamit lengan laki-laki tua itu untuk membantunya berdiri.
LAKI-LAKI TUA (CONT’D)
(Pandangan menerawang) Anak kedua saya bilang kalau saya harusnya menepati janji saya untuk selalu ada buat ibu mereka.
Laki-laki tua itu menyeka air matanya.
LAKI-LAKI TUA (CONT’D)
Nak Dokter … (Menggenggam tangan Juno) Jangan sampai melakukan hal yang membuat kamu menyesal seperti saya. Jangan sampai kamu menyesal pas sudah kehilangan orang yang kamu sayangi.
Laki-laki tua itu menepuk-nepuk lengan Juno lalu berjalan masuk ke kamar istrinya. Juno berbalik pergi dengan mata sudah merah dan berkaca-kaca.
CUT TO FLASHBACK:
18. EXT. RUMAH SERA – MALAM
SUPERIMPOSE : JULI 2020
Established shot rumah Sera mengadakan takziah. Tenda besar menutupi jalanan depan rumah, dengan bendera kuning pada salah satu tiangnya. Kursi-kursi tersusun rapi, beberapa sudah diduduki tamu dengan pakaian warna gelap. Sepasang pria dan wanita berdiri di depan pagar, menyapa tamu-tamu yang baru datang. Papan-papan bunga turut berduka terpajang di sekitaran rumah.
FX : Pembacaan surah Yasin.
CUT TO :
19. EXT. DEPAN RUMAH SERA – MALAM
Sera berdiri di depan satu papan bunga. Memandangi dengan ekspresi sendu sembari memeluk lengan. Di papan itu tertulis ‘Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Dr. dr. Wijaya Darpa Kusuma’ pada bagian atas, sementara itu bagian bawah tertulis ‘Royal Health Hospital’. Untuk beberapa saat Sera mengamati dalam diam sampai Juno datang menghampiri.
SERA
Aku masih enggak percaya papa ninggalin kami.
Juno meraih pundak Sera, memutar tubuh gadis itu hingga mereka saling berhadapan. Juno menatap tepat ke mata Sera, tapi Sera hanya membalas sedetik lalu menghindari tatapan itu.
JUNO
Makan. Kamu sudah makan?
SERA
Menurutmu aku ada selera untuk makan sekarang?
JUNO
Kamu enggak boleh bersedih dengan perut kosong. Menangis juga butuh tenaga. Kamu mau coklat?
Sera menggeleng. Kemudian sedikit menengadah untuk menahan air matanya jatuh.
JUNO (CONT’D)
(Merangkul Sera dan mengelus lembut lengannya) Ayo masuk dan kita cari makanan.
Sera dan Juno meninggalkan tempat tadi, melangkah menuju rumah.
CUT TO :
20. INT. RUMAH SERA – RUANGAN SEBELUM DAPUR DAN DAPUR – MALAM
Sera dan Juno sudah hampir mencapai dapur. Saat akan menggeser pintu yang sedikit terbuka, gerakan Sera terhenti mendengar suara di dalam.
MAMA PUTRA (O.S)
JADI PAPA SERA MENINGGAL KARENA BUNUH DIRI?
PUTRA (O.S)
(Volume suara lebih kecil tapi masih kedengaran oleh Sera dan Juno di luar) Ma, jangan keras-keras suaranya! Enggak enak kalau ada yang dengar.
MAMA PUTRA (O.S)
Bunuh diri bagaimana? Kok bisa?
PUTRA (O.S)
Papanya didapat gantung diri di vila Sera yang dekat hutan pinus itu, Ma. Putra dengar-dengar sih papanya emang udah lama depresi.
Tangan Sera mengepal. Juno maju ke depan untuk menarik pintu, tapi Sera menahannya.
MAMA PUTRA (O.S)
Depresi? Depresi gimana? Anaknya udah hampir nikah itu, aduh …
PUTRA (O.S)
Ya siapa tahu, kan, Ma, papanya Sera ada masalah lain.
MAMA PUTRA (O.S)
Jangan sampai orang-orang tahu masalah calon mertua kamu ini, Put. Maksud Mama almarhum.
(Jeda sesaat)
Ibadahnya dia kurang bagus itu. Kurang mendekatkan diri sama Allah.
Sera membuka pintu dengan satu sentakan kencang. Putra dan mamanya menoleh kaget.
PUTRA
Sera …
Sera mengabaikan Putra yang berjalan ke arahnya dan langsung menghampiri mama tunangannya itu.
SERA
Tante punya hak apa ngomong kayak gitu soal papa aku?
Mama Putra tidak menjawab, hanya mengalihkan pandangan. Merasa bersalah tapi juga gengsi.
SERA (CONT’D)
Memangnya ibadah Tante sudah sebagus apa? Tante sudah sedekat apa sama Tuhan?
PUTRA
Sera …
Putra berusaha melerai Sera, tapi usahanya gagal.
SERA (CONT’D)
Tante enggak tahu adab bertakziah? (Suara meninggi) Jaga ucapan, Tan! Bukannya malah gibahin yang sudah meninggal!
MAMA PUTRA
Sera! Kamu kenapa bentak-bentak Tante? Enggak sopan kamu ya!
SERA
Tante yang enggak sopan!
PUTRA
Sera!
SERA
(Menoleh ke Putra) Kamu juga! Mestinya kamu enggak diam aja dengar mama kamu ngomong kayak gitu!
(Jeda sesaat. Sera menarik napas mencoba menenangkan diri.)
Lebih baik Tante dan Putra pulang aja. Aku enggak mau lihat Tante atau pun Putra di sini.
Sera beranjak lebih dulu. Baru beberapa Langkah, dia berbalik lagi. Dia melepaskan cincin di jari, kemudian membantingnya di atas meja.
SERA
(Tatapan ke arah Putra) Kita putus!
CUT TO :
21. INT. RUMAH SERA – DEPAN KAMAR DAN KAMAR SERA – MALAM
Juno menyusul Sera ke kamar gadis itu. Di depan kamar, Juno menghentikan Langkah. Pintu kamar terbuka lebar. Di dalam kamar gelap, hanya diterangi cahaya dari luar.
Background music : Janet Suhh – In Silence (not fixed)
Sera meringkuk di sudut ruangan. Dia menangis tersedu. Beberapa lama Juno hanya diam di tempatnya mengamati Sera, serba salah. Sampai akhirnya, Juno menganggap Sera butuh waktu untuk sendiri. Dia bergeser ke dinding di samping pintu. Terduduk dengan punggung bersandar ke dinding, mendengarkan Sera yang masih menangis.
CUT TO :
22. INT. RUMAH SAKIT – CAFÉ RUMAH SAKIT – SIANG
SUPERIMPOSE : OKTOBER 2020
Juno dan Sera duduk berhadapan di kursi café. Sera terlihat sebal, sedangkan Juno menghela napas panjang.
JUNO
Sera, bukan begitu …
SERA
(Merajuk) Ya udah kalau enggak mau bantuin!
Dengan sebal Sera mengumpulkan barang-barangnya dan beranjak dari kursinya. Juno yang melihat itu tidak berusaha menghentikan, malah membuang napas lelah. Sera sudah berjalan beberapa langkah meninggalkan meja.
JUNO
Sera!
Sera berbalik malas-malasan.
JUNO (CONT’D)
Kalau kamu melakukan, meskipun hanya satu tindakan aneh mengenai masalah ini, aku bakal laporin ke mama kamu!
SERA
Ingat enggak janji kamu pas kita umur enam tahun dulu? Katanya kamu bakal selalu ada buat aku? Katanya bakal selalu jagain aku? Katanya bakal selalu bantuin kalau aku ada masalah? Mana?
Juno cuma menghela napas. Sera mengerang kesal, kemudian melanjutkan langkah dengan kaki mengentak.
FLASHBACK END. CUT TO :
23. INT. BANGSAL RUMAH SAKIT – SIANG
SUPERIMPOSE : MARET 2021
Juno duduk melamun di nurse station. Pulpen di tangan dan status pasien terbuka di hadapannya, tapi pandangan Juno menerawang kosong ke depan.
PERAWAT 3 (O.S)
(Suara samar) Dok? Dok? Dok?
Juno bergeming.
PERAWAT 3 (O.S)
(Seruan yang lebih keras) Dok!
Juno terperanjat dan langsung menoleh gelagapan. Di belakangnya berdiri perawat yang tadi memanggil.
JUNO
Eh, iya? Kenapa, kak?
Perawat tadi terlihat ragu untuk sesaat.
PERAWAT 3
Um … itu, Dok … Bu Asri yang di kamar VIP jadinya bagaimana? Apa sudah dilaporkan ke Prof?
JUNO
Oh, itu …
Juno mengecek ponselnya.
JUNO (CONT’D)
(Meringis) Belum saya tekan tombol send ternyata, kak.
Perawat tadi cuma bisa menganga.
Tidak jauh dari mereka, ada Rista dan perawat lain yang memperhatikan.
PERAWAT 4
Dokter Juno tuh kenapa sih, dok? Kok jadi sering hilang fokus kayak gitu? Jadi sering melamun, sering bengong. Kerjaannya jadi sering terbengkalai. Bahaya enggak sih, kalau di IGD ada pasien gawat?
Rista tidak menjawab. Hanya menyesap kopinya sambil terus memandangi Juno.
CUT TO :
24. EXT. ROOFTOP RUMAH SAKIT – SIANG
Juno bersandar di dinding pembatas rooftop, memandang ke langit. Aris datang menghampiri membawa dua kaleng minuman soda dingin. Dia memberikan satu pada Juno.
JUNO
Thanks.
RISTA
Ngapain di sini, Jun? Enggak makan siang?
JUNO
Enggak lapar.
Juno membuka penutup minuman kaleng itu lalu meneguknya.
RISTA
Jun, aku tau kita cuma sejawat, bukan teman dekat atau semacamnya, tapi aku tau seberapa sayangnya kamu sama cewek itu. Sera.
Pegangan Juno pada minumannya menguat, menimbulkan bunyi kretak dan kalengnya penyok.
RISTA
Tapi sudah dua bulan Jun. Sudah dua bulan sejak dia meninggal.
JUNO
‘Sudah’ … (Mendengkuskan tawa) Beda, Ris. Mungkin bagi kamu, ‘sudah’ itu kata yang tepat. Sudah dua bulan Sera pergi. Kamu pasti punya maksud ‘sudah’ saatnya saya merelakan dia. Tapi, bagi saya, kata yang tepat itu ‘baru’. Baru dua bulan saya tidak melihat Sera … dan saya masih mengharapkan bulan-bulan selanjutnya dia muncul lagi dan bilang ini cuma mimpi.
Juno tertawa miris. Dia menggeleng sembari menyugar rambutnya.
JUNO (CONT’D)
What the heck …
RISTA
Ngeliat kamu, sebagai teman kerja aku cuma bisa kasih saran. Sebaiknya kamu cuti dulu sementara waktu, Jun.
Rista menepuk bahu Juno sebelum pergi dari tempat itu.
CUT TO :