Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PULIH
Suka
Favorit
Bagikan
5. Scene 30 - 38

30. INT. RUANG MAKAN – RUMAH NARA – PAGI

Nara keluar dari kamar dengan seragam lengkap, mencium aroma masakan Binar yang sangat lezat. Binar mempersiapkan hidangan di atas meja, Nara duduk berhadap-hadapan dengan Binar.

BINAR

Udah siap, sayang? Sarapan dulu ya. Bunda masak kari ayam kesukaan kamu.

NARA

Hmm… Aromanya enak banget. (Melahap makanan) Masakan Bunda itu emang paling top sedunia!

Nara dan Binar menyelesaikan sarapan.

SFX: Klakson motor dari depan rumah.

CUT TO:

31. EXT. HALAMAN RUMAH NARA - PAGI

Nara melangkah ke luar rumah. Saat melihat Mada ada di depan pagar rumahnya, Nara berlari menghampiri Mada.

NARA

Mada… (Memperhatikan Mada dan motor barunya) Motor siapa nih?

MADA

Motorku dong, ya patungan sih belinya sama Bapak (Menyengir). Walaupun bukan motor mahal, tapi setidaknya kamu enggak perlu lagi capek-capek ngegenjot sepeda tiap hari buat pergi ke mana-mana.

NARA

(Heran, tertawa) Lah, kok aku sih?

MADA

(Mengangguk) Mulai sekarang, sepeda kamu harus istirahat di garasi. Aku yang akan antar jemput kamu. (Menyodorkan helm kepada Nara) Ayo naik, ini perdana loh aku boncengin cewek.

NARA

(Mengenakan helm) Wah, berarti aku spesial dong?

MADA

Itu sih udah jelas.

Nara tersenyum geli kemudian naik ke jok belakang motor Mada.

CUT TO:

32. INT. KELAS NARA – PAGI

Nara masuk ke dalam kelas sementara Mada baru saja berlalu setelah melambai singkat. Tisha segera menyambut Nara dengan ledekan, Nara tidak pernah terlihat sebahagia itu sebelumnya.

TISHA

Ciyeee yang sahabat jadi cinta, mau juga dong…

NARA

(Tertawa) Apaan sih, Sha.

TISHA

Tapi kalian tuh emang couple goals banget sih, gue dukung seribu persen pokoknya! (Menengadahkan tangan dan memejamkan mata) Ya Allah, semoga Nara dan Mada bisa bahagia selamanya. Aamiin.

Nara tertawa melihat tingkah Tisha.

CUT TO:

33. INT. KORIDOR SEKOLAH – SIANG

Nara sedang berdiri di depan mading. Dari kejauhan, Mada melihat Nara, senyum Mada mengembang.

MADA

Nara! (Menghampiri Nara)

Nara menoleh.

MADA (CONT’ D)

Mau es krim? (Menyodorkan satu cup kecil es krim)

NARA

(Semringah, menerima es krim dari Mada) Makasih.

MADA

(Senyum gemas) Sama-sama. (beat) Oh iya, Nar. Jadi tadi aku ditawarin Pak Rayhan buat ikutan olimpiade Fisika. Persiapannya kurang dari satu bulan lagi.

NARA

(Mengangguk) Terus? Kamu enggak lagi minta izin ke aku buat ikutan olimpiade itu ‘kan?

MADA

(Menggeleng) Enggak. Aku enggak lagi minta izin, tapi aku minta disemangatin (Menyengir)

Nara nyaris menyemburkan tawa.

MADA

Aku serius, Nar.

NARA

Iya deh, iya. (Berdeham) Semangat buat Olimpiade Fisikanya, Mada. Aku tahu kamu pasti bisa.

Mada tersenyum lebar, mengusap puncak kepala Nara dengan gemas.

CUT TO:

34. EXT. TEPI JALAN RAYA – SORE

Laurenza Aura Widjaja (16 tahun) turun dari mobilnya, mobil itu tiba-tiba mogok, membuat Aura sangat kesal dan mengomel-omel tanpa henti. Aura baru saja ingin menghubungi seseorang untuk membantunya, namun Mada sudah menepikan motor dan menghampiri Aura.

MADA

Mobilnya kenapa? Mogok ya?

AURA

(Memandang Mada dari puncak kepala hingga kaki, kemudian menjawab dengan ketus) Iya, tiba-tiba enggak bisa nyala.

Mada ingin membuka kap depan mobil, namun Aura menghentikannya.

AURA

Eh, mau ngapain lo? Jangan sentuh mobil gue!

MADA

Gue cuma mau bantu, tapi kalau lo keberatan… Ya udah, enggak jadi.

AURA

Emangnya lo bisa?

MADA

Bapak gue sopir taksi, biasanya kalau ada kerusakan kayak gini, gue juga ikut bantu perbaikin.

AURA

(Berpikir sejenak) Ya udah deh, lo coba aja.

Mada tersenyum tipis, ia segera mengutak-atik bagian mesin mobil. Aura menunggu, matanya tidak bisa lepas memperhatikan Mada.

MADA

Udah selesai.

Aura masuk ke dalam mobil dan terlonjak senang karena mesinnya sudah bisa dinyalakan. Aura kembali turun dari mobil dan berdiri di hadapan Mada.

AURA

Thanks ya, Stranger.

MADA

Sama-sama.

Mada beranjak meninggalkan Aura, ia menyalakan mesin motornya kemudian melesat membelah jalanan menuju rumah Nara.

CUT TO:

35. INT. RUMAH NARA - SORE

Langit sangat gelap tertutup awan kelabu. Nara dan Mada berdiri di teras sambil menatap langit dengan cemas. Tidak lama setelah itu, hujan deras turun.

NARA

(Menghembuskan napas berat) Enggak jadi pergi, deh.

MADA

Gapapa, Nar. Masih bisa lain waktu.

Binar muncul di ambang pintu depan rumah, tersenyum melihat Nara dan Mada.

BINAR

Kalian ngapain berdiri di luar? Ayo masuk, Bunda baru aja selesai bikin bolu.

MADA

Wah, bolu buatan Bunda pasti enak.

BINAR

Iya dong.

MADA

(Menoleh ke arah Nara yang masih cemberut) Jangan manyun gitu Nar, nanti manisnya hilang. Senyum dong…

Nara memaksakan senyum, kemudian Mada dan Nara mengikuti langkah Binar memasuki rumah.

CUT TO:

36. INT. MOBIL/TAKSI SURYA - SORE

Air hujan yang sangat lebat mengguyur kaca depan mobil/taksi yang dikemudikan Surya. Tiba-tiba cahaya yang menyilaukan mata membuat Surya hilang kendali

SFX: Debuman keras mobil-mobil yang bertabrakan beruntun dan kaca yang pecah.

CUT TO:

37. INT. RUANG TAMU - RUMAH MADA – SORE

Devi sedang menjahit, tanpa sengaja ia menjatuhkan gelas ketika hendak mengambil air minum yang terletak di meja tak jauh dari tempatnya menjahit. Gelas itu pecah berserakan di lantai. Mada baru saja pulang ke rumah.

MADA

Bu! (Cemas, berlari ke arah Devi) Ibu kenapa?

DEVI

Gapapa, tadi enggak sengaja kesenggol gelasnya.

MADA

Biar Mada aja yang beresin ya, Bu.

SFX: Dering telepon milik Devi.

DEVI

Halo... Iya, benar saya isterinya. (Terkejut mendengar kabar Surya kecelakaan)

MADA

Ibu, kenapa? Ada apa, Bu?

DEVI

(Menangis, lemas, panik) Bapak... Bapak kamu kecelakaan.

Mada tidak kalah syok, ia menghampiri Devi, berusaha menenangkan Devi dengan memeluknya erat.

CUT TO:

38. INT. RUMAH SAKIT – MALAM

Mada dan Devi duduk di depan ruang UGD, kemudian seorang dokter keluar menemui mereka berdua. Dari gestur sang dokter, terlihat dokter tersebut sedang menyampaikan kabar buruk. Devi duduk di kursi dan menangis, sementara Mada susah payah berusaha terlihat tegar meskipun raut sedih dan kehilangan sangat kentara di wajahnya.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar