Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. KALI KRUKUT
Mat Sani hanyut terbawa arus Kali Krukut. Dia tidak bisa berenang, timbul dan tenggelam digulung arus. Antara hidup dsn mati tangannya berhasil meraih sebenggol kayu gelondongan yang hanyut bersamanya.
EXT. CERUKAN KALI KRUKUT
Tubuh Mat Sani terdampar pada sebidang cerukan tanah yang agak menjorok di pinggiran kali. Dia pingsan. Kemudian seseorang datang menemukannya dan membawa tubuhnya.
CUT TO:
INT. RUMAH PIIH PONDOK PINGGIR HUTAN – SIANG
Mat sani mulai siuman. Saat dia mengenali orang yang membantunya keluar dari sungai adalah Jenal, dia terkejut setengah mati seperti melihat setan di siang bolong.
JENAL
Tenang, Bang. Kayak liat demit aja. Ini ane, Jenal
MAT SANI
Gua kira lu udah tamat ditembus pelor kompeni.
JENAL
Nasib ane masih baik, Bang.
Jenal menunjukkan kalung gobang yang dipakainya tertancap peluru tepat pada lubangnya.
MAT SANI
Gimana lu bisa kabur dari tangsi?
Jenal menunjukkan seragam opas dan kunci yang dia copet.
JENAL
Mariane ikut dibawa ke tangsi, Bang.
MAT SANI
Semua ini salah gua –.
JENAL
Kita mesti gimana Bang?
Ketika itu Pengkor lewat. Kini dia tidak lagi berpakaian ala jawara. Mat Sani segera memanggilnya. Dengan ketakutan Pengkor terpaksa datang menuruti panggilan Mat Sani.
PENGKOR
Ane udah kagak berlagak jago-jagoan lagi, Bang. Udah kapok jadi centeng kompeni.
JENAL
Lagi banyak duit lu?
PENGKOR
Barusan aja laku jual golok. Buat modal jualan kerak telor di kemayoran.
MAT SANI
Gua kagak butuh duit lu. Gua mau minta tolong —
PENGKOR
(antusias)
Ane siap bantuin Bang Pitung.
MAT SANI
Bilangin ke kompeni, kalau dia mau duit rampokannya balik –
PENGKOR
Bilangin apa, Bang Pitung?
CUT TO:
INT. KANTOR HANSEN - MALAM
Mariane duduk pada sebuah kursi sedangkan Hansen berdiri dihadapannya. Mariane tampak elegan dengan gaun panjang ala wanita Eropa. Hansen tidak dapat menyembunyikan kekagumannya.
Interogasi ini lebih seperti percakapan. Karena sebetulnya Hansen hanya memanfaatkan Mariane untuk memancing PITUNG MAT SANI muncul.
MARIANE
Hal terindah, ketika kita mencintai dan dicintai. Kita tidak bisa menghindar dari rasa cinta --atau benci.
HANSEN
Dan jika kamu tidak mendapat balasan yang setimpal – kamu tidak pernah dianggap ada.
MARIANE
Masa lalu bisa saja menyakitkan. Tetapi kita bisa lari darinya, atau belajar darinya
HANSEN
Aku benci semua omong kosong ini. Dengan kebencian yang sama, mereka juga mengingkari keberadaanku --
MARIANE
Kamu bisa saja membawa lentera, tetapi tidak ada gunanya jika kamu tidak membuka matamu.
HANSEN
Mariane van Nijenroode. Kamu tidak akan pernah bisa memahami, betapa hinanya menjadi separuh inlander.
Seorang opas masuk melapor. Menyusul Pengkor memnghampiri Hansen Hansen menyambut pesan itu dengan gembira. Ada sekelebatan wajah licik pada senyumnya.
HANSEN
(pada Mariane)
Dia datang untuk kamu. Orang yang dimabuk cinta biasanya lupa membawa lentera. Mereka menjadi bebal dan tersesat.
CUT TO:
INT. RUMAH PIIH PONDOK PINGGIR HUTAN – PAGI
Mat Sani dan Jenal menyiapkan tali-temali.
MAT SANI
Sebetulnya, gua takut, Nal. Gua takut sama semua yang udah gua lihat. Gua takut sama yang nanti bakal kejadian.
Mat Sani mengikatkan tali pada tubuhnya.
MAT SANI (cont’d)
Gua takut -- gua ga bisa lagi ngerasain hidup kayak yang udah terlanjur gua rasain sama Ane.
CUT TO:
EXT. PONDOK PINGGIR HUTAN PADA SEBUAH KELOKAN DEKAT POHON BESAR YANG DISAMPING KANANNYA ADA TIGA POHON DUREN DAN SAMPING KIRINYA POHON RAMBUTAN RAPIAH -- SORE
Ditempat itu Mat Sani menunggu. Hansen muncul bersama beberapa opas. Hansen tidak menepati janjinya untuk membebaskan para tawanan.
MAT SANI
Lepasin. Mereka kagak salah. Perjanjiannya kan gitu.
HANSEN
Negosiasi? Negosiasi cuma buat pengecut. Buat saya, jika saya menginginkan sesuatu, saya harus mendapatkannya. Titik.
MAT SANI
Makdirabit. Sinyo ngepet lu—
Hansen bertanya dengan berbisik pada opas lokal di sampingnya arti: ngepet
HANSEN
Ngepet?
Opas itu membisikan sesuatu ke telinga Hansen yang seketika membuat Hansen marah.
HANSEN
Verdomme Zeg Pitung. Kamu tidak bisa negosiasi dengan harimau, saat kepala kamu ada di mulutnya kan.
MAT SANI
Kalo gitu, duit rampokan lu juga kagak bakal balik.
HANSEN
(tersenyum bengis, mengancam)
Saya pasti bisa bikin kamu buka mulut. Inlander ngepet --
Hansen lalu menyuruh anak buahnya menangkap Mat Sani. Bersamaan mereka mengeruduk ke arahnya. Dengan bantuan tali-temali yang dioperasikan Jenal dari tempat tersembunyi, Mat Sani terbang dari pohon ke pohon. Dia berhasil menghindari gerudukan para opas yang kini saling bertabrakan. Menyusul dengan sekali gebrakaan dia mengkocar-kacirkan mereka.
Hansen murka. Dia mencabut pistolnya. Kali ini, dari persembunyian, Jenal telah siap dengan ketapelnya. Dia bereaksi lebih cepat. Ketapelnya tepat mengenai tangan Hansen sehingga pistol itu terjatuh.
Hansen segera mencabut pedangnya dan mengejar Mat Sani yang terbang dari satu pohon ke pohon yang lain. Hansen tidak bisa mengenainya sampai dia kelelahan.
Di saat seperti itu Marduk muncul. Dia bisa melihat tali-temali pada pepohonan yang tersamarkan daun-daun. Dengan cekatan dia mengambil pedang opas di dekatnya dan memutus tali itu dengan sekali lemparan.
Tali-temali itu putus. Seketika itu Mat Sani dan Jenal jatuh ke tanah. Dengan gerak cepat Marduk mencengkeram Mat Sani dan mengirimkan sebuah serangan dahsyat. Tubuh Mat Sani terpental ke semak-semak.
Kembali Marduk bersiap untuk memberi pukulan terakhirnya. Tangannya terangkat ke atas dengan tenaga penuh. Tetapi tiba-tiba dia berhenti. Marduk melepas tubuh Mat Sani yang kemudian jatuh terkulai seperti lap basah.
MARDUK
(seperti pada diri sendiri)
Lu bukan Pitung --
MAT SANI
Ane datang buat selametin temen-temen dan orang yang ane sayangin.
Hansen segera mencengkeram Mat Sani
HANSEN
Verdomme Zeg! Dimana Pitung?
Hansen mengguncang-guncang tubuh Mat Sani.
HANSEN
Dimana harta rampokannya?
Mat Sani terkekeh.
HANSEN
Buka mulut atau saya tembak!
MARDUK
Cukup Hansen! Gua kagak mau tangan gua kotor sama darah yang bukan semestinya--
Marduk segera meninggalkan tempat itu.
HANSEN
Tembak mati semua. Inlander Ngepet --
CUT TO:
INT.PENGINAPAN PINGGIR BATAVIA
Setelah urusannya dengan Hansen selesai, Marduk berkemas. Dia siap berkelana kembali. Diantara barang bawaannya terlihat sobekan sampul komik jagoan berikutnya: Si Buta dari Gua Hantu.
CUT TO:
EXT. PINGGIR HUTAN - SORE
Mat Sani, Piih dan Jenal digiring menuju hutan. Hansen dan pasukannya mengawal dari belakang siap dengan senapan. Pada sebuah tempat yang agak lapang mereka dibariskan.
HANSEN
Sekali lagi. Dimana harta rampokan itu --
MAT SANI
Kagak usah buang-buang waktu. Mendingan lu tembak gua aja. Gua kagak bakal buka mulut. Sinyo ngepet--
HANSEN
Apa yang kamu perjuangkan? Ketidak-adilan? Ketidak-adilan ada dimana-mana. Kamu pikir karena saya opas, saya menerima semua keadilan itu?
Dia memanggil seorang opas untuk membawakan kursinya. Seorang opas lokal tergopoh membawakan kursi untuknya
HANSEN (cont’d)
Semua itu cuma omong kosong. Ketidak-adilan, kecurangan -- tidak ada yang bisa merubahnya.
Kini Hansen memerintahkan opas lokal itu membersihkan sepatunya yang kotor.
HANSEN (cont’d)
Apalagi cuma cecoro-cecoro seperti kamu. Hidup memang butuh keberanian dan sedikit kegilaan.
Van Heusen muncul.
VAN HEUSEN
Het wordt snel donker, Hansen. Je moet nog steeds een rapport maken over de Pitung-schietpartij, toch
SUBTITLE:Sebentar lagi gelap, Hansen. Kamu masih harus bikin laporan penembakan Pitung kan --
HANSEN
Je wilt gewoon de overval terug, toch?
SUBTITLE: Kamu mau uang rampokan itu balik kan?
Van Heusen tidak memperdulikan Hansen lagi. Dia segera meninggalkan tempat itu.
TIMELAPSE: Langit mulai gelap.
Tiba-tiba terdengar letusan senapan ke udara. Salah seorang dari kelima opas yang siap menjadi eksekutor jatuh terpelanting.
PADA PITUNG SAININ
Muncul dari rimbun pepohonan, Lelaki berbaju pangsi itu dengan cepat merubuhkan empat penembak lainnya. Kain sarung menutupi sebagian wajahnya. Tetapi kita masih bisa mengenalinya sebagai Sainin. Dia memakai baju lenong milik Mat Sani.
HANSEN
Verdomme Zeg kamu Pi-tung --
Hansen segera berlari ke arah Sainin. Bertarung dalam jarak dekat, tembakan Hansen berhasil melukai bahu kiri Sainin. Pistol Hansen menyalak kembali. Tetapi kali ini dengan cekatan Sainin berhasil menghindar, bahkan berhasil menangkap peluru emas tembakan pistol Hansen berikutnya. Sampai Hansen kehabisan peluru.
Dengan berangasan, kini Hansen menyerang Sainin dengan pedangnya. Tetapi dengan cekatan Sainin menghindari beberapa serangan cepat Hansen. Lalu dia menaklukan Hansen dengan gerakan merunduk tak terduga. Menyusul kemudian beberapa pukulan telaknya menjatuhkan Hansen.
Hansen masih mencoba menyerang dengan pisau pendeknya. Tetapi Sainin masih mampu menaklukannya dengan sebuah pukulan telak di hidungnya, membuat Hansen terjatuh kesakitan.
Sainin segera melepas ikatan Mat Sani dan teman-temannya. Dia mencari-cari Mariane, tetapi tidak menemukannya. Kemudian secepat dia datang, secepat itu pula dia pergi.
Piih segera meringkus Hansen. tetapi Mat Sani menahan Piih.
MAT SANI
Jangan Piih. Bela diri buat jaga kehormatan, bukan buat jago-jagoan. Balas dendam cuma bikin kita sama busuknya.
Kemudian Mat Sani, Piih dan Jenal segera pergi dari tempat itu. Hansen berjalan terhuyung keluar dari hutan.
CUT TO:
EXT. BAGIAN LUAR DARI HUTAN
Sesampainya Hansen di bagian luar hutan, Martin sudah menunggunya dengan sepasukan opas. Dia juga telah menangkap Van Heusen. Mariane ada di sana bersama tawanan yang dibebaskan.
HANSEN
Apa-apan ini?
MARTIN
Hansen. Kamu ditangkap atas tuduhan membuat uang palsu dan melakukan desersi –
HANSEN
Saya melaksanakan tugas menegakkan rust en order. Cecoro seperti kamu-- pergi dari muka saya!
Martin mengokang senapan laras panjangnya.
MARTIN
Diam di tempat atau saya terpaksa menembak kamu.
Hansen menatap dalam ke mata Martin. Tersenyum mengejek. Dia mengambil ujung senapan itu dan ditempelkan ke kepalanya.
HANSEN
Apa kamu punya nyali untuk menarik pelatuknya?
Martin gemetar. Dia terkejut dengan pergerakan Hansen. Hal itu dimanfaatkan Hansen. Dengan gerakan cepat dia merebut senjata Martin dan berbalik menodongkan senapan itu ke arahnya.
HANSEN
Van Hinne benar. Kalau kamu bisa membuat musuh lengah, kamu menang.
Hansen menyeringai. Wajahnya bengis.
HANSEN (cont’d)
Meneer Martin De Jong. Terwijl ik voor dit alles mijn leven op het spel zet, verschuil jij je gewoon achter de grote naam De Jong. Nu wil je me iets leren over moraal? Belanda ngepet--
SUBTITLE: Meneer Martin De Jong. Sementara aku mempertaruhkan hidupku untuk semua ini, kamu Cuma bersembunyi di balik kebesaran nama De Jong. Sekarang kamu mau mengajari aku tentang moral? Belanda ngepet--
Ketika Hansen menarik pelatuknya, senapan itu meletus. Peluru meledak tidak sempurna. Peluru mengenai lengan Martin, tetapi serpihan logamnya juga melukai wajah Hansen. Dia berguling menjerit kesakitan memegangi wajahnya. Martin segera meringkusnya.
MARTIN
Kamu ditangkap atas tuduhan membuat uang palsu, melakukan desersi – dan melawan saat ditangkap.
CUT TO:
EXT. BEBERAPA LOKASI DI OMMELANDEN
PITUNG MAT SANI dan kawan-kawan siap beraksi kembali merampok kompeni. Mereka juga membagikan hasil jarahan kepada orang-orang yang membutuhkan. Mereka hadir sebagai PITUNG REBORN dengan keunikan masing-masing.
CUT TO:
VARIOUS SHOTS
PADA PITUNG MAT SANI
PITUNG MAT SANI Melakukan gerakan akrobatik dengan bantuan tali-temali, terbang dari pohon ke pohon, memperagakan jurus silat dan kuda-kuda yang aneh.
PADA PITUNG JENAL
PITUNG JENAL memperagakan kemahirannya dengan ketapel andalannya dan sesekali kentut merepet.
PADA PITUNG MARIANE
PITUNG MARIANE bertopi dan bergaya ala Indiana Jones – Raiders of The Lost Ark siap melumpuhkan lawan, beraksi dengan cambuknya.
PADA PITUNG PIIH
Dengan luwes PITUNG PIIH memperagakan beberapa jurus mautnya dan menutup dengan kuda-kuda aneh ala Mat Sani.
PITUNG KIKIM
PITUNG KIKIM memperagakan gerakan gaya sempoyongan ala dewa mabuk.
KIKIM
Nǐ mài gěi, wǒ mǎi, xiànjīn.
SUBTITLE: Lu Jual, gua beli. Kontan.
TRANSITION TO:
Pitung Mat Sani dan Pitung-Pitung lain kembali beraksi melawan kompeni di berbagai tempat di ommelanden, Batavia.
RUNNING TEXT
Kompeni mencatat pada 19 oktober 1893 mereka berhasil menembak Pitung di Batavia. Tetapi mereka tidak pernah menemukan jasadnya.
Peristiwa itu mengilhami lahirnya Pitung-pitung lain. Mereka melawan kompeni dan membela rakyat kecil yang tertindas.
Pitung legenda paling ditakuti kompeni. Dia ada di setiap penjuru Batavia. Dia hadir ketika ketidak-adilan dan kesewenang-wenangan harus ditumpas.
Pitung, jawara pembela rakyat kecil dari Rawabelong, mungkin tidak kebal peluru, tetapi sesungguhnya dia tidak pernah mati.
EXT. KEBUN PISANG, KAMPUNG SAWAH -- PAGI
Sainin sedang mengumpulkan daun pisang untuk pembungkus nasi uduknya. Dia telah mengumpulkan beberapa dan bersiap untuk pulang. Dari sebatang pohon rambutan di belakangnya, seseorang muncul. Gerakannya begitu ringan nyaris tanpa suara.
Menyadari kehadiran orang lain yang belum pernah dikenalnya, tanpa berpaling, tetapi dengan kewaspadaan penuh Sainin terus melakukan pekerjaannya.
Lelaki itu Marduk. Sedari tadi dia mengikuti Sainin. Dia keluar dari balik pohon rambutan kemudian melemparkan beberapa selongsong pelor emas yang ditembakkan Hansen.
MARDUK
Bisa nangkap pelor sedekat itu. Bukan jawara sembarangan --
Sainin berbalik. Kini mereka berhadap-hadapan. Marduk mengancungkan TIGA JARI tangan kanannya. Sainin merespon, segera bersiap dengan kuda-kudanya. Ketika keduanya siap bertarung. Ciat! Freeze Frame.
CUT TO BLACK
THE END