Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PITUNG REBORN
Suka
Favorit
Bagikan
3. Babak 3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. KALI KRUKUT 

Mat Sani hanyut terbawa arus Kali Krukut. Dia tidak bisa berenang, timbul dan tenggelam digulung arus. Antara hidup dsn mati tangannya berhasil meraih sebenggol kayu gelondongan yang hanyut bersamanya. 

EXT. CERUKAN KALI KRUKUT 

Tubuh Mat Sani terdampar pada sebidang cerukan tanah yang agak menjorok di pinggiran kali. Dia pingsan. Kemudian seseorang datang menemukannya dan membawa tubuhnya.

CUT TO: 

INT. RUMAH PIIH PONDOK PINGGIR HUTAN – SIANG

Mat sani mulai siuman. Saat dia mengenali orang yang membantunya keluar dari sungai adalah Jenal, dia terkejut setengah mati seperti melihat setan di siang bolong.

         JENAL

Tenang, Bang. Kayak liat demit aja. Ini ane, Jenal

         MAT SANI

Gua kira lu udah tamat ditembus pelor kompeni.

         JENAL

Nasib ane masih baik, Bang. 

Jenal menunjukkan kalung gobang yang dipakainya tertancap peluru tepat pada lubangnya.

         MAT SANI

Gimana lu bisa kabur dari tangsi?

Jenal menunjukkan seragam opas dan kunci yang dia copet. 

         JENAL

Mariane ikut dibawa ke tangsi, Bang.

         MAT SANI

Semua ini salah gua –.

         JENAL

Kita mesti gimana Bang?

Ketika itu Pengkor lewat. Kini dia tidak lagi berpakaian ala jawara. Mat Sani segera memanggilnya. Dengan ketakutan Pengkor terpaksa datang menuruti panggilan Mat Sani.

PENGKOR

Ane udah kagak berlagak jago-jagoan lagi, Bang. Udah kapok jadi centeng kompeni.

         JENAL

Lagi banyak duit lu?

         PENGKOR

Barusan aja laku jual golok. Buat modal jualan kerak telor di kemayoran.

         MAT SANI

Gua kagak butuh duit lu. Gua mau minta tolong —

         PENGKOR

    (antusias)

Ane siap bantuin Bang Pitung.

         MAT SANI

Bilangin ke kompeni, kalau dia mau duit rampokannya balik –

          PENGKOR

Bilangin apa, Bang Pitung?

CUT TO: 

INT. KANTOR HANSEN - MALAM 

Mariane duduk pada sebuah kursi sedangkan Hansen berdiri dihadapannya. Mariane tampak elegan dengan gaun panjang ala wanita Eropa. Hansen tidak dapat menyembunyikan kekagumannya.

Interogasi ini lebih seperti percakapan. Karena sebetulnya Hansen hanya memanfaatkan Mariane untuk memancing PITUNG MAT SANI muncul. 

         MARIANE

Hal terindah, ketika kita mencintai dan dicintai. Kita tidak bisa menghindar dari rasa cinta --atau benci.

         HANSEN

Dan jika kamu tidak mendapat balasan yang setimpal – kamu tidak pernah dianggap ada.

          MARIANE

Masa lalu bisa saja menyakitkan. Tetapi kita bisa lari darinya, atau belajar darinya

          HANSEN

Aku benci semua omong kosong ini. Dengan kebencian yang sama, mereka juga mengingkari keberadaanku -- 

         MARIANE

Kamu bisa saja membawa lentera, tetapi tidak ada gunanya jika kamu tidak membuka matamu.

HANSEN

Mariane van Nijenroode. Kamu tidak akan pernah bisa memahami, betapa hinanya menjadi separuh inlander. 

Seorang opas masuk melapor. Menyusul Pengkor memnghampiri Hansen Hansen menyambut pesan itu dengan gembira. Ada sekelebatan wajah licik pada senyumnya.

         HANSEN

    (pada Mariane)

Dia datang untuk kamu. Orang yang dimabuk cinta biasanya lupa membawa lentera. Mereka menjadi bebal dan tersesat.

CUT TO: 

INT. RUMAH PIIH PONDOK PINGGIR HUTAN – PAGI

Mat Sani dan Jenal menyiapkan tali-temali.

         MAT SANI

Sebetulnya, gua takut, Nal. Gua takut sama semua yang udah gua lihat. Gua takut sama yang nanti bakal kejadian. 

Mat Sani mengikatkan tali pada tubuhnya.

          MAT SANI (cont’d)

Gua takut -- gua ga bisa lagi ngerasain hidup kayak yang udah terlanjur gua rasain sama Ane.

CUT TO: 

EXT. PONDOK PINGGIR HUTAN PADA SEBUAH KELOKAN DEKAT POHON BESAR YANG DISAMPING KANANNYA ADA TIGA POHON DUREN DAN SAMPING KIRINYA POHON RAMBUTAN RAPIAH -- SORE 

Ditempat itu Mat Sani menunggu. Hansen muncul bersama beberapa opas. Hansen tidak menepati janjinya untuk membebaskan para tawanan.

MAT SANI

Lepasin. Mereka kagak salah. Perjanjiannya kan gitu.   

HANSEN

Negosiasi? Negosiasi cuma buat pengecut. Buat saya, jika saya menginginkan sesuatu, saya harus mendapatkannya. Titik.

         MAT SANI

Makdirabit. Sinyo ngepet lu—         

Hansen bertanya dengan berbisik pada opas lokal di sampingnya arti: ngepet 

          HANSEN

Ngepet?

Opas itu membisikan sesuatu ke telinga Hansen yang seketika membuat Hansen marah.      

          HANSEN

Verdomme Zeg Pitung. Kamu tidak bisa negosiasi dengan harimau, saat kepala kamu ada di mulutnya kan.

         MAT SANI

Kalo gitu, duit rampokan lu juga kagak bakal balik.

         HANSEN

    (tersenyum bengis, mengancam)

Saya pasti bisa bikin kamu buka mulut. Inlander ngepet -- 

Hansen lalu menyuruh anak buahnya menangkap Mat Sani. Bersamaan mereka mengeruduk ke arahnya. Dengan bantuan tali-temali yang dioperasikan Jenal dari tempat tersembunyi, Mat Sani terbang dari pohon ke pohon. Dia berhasil menghindari gerudukan para opas yang kini saling bertabrakan. Menyusul dengan sekali gebrakaan dia mengkocar-kacirkan mereka.

Hansen murka. Dia mencabut pistolnya. Kali ini, dari persembunyian, Jenal telah siap dengan ketapelnya. Dia bereaksi lebih cepat. Ketapelnya tepat mengenai tangan Hansen sehingga pistol itu terjatuh. 

Hansen segera mencabut pedangnya dan mengejar Mat Sani yang terbang dari satu pohon ke pohon yang lain. Hansen tidak bisa mengenainya sampai dia kelelahan.

Di saat seperti itu Marduk muncul. Dia bisa melihat tali-temali pada pepohonan yang tersamarkan daun-daun. Dengan cekatan dia mengambil pedang opas di dekatnya dan memutus tali itu dengan sekali lemparan. 

Tali-temali itu putus. Seketika itu Mat Sani dan Jenal jatuh ke tanah. Dengan gerak cepat Marduk mencengkeram Mat Sani dan mengirimkan sebuah serangan dahsyat. Tubuh Mat Sani terpental ke semak-semak. 

Kembali Marduk bersiap untuk memberi pukulan terakhirnya. Tangannya terangkat ke atas dengan tenaga penuh. Tetapi tiba-tiba dia berhenti. Marduk melepas tubuh Mat Sani yang kemudian jatuh terkulai seperti lap basah.

          MARDUK

    (seperti pada diri sendiri)

Lu bukan Pitung --

         MAT SANI

Ane datang buat selametin temen-temen dan orang yang ane sayangin.

Hansen segera mencengkeram Mat Sani

         HANSEN

Verdomme Zeg! Dimana Pitung?

Hansen mengguncang-guncang tubuh Mat Sani.

         HANSEN

Dimana harta rampokannya?

Mat Sani terkekeh.

         HANSEN

Buka mulut atau saya tembak!

         MARDUK

Cukup Hansen! Gua kagak mau tangan gua kotor sama darah yang bukan semestinya--

Marduk segera meninggalkan tempat itu. 

HANSEN

Tembak mati semua. Inlander Ngepet --

CUT TO:

INT.PENGINAPAN PINGGIR BATAVIA 

Setelah urusannya dengan Hansen selesai, Marduk berkemas. Dia siap berkelana kembali. Diantara barang bawaannya terlihat sobekan sampul komik jagoan berikutnya: Si Buta dari Gua Hantu

CUT TO: 

EXT. PINGGIR HUTAN - SORE 

Mat Sani, Piih dan Jenal digiring menuju hutan. Hansen dan pasukannya mengawal dari belakang siap dengan senapan. Pada sebuah tempat yang agak lapang mereka dibariskan.

         HANSEN

Sekali lagi. Dimana harta rampokan itu --

         MAT SANI

Kagak usah buang-buang waktu. Mendingan lu tembak gua aja. Gua kagak bakal buka mulut. Sinyo ngepet--

         HANSEN

Apa yang kamu perjuangkan? Ketidak-adilan? Ketidak-adilan ada dimana-mana. Kamu pikir karena saya opas, saya menerima semua keadilan itu? 

Dia memanggil seorang opas untuk membawakan kursinya. Seorang opas lokal tergopoh membawakan kursi untuknya

          HANSEN (cont’d)

Semua itu cuma omong kosong. Ketidak-adilan, kecurangan -- tidak ada yang bisa merubahnya. 

Kini Hansen memerintahkan opas lokal itu membersihkan sepatunya yang kotor.

          HANSEN (cont’d)

Apalagi cuma cecoro-cecoro seperti kamu. Hidup memang butuh keberanian dan sedikit kegilaan.

Van Heusen muncul.

         VAN HEUSEN

Het wordt snel donker, Hansen. Je moet nog steeds een rapport maken over de Pitung-schietpartij, toch

SUBTITLE:Sebentar lagi gelap, Hansen. Kamu masih harus bikin laporan penembakan Pitung kan --     

HANSEN

Je wilt gewoon de overval terug, toch?

SUBTITLE: Kamu mau uang rampokan itu balik kan? 

Van Heusen tidak memperdulikan Hansen lagi. Dia segera meninggalkan tempat itu.

TIMELAPSE: Langit mulai gelap.

Tiba-tiba terdengar letusan senapan ke udara. Salah seorang dari kelima opas yang siap menjadi eksekutor jatuh terpelanting.

PADA PITUNG SAININ 

Muncul dari rimbun pepohonan, Lelaki berbaju pangsi itu dengan cepat merubuhkan empat penembak lainnya. Kain sarung menutupi sebagian wajahnya. Tetapi kita masih bisa mengenalinya sebagai Sainin. Dia memakai baju lenong milik Mat Sani.

HANSEN

Verdomme Zeg kamu Pi-tung --

Hansen segera berlari ke arah Sainin. Bertarung dalam jarak dekat, tembakan Hansen berhasil melukai bahu kiri Sainin. Pistol Hansen menyalak kembali. Tetapi kali ini dengan cekatan Sainin berhasil menghindar, bahkan berhasil menangkap peluru emas tembakan pistol Hansen berikutnya. Sampai Hansen kehabisan peluru. 

Dengan berangasan, kini Hansen menyerang Sainin dengan pedangnya. Tetapi dengan cekatan Sainin menghindari beberapa serangan cepat Hansen. Lalu dia menaklukan Hansen dengan gerakan merunduk tak terduga. Menyusul kemudian beberapa pukulan telaknya menjatuhkan Hansen.

Hansen masih mencoba menyerang dengan pisau pendeknya. Tetapi Sainin masih mampu menaklukannya dengan sebuah pukulan telak di hidungnya, membuat Hansen terjatuh kesakitan. 

Sainin segera melepas ikatan Mat Sani dan teman-temannya. Dia mencari-cari Mariane, tetapi tidak menemukannya. Kemudian secepat dia datang, secepat itu pula dia pergi. 

Piih segera meringkus Hansen. tetapi Mat Sani menahan Piih.

         MAT SANI

Jangan Piih. Bela diri buat jaga kehormatan, bukan buat jago-jagoan. Balas dendam cuma bikin kita sama busuknya. 

Kemudian Mat Sani, Piih dan Jenal segera pergi dari tempat itu. Hansen berjalan terhuyung keluar dari hutan.

CUT TO:

EXT. BAGIAN LUAR DARI HUTAN 

Sesampainya Hansen di bagian luar hutan, Martin sudah menunggunya dengan sepasukan opas. Dia juga telah menangkap Van Heusen. Mariane ada di sana bersama tawanan yang dibebaskan. 

HANSEN

Apa-apan ini?

         MARTIN

Hansen. Kamu ditangkap atas tuduhan membuat uang palsu dan melakukan desersi – 

         HANSEN

Saya melaksanakan tugas menegakkan rust en order. Cecoro seperti kamu-- pergi dari muka saya! 

Martin mengokang senapan laras panjangnya.

         MARTIN

Diam di tempat atau saya terpaksa menembak kamu.

Hansen menatap dalam ke mata Martin. Tersenyum mengejek. Dia mengambil ujung senapan itu dan ditempelkan ke kepalanya. 

         HANSEN

Apa kamu punya nyali untuk menarik pelatuknya? 

Martin gemetar. Dia terkejut dengan pergerakan Hansen. Hal itu dimanfaatkan Hansen. Dengan gerakan cepat dia merebut senjata Martin dan berbalik menodongkan senapan itu ke arahnya.       

          HANSEN

Van Hinne benar. Kalau kamu bisa membuat musuh lengah, kamu menang.

Hansen menyeringai. Wajahnya bengis.

         HANSEN (cont’d)

Meneer Martin De Jong. Terwijl ik voor dit alles mijn leven op het spel zet, verschuil jij je gewoon achter de grote naam De Jong. Nu wil je me iets leren over moraal? Belanda ngepet--

SUBTITLE: Meneer Martin De Jong. Sementara aku mempertaruhkan hidupku untuk semua ini, kamu Cuma bersembunyi di balik kebesaran nama De Jong. Sekarang kamu mau mengajari aku tentang moral? Belanda ngepet--

Ketika Hansen menarik pelatuknya, senapan itu meletus. Peluru meledak tidak sempurna. Peluru mengenai lengan Martin, tetapi serpihan logamnya juga melukai wajah Hansen. Dia berguling menjerit kesakitan memegangi wajahnya. Martin segera meringkusnya. 

MARTIN

Kamu ditangkap atas tuduhan membuat uang palsu, melakukan desersi – dan melawan saat ditangkap. 

CUT TO: 

EXT. BEBERAPA LOKASI DI OMMELANDEN 

PITUNG MAT SANI dan kawan-kawan siap beraksi kembali merampok kompeni. Mereka juga membagikan hasil jarahan kepada orang-orang yang membutuhkan. Mereka hadir sebagai PITUNG REBORN dengan keunikan masing-masing.

CUT TO:

VARIOUS SHOTS 

PADA PITUNG MAT SANI 

PITUNG MAT SANI Melakukan gerakan akrobatik dengan bantuan tali-temali, terbang dari pohon ke pohon, memperagakan jurus silat dan kuda-kuda yang aneh. 

PADA PITUNG JENAL

PITUNG JENAL memperagakan kemahirannya dengan ketapel andalannya dan sesekali kentut merepet. 

PADA PITUNG MARIANE 

PITUNG MARIANE bertopi dan bergaya ala Indiana Jones – Raiders of The Lost Ark siap melumpuhkan lawan, beraksi dengan cambuknya.

PADA PITUNG PIIH

Dengan luwes PITUNG PIIH memperagakan beberapa jurus mautnya dan menutup dengan kuda-kuda aneh ala Mat Sani. 

PITUNG KIKIM

PITUNG KIKIM memperagakan gerakan gaya sempoyongan ala dewa mabuk.

KIKIM

Nǐ mài gěi, wǒ mǎi, xiànjīn.

SUBTITLE: Lu Jual, gua beli. Kontan.

TRANSITION TO: 

Pitung Mat Sani dan Pitung-Pitung lain kembali beraksi melawan kompeni di berbagai tempat di ommelanden, Batavia.

                       RUNNING TEXT

Kompeni mencatat pada 19 oktober 1893 mereka berhasil menembak Pitung di Batavia. Tetapi mereka tidak pernah menemukan jasadnya.

Peristiwa itu mengilhami lahirnya Pitung-pitung lain. Mereka melawan kompeni dan membela rakyat kecil yang tertindas.

Pitung legenda paling ditakuti kompeni. Dia ada di setiap penjuru Batavia. Dia hadir ketika ketidak-adilan dan kesewenang-wenangan harus ditumpas.

Pitung, jawara pembela rakyat kecil dari Rawabelong, mungkin tidak kebal peluru, tetapi sesungguhnya dia tidak pernah mati.

 

EXT. KEBUN PISANG, KAMPUNG SAWAH -- PAGI 

Sainin sedang mengumpulkan daun pisang untuk pembungkus nasi uduknya. Dia telah mengumpulkan beberapa dan bersiap untuk pulang. Dari sebatang pohon rambutan di belakangnya, seseorang muncul. Gerakannya begitu ringan nyaris tanpa suara. 

Menyadari kehadiran orang lain yang belum pernah dikenalnya, tanpa berpaling, tetapi dengan kewaspadaan penuh Sainin terus melakukan pekerjaannya. 

Lelaki itu Marduk. Sedari tadi dia mengikuti Sainin. Dia keluar dari balik pohon rambutan kemudian melemparkan beberapa selongsong pelor emas yang ditembakkan Hansen.

MARDUK

Bisa nangkap pelor sedekat itu. Bukan jawara sembarangan -- 

Sainin berbalik. Kini mereka berhadap-hadapan. Marduk mengancungkan TIGA JARI tangan kanannya. Sainin merespon, segera bersiap dengan kuda-kudanya. Ketika keduanya siap bertarung. Ciat! Freeze Frame.

CUT TO BLACK

 

THE END

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar