Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE #5
EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH BULIK SRI – ACARA SIRAMAN, PAGI
IBU, PENGANTIN WANITA, KELUARGA PENGANTIN
Upacara siraman baru saja berakhir. Pengantin dituntun masuk ke dalam rumah. Ibu menunggu semua orang masuk ke dalam rumah, celingak-celinguk kanan kiri, lalu mengeluarkan botol air mineral dan mengambil air bekas siraman. Tapi karena kurang Ibu lalu mengambil handuk kecil, menempel-nempelnya di lantai basah, lalu memerasnya untuk memasukkan airnya ke dalam botol.
CUT TO.
SCENE #6
INT. RUMAH MEI
MEI, IBU
Mei menyambut kedatangan Ibu dengan wajah penasaran.
MEI
IBU
FADE OUT.
FADE IN.
SCENE #7
INT. RUMAH BULIK SRI – ACARA RESEPSI, MALAM
MEI, DENOK, IBU, BAPAK, PENGANTIN, FIGURAN (TAMU)
Mei menarik teman cowoknya, Sugeng, ke salah satu ruangan, lalu menunjuk Denok dari kejauhan yang sedang menikmati hidangan sambil berdiri.
SUGENG
MEI
SUGENG
MEI
Mereka berdua pun mulai mendekati Denok.
MEI
SUGENG
Denok menyambut jabat tangan Sugeng sambil tersenyum seperlunya. MC mengabarkan bahwa kedua mempelai sudah datang untuk menuju ke pelaminan.
MEI
DENOK
SUGENG
DENOK
SUGENG
DENOK
Mei menghampiri Ibu yang sedang mencicipi makanan.
MEI
IBU
Mei hanya mengerlingkan mata ke arah Ibu. Lalu, Mei mengeluarkan tikus putih dari dalam tasnya dan meletakkannya diam-diam ke pundak seorang pria yang sedang menikmati hidangan. Menyadari ada sesuatu yang merambati pundaknya, pria itu melirik ke arah pundaknya, terkejut, dan berteriak histeris. Kehebohan pun mulai terjadi…. Para tamu, terutama perempuan berlarian sambil mengangkat kainnya. Ada yang naik ke atas kursi, bersembunyi di balik badan suaminya, dan seterusnya.
IBU
MEI
Di tengah kehebohan, Ibu masih tidak percaya dengan ide Mei yang di luar dugaan. Ibu tampak shock, merasa bersalah, dan cemas berbaur jadi satu. Tapi akhirnya dengan terpaksa Ibu pun mendekati pengantin pria dengan perasaan takut dan cemas. Dia pun berhasil mencuri roncen melati, lalu mengajak Mei pulang.
Di sisi lain ruangan, Bapak tertawa geli melihat kejadian tikus, lalu dengan santai melanjutkan makan.
Beberapa saat kemudian, Bapak sang pengantin pria menenangkan para tamu dengan mikrofon organ tunggal.
BAPAK PENGANTIN PRIA
Tim organ tunggal memainkan musik dangdut campursari. Tanpa disadari, tikus biang keributan tadi masih mondar-mandir di bawah kaki bapak pengantin pria, lalu merambat kaki masuk ke dalam kain. Bapak pengantin pria kegelian dan menggoyang-goyangkan tubuhnya, seiring dengan irama dangdut. Beberapa tamu tampak tergoda, mengira sudah boleh berjoget, lalu ikut bergoyang bersama.
CUT TO.
SCENE #8
INT. RUMAH MEI – MALAM
IBU, BAPAK, DENOK, MEI
Ibu dan Mei duduk di ruang tamu. Ibu memegang-megang melati hasil curian dengan ekspresi gamang. Senang berhasil mendapatkan roncen tapi merasa bersalah karena sudah ikut bikin keributan.
IBU
Mei berjalan menuju kamar Denok, tapi ternyata Denok sudah ada di depan pintu kamarnya dan sedang menelepon seseorang. Melihat kedatangan Mei, Denok buru-buru menutup teleponnya dan cengar-cangir seperti maling kepergok.
MEI
Mei dan Denok berjalan ke ruang tamu dan duduk bersama Ibu.
IBU
DENOK
IBU
Mei berjalan menuju ruang makan dan membuka kulkas. Ia kaget begitu melihat air siraman di dalam botol sudah berkurang dan tersisa sedikit. Diperiksanya botol itu untuk mencari kemungkinan bocor, tapi tidak ia temukan lubang sekecil apa pun. Mei berteriak panik memanggil Ibu, yang datang bersamaan dengan Bapak dan Denok. Mei menunjukkan botol kepada Ibu.
IBU
BAPAK
IBU
BAPAK
IBU
Denok dan Mei meninggalkan Bapak dan Ibu dengan senyum-senyum, tahu kalau ibunya cuma menggoda Bapak.
Di kamarnya, Denok memegang dan melihat-lihat ronce melati, lalu membuangnya ke tempat sampah sambil tersenyum penuh makna (karena sebenarnya dia sudah tahu siapa jodohnya).
CUT TO.
SCENE #9
INT. & EXT. RUMAH MEI – PAGI
MEI, IBU, DENOK, GALUH
Ibu sedang merapikan taplak di meja ruang tamu sambil menembang Jawa. Tiba-tiba Denok keluar dari ruang makan dan langsung pamit berangkat kantor dengan buru-buru.
DENOK
IBU
Ibu melanjutkan rapi-rapi, lalu masuk ke ruang makan bermaksud membereskan meja makan. Tiba-tiba dilihatnya ponsel Denok tertinggal di meja makan. Bertepatan dengan itu Mei masuk mencari sarapan.
IBU
Mei berjalan cepat keluar rumah dengan membawa ponsel Denok. Sampai di pinggir jalan tiba-tiba dari kejauhan Mei melihat Denok sedang berdiri di depan sebuah gang. Tapi ia tidak sendiri. Di depan Denok, Galuh baru saja menghentikan sepeda motornya. Denok menyalami Galuh dan mencium tangannya. Mereka lalu tampak bercanda mesra.
Tepat ketika Galuh hendak memasangkan helm ke kepala Denok, ia kaget melihat Mei sudah berada di hadapannya. Denok memutar kepalanya perlahan dan melihat Mei dengan terkejut.
Mei berbalik dan lari menuju rumah. Galuh dan Denok mengejar hingga sampai di depan rumah. Galuh menarik lengan Mei sebelum masuk rumah.
MEI
GALUH
Denok bergabung dengan Mei dan Galuh. Galuh dan Denok saling pandang. Denok menggeleng pelan, memberi isyarat bahwa dialah yang akan bicara dengan Mei.
DENOK
MEI
GALUH
MEI
GALUH
MEI
Mei kembali menangis. Denok mencoba menenangkan dengan memegang pundaknya, tapi Mei menepisnya dan lari masuk rumah dan menuju kamarnya, melewati Ibu yang heran melihatnya menangis.
Di dalam kamar, Mei mengemasi baju dan barang-barangnya ke dalam back pack sambil menangis, lalu jalan keluar. Di pintu kamar ia berpapasan dengan Ibu.
IBU
MEI
Ibu berdiri kebingungan di depan pintu sambil memandangi Mei yang berjalan cepat ke jalanan. Bapak muncul dari dalam dan berdiri di samping Ibu.
CUT TO.
SCENE #10
EXT. JALAN RAYA – SIANG
MEI, FIGURAN
Mei berjalan menyusuri trotoar tanpa semangat. Perasaan hatinya campur aduk. Marah, sedih, kecewa, tapi tidak tahu pada siapa.
MEI (VO)
Mei terus berjalan menyusuri trotoar, dan melihat kerumunan orang di pinggir jalan. Mei mendekat dan melihat seorang bapak pengemis sedang diinterogasi seorang satpam dan seorang ibu. Di sampingnya terlihat gerobak berisi seorang balita yang terbaring sakit.
SATPAM
PENGEMIS
IBU
PENGEMIS
IBU
PENGEMIS
MEI (VO)
Tiba-tiba Mei terhenti karena kepalanya terantuk bagian belakang mobil boks parkir di depannya. Mei mundur dan tersentak dengan apa yang dilihatnya. Di bak belakang truk itu tertulis kalimat yang pas dengan kondisinya saat itu.
Sing wis lungo, lalekno (Ikhlaskan yang sudah pergi)
Sliramu dudu kanggoku (Kau tercipta bukan untukku)
Mei merenungi kalimat itu, dan tidak terasa air mata membasahi matanya.
MEI (VO)
Mei kembali berjalan, dan kali ini menuju tepi jembatan.
FADE OUT