Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
My Billionaire Grandpa
Suka
Favorit
Bagikan
3. Si Keras Kepala
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

9. INT. RUMAH EYANG WILY - PAGI.

Eyang WILY tampak rapi dengan setelan jas dan sepatu hitam mengkilat. Ia berjalan menuruni tangga dan bersiap pergi ke kantor. ARMAN, asisten pribadinya sudah menunggu di bawah dengan membawakan tas kerja Tuannya.

Eyang WILY

Bawakan tas saya ke mobil. Oya, kamu hari ini di rumah saja, awasi Roy. Ingatkan dia, jangan pulang malam lagi, jam 8 sudah harus di rumah.

ARMAN

Lho, tuan ngga sarapan dulu?

Eyang WILY

Saya ada meeting dengan rekan bisnis sekaligus teman lamaku. Saya sarapan di kantor saja.

(Berjalan ke depan rumah)

ARMAN mengikuti dari belakang lalu meletakkan tas di mobil dan membukakan pintu mobil untuk tuannya. Dia pergi diantar supir yang sudah menunggunya di dalam mobil.

Eyang WILY

Arman, inget pesan saya tadi. Jangan sampai kamu lengah awasi Roy. Jaga cucuku dengan baik.

ARMAN

Baik, Tuan.

(Menutup pintu mobil)

CUT TO :

10. INT. KAMAR ROY - PAGI.

Jam 8 pagi, ROY belum juga bangun. ARMAN mengetuk pintu kamar ROY untuk membangunkannya.

SFX : suara ketukan pintu.

ARMAN (O.S)

Den Roy! Bangun, Den. Sudah siang. Nanti terlambat ke kampus.

Belum juga ada jawaban, ARMAN terus berusaha mengetuk pintu, kali ini agak keras.

SFX : suara ketukan pintu berentetan.

ROY perlahan membuka mata, ia mengerutkan dahinya. Ia mulai kesal mendengar ketukan pintu yang mengganggu tidurnya. ROY menutup telinganya dengan bantal.

ROY

Woi! Berisik tau!

Karena ROY belum juga bangun, ARMAN memberanikan diri masuk ke dalam kamar, ia membangunkan cucu majikannya itu.

ARMAN

Den, bangun, Den. Sudah jam 8, nanti Den Roy kesiangan. Bangun, Den!

(Menepuk pelan lengan Roy)

ROY

Aarrgh ...! Berisik banget sih, ini masih terlalu pagi buat bangun tau ngga!

(Masih menutup dirinya dengan bantal)

ARMAN

Terlalu pagi gimana, ini sudah jam 8. Ayo bangun, Den. Ini perintah dari Tuan Wily.

ROY menyingkirkan bantal yang dipegangnya. Dengan wajah kesal, ia beranjak dari tempat tidurnya, duduk dan menyibakkan rambut ke belakang.

ARMAN

Sebaiknya Den Roy mandi terus sarapan di bawah.

ROY

Besok-besok jangan bangunin gue seperti ini lagi. Ganggu tau ngga! Gue tau kapan waktunya bangun.

(Melirik tajam ke Arman)

ARMAN

Maaf, Den. Saya hanya melakukan yang Tuan Wily perintahkan. Di rumah ini ngga ada yang namanya bangun siang. Bangun pagi akan memperbaiki rejeki. Bagitu kata Tuan Wily.

(Tersenyum tipis)

ROY

Aarrgh ... Gue ngga butuh wejangan pagi. Mana handuk, gue mau mandi.

ARMAN

Semuanya sudah disiapkan di kamar mandi, Den. Silakan. Saya permisi dulu.

(Keluar kamar)

CUT TO :

11. INT. RUANG MAKAN - PAGI.

Asisten rumah tangga sedang menuangkan jus jeruk ke dalam gelas untuk ROY. Roy datang lalu duduk di kursi.

ROY

(Meminum jus jeruk)

Mana Eyang?

ASISTEN 1

Sudah berangkat ke kantor, Den.

ROY hanya memakan sepotong roti lalu beranjak dari kursi.

ASISTEN 1

Lho, Den Roy mau kemana? Sarapannya udahan?

ROY

Ya ke kampus lah. Pakai nanya lagi.

(Berlalu pergi)

CUT TO :

12. EXT. TERAS DEPAN RUMAH - PAGI.

ROY hendak menuju garasi mengambil motor, ARMAN sudah berdiri di teras depan.

ARMAN

Sudah mau berangkat, Den?

ROY

(Menghentikan langkah)

Ya iyalah. Ada apa lagi?

ARMAN

Hati-hati, Den. Jangan ngebut naik motornya. Oya, Den, tadi Tuan Wily berpesan, agar Den Roy sudah di rumah jam 8 malam.

ROY berjalan menuju garasi, tak menjawab perkataan asisten pribadi Eyangnya. Sedangkan ARMAN hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap ROY.

SFX : suara motor ninja merah milik Roy.

ROY berlalu pergi melajukan motor kesayangannya meninggalkan rumah Eyang Wily dan menuju kampus.

CUT TO :

13. EXT. KAMPUS (AREA PARKIR)- PAGI.

ROY turun dari motornya, tiga pemuda datang menghampirinya, dia adalah Niko dan dua temannya.

NIKO

Ooh, jadi jagoan kampus satu ini lagi jadi anak mami, gue ngga nyangka, seorang Roy yang katanya jagoan ternyata jadi anak pingitan. Hahaha.

(Menyindir Roy)

Mendengar ucapan NIKO, ROY mendekati NIKO dengan wajah sangar namun tetap terlihat tampan.

ROY

Maksud lu apaan? Ngatain gue anak pingitan. Lu ngajak ribut?

NIKO

(Tersenyum sinis)

Santai, Roy. Gue sekarang ngerti kok kondisi lu, jadi, kita-kita ngga heran kalau lu akhirnya bakalan mundur di acara balap motor nanti malam. Ya ngga, Bro?

(Menoleh ke dua temannya)

TEMAN NIKO 1

Yoi, Bro! Cowok pecundang kayak Roy emang pantes kalah. Dan lu otomatis jadi pemenang. Niko gitu lho!

ROY

Woi! Siapa yang bilang gue mundur! Gue ngga pernah mundur dari yang namanya persaingan. Lu pada ngga usah berkhayal.

TEMAN NIKO 2

Lu yakin Roy? Udah, kalau lu takut mending jangan nekad deh. Daripada nanti lu dijemput paksa sama Eyang kesayangan lu itu. Hahaha.

NIKO dan kedua temannya menertawakan ROY. ROY sangat marah dan dengan sigap mencengkeram kerah baju NIKO.

ROY

Eh, lu denger baik-baik. Gue Roy, ngga pernah kalah dan nyerah sama pengecut kayak lu, ngerti! Balap motor nanti malam akan tetap berjalan, dan lu, siapin mental buat nerima kekalahan. Lu lihat nanti malam!

(Lalu melepas cengkeraman)

NIKO

Oke! Kita lihat ntar, siapa yang menang, dan siapa yang akan dipermalukan.

(Menatap tajam Roy)

ROY

Oke, siapa takut!

Keduanya saling menatap tajam penuh kebencian.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar