Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Mburi Lawang
Suka
Favorit
Bagikan
1. BAB 1 - RUMAH TUA

-RUMAH TUA-

    Arfa berjalan perlahan di jalan setapak yang menuju ke arah pada rumah tua. Terdengar halus suara nenek dari dalam rumah tua itu “Sandy, sini nak. Nenek rindu padamu”. Mendengar suara dari rumah tua itu Arfa pun segera menghampirinya dan mendekat ke arah pintu rumah tua itu, suara nenek yang berasal dari rumah tua pun semakin terdengar jelas “Sini nak, Sandy”. Dengan raut muka yang bingung dan mengitip ke arah dalam rumah tua melalui jendela “Hallo ada orang didalam?, saya mendengar seperti ada suara.” Katanya bertanya. “Ini nenekmu, Sandy. Sini masuk, nenek rindu padamu.” Sahut seorang nenek dari dalam rumah tua. “Sandy?, siapa?. Saya bukan Sandy!.” Tegas Arfa. “Bukan Sandy?, terus kamu siapa?. Hanya Sandy yang tahu dan bisa melihat rumah nenek. Yasudah kalau kamu bukan Sandy tak apa masuk, nenek ingin melihat dirimu.” Sahut nenek itu. Mendengar sahut nenek itu, Arfa sedikit terkejut dan segera pergi menjauh dari pintu rumah tua itu.

    “Kok berat banget sih, eh ini kenapa?.” Arfa berusaha melangkahkan kakinya dengan sekuat tenaga. Tiba-tiba pintu rumah tua itu pun terbuka dengan sendirinya, dan Arfa terseret ke dalam rumah tua itu. Arfa mencoba membuka pintu untuk bisa keluar dari rumah tua itu. “Kenapa gak bisa dibuka sih ini?, ah ada-ada aja.” Kata Arfa kesal. Dari belakang Arfa, terlihat ada sosok bayangan hitam besar yang menghampirinya “sini aku bunuh kau, Sandy!.” Kata sosok itu dengan sangat marah dan murka. Arfa pun berteriak dengan keras “JANGANNNNNNNNNNNNNNNNNN!”.

    “Kenapa sih lo, bangun woi.” Teriak Medina, adik Arfa. Arfa terkejut dan bangun dari tidurnya. “Syukur cuma mimpi.” Arfa sambil menghela nafas. “Kenapa lo mimpi tentang Sandy itu lagi?.” Tanya Medina penasaran. “Iya, gue juga bingung. Padahal udah tiga hari gak mimpi kayak gitu lagi. Kenapa sekarang bisa dateng lagi?, gue juga gak tau siapa Sandy.” Jawab Arfa.

    “Udah buruan mandi Bang, siap-siap sekolah.” Kata Medina sambil memberikan handuk kepada abangnya. “Hah, sekolah?. Ini kan minggu.” Tanya Arfa dengan bingung. “Ini hari Senin, abangku paling ganteng. Udah ah jangan bercanda mulu.” Jelas Medina sambil mencubit lengan Arfa. “Buruan, Bang. Gue tunggu di bawah.” Sambung Medina keluar kamar Arfa.

***

    “Mah, Mamah. Ini hari Senin emang?.” Kata Arfa sambil menuruni anak tangga.

    “Iya.” Jawab singkat Mamahnya. “Kamu udah mandi, Bang?” sambung Mamahnya.

    “Aku kira ini hari minggu. Udah mandi kok Mah.”

    “Yaudah, nih sarapan. Nanti langsung berangkat sama adik mu.” Tegas mamah. “Medina bareng aku, Mah?. Kenapa gak sama papah berangakt sekolahnya?” tanya Afra sambil memberi selai pada roti tawarnya. “Papah tugas malam. Lagian apa salah nya berangkat sekolah bareng adikmu.”

    “Ya gak salah sih Mah. Tapi aku males aja sama Medina.” Keluh Arfa.

    “Ya iyalah Mah, pasti Bang Arfa males berangkat bareng aku. Nanti gak bisa kasih boncengan buat cewek lagi dong. Iya kan, Bang?” sahut Medina dengan nada meledek abangnya.

    “Apaan sih lo.” Kesal Arfa. “Gak usah sok tau deh. Enggak gitu kok, Mah. Medina emang suka bohong.” Lanjutnya.

    “Pokoknya, Mamah gak mau tau. Satu minggu ini Medina harus berangkat sekolah bareng kamu, Arfa. Lagian kalian satu sekolah, itu alasan Mamah kenapa Medina didaftarkan sekolah yang sama denganmu.” Tegas Mamah kepada Arfa

    “Satu minggu full, Mah?. Tapi Mah---”

    “Gaada tapi-tapian ya, banyak alasan uang jajan Mamah stop. Gimana?”

    “Iya Mah, iya. Aku akan antar jemput adik paling aku sayang ini kemana pun selama satu minggu full.” Kata Arfa dengan lemas.

    “Nah gitu dong, ini baru jagoan Mamah. Bisa jadi abang yang baik.”

    “Kalo bisa bukan satu minggu full aja sih. Sampai seterusnya juga dong, Bang.” Kata Medina.

    “Bisa diem gak, anak kecil.” Kesal Arfa kepada Medina.

    “Mah, aku sama abang berangkat sekolah dulu ya.” Pamit Medina. “Yuk, Bang.” Sambungnya sambil menarik tangan Arfa.

    “Iya sayang, pamit sama papah juga sana. Papah di kamar.”

    Arfa dan Medina menuju kamar orang tuanya untuk pamit dengan Papahnya. “Pah, aku sama abang jalan sekolah dulu ya.” Pamit Medina ke Papahnya. “Iya Pah, aku juga pamit.” Sambung Arfa.

    “Hati-hati ya nak.” Kata Papah sambil tersenyum. “Arfa, jangan ngebut bawa motornya, jagain adiknya, jangan diganggu.” Tegas Papah. “Siap, Pah.” Sahut Arfa keluar dari kamar orang tua nya bersama Medina.

***

    Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Arfa bertanya kepada Medina. “Din, lo punya teman yang nama nya Sandy?”. “Enggak, Bang. Kenapa sih emang?, lo masih penasaran sama mimpi lo akhir-akhir ini?”

    “Lumayan penasaran sih gue, tapi lebih tepat nya gue bingung. Kenapa dalam mimpi gue itu selalu ada nama ‘Sandy’ tapi gue gak tau dia siapa dan orang nya yang mana. Kenapa nama itu yang ada di mimpi gue? ”

    “Ya, lo cari tau lah, Bang.” Saran Medina. “Pasti ada maksudnya dari mimpi lo itu, Bang.” Sambungnya.

    “Tapi, maksud dari mimpi gue itu apa?. Gue aja gak kenal sama Sandy.” Kemudian Arfa terdiam.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar