Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
13. EXT. TAMAN KAMPUS — DAY
Joyceline sedang duduk di bangku kayu yang terletak pada taman kampus. Dia menghela napas beberapa kali dan membiarkan rambut panjangnya yang tergerai itu terkena embusan angin. Joyceline menengadahkan kepala dan melihat daun-daun di pohon mangga yang bergoyang kecil.
Joyceline mendengkus ketika mengingat alasan yang diungkapkan oleh Pak Carli.
Joyceline masih keberatan dengan usulan Pak Carli mengenai kelas asistensi.
Joyceline mengembuskan napas. Dia lantas memeriksa jam digital yang terpampang pada layar ponselnya.
Joyceline menghela lagi, lalu bangkit dari bangku kayu itu dan beranjak menuju kelas. Dia melangkah menyusuri paving blok yang disusun di antara rerumputan. Tidak lama kemudian, terdengar seruan dari arah belakang.
Joyceline tidak perlu menoleh untuk tahu siapa penyeru namanya karena hanya ada satu orang di kampus, bahkan di mana pun, yang memanggil Joyceline dengan nama lengkap seperti itu. Pengecualian ketika dosen sedang mengabsen.
Jayden berlari menyusul Joyceline.
Joyceline masih mengabaikan seruan Jayden. Enggan menoleh.
Kali ini Joyceline menghentikan langkah dan berbalik, lalu menatap si pemilik suara dengan raut wajah tidak menaruh minat sedikit pun.
Jayden berdiri di hadapan Joyceline, lalu mengulurkan selembar kertas pada gadis itu.
Joyceline menatap heran pada lembaran kertas dengan tabel berisi penanda waktu yang diulurkan oleh Jayden.
Kertas itu belum kunjung diterima oleh Joyceline. Dia sedang bimbang. Joyceline sangat keberatan untuk ikut kelas asistensi karena dia memiliki kesibukan pada sore hari sampai tengah malam. Akan tetapi, tidak menuruti arahan dari Pak Carli, sama saja dengan mencari mati. Kalau diterima, berarti Joyceline harus pandai mengatur waktu agar dia tidak keteteran nantinya.
Joyceline buru-buru mengambil alih kertas itu sebelum Jayden menyimpannya kembali.
Jayden mengangguk maklum.
Joyceline kembali berbalik dan melanjutkan langkah. Akan tetapi, Jayden tiba-tiba menahan pergelangan tangan gadis itu. Joyceline serta merta berhenti. Sepasang mata Joyceline menelisik tajam ke arah jemari Jayden yang tiba-tiba melakukan kontak fisik tersebut.
Jayden segera melepaskan cekalan tangannya.
Jayden terlihat menyesal sekaligus canggung. Sementara itu, Joyceline menarik napas dalam-dalam.
Joyceline jelas terlihat tidak berselera untuk bercakap-cakap lebih lama dengan Jayden. Dia tahu diri kalau mereka sangat berbeda. Jayden memiliki semangat tinggi untuk menimba lmu, sedangkan Joyceline tidak begitu. Joyceline merasa frekuensi mereka tidak sama.
Joyceline merotasikan kedua matanya. Terlihat malas sekali menanggapi ucapan Jayden.
Joyceline dan Jayden terdiam. Atmosfer canggung seketika menguasai mereka berdua.
Jayden mengangguk.
Joyceline tentu berbohong. Dia hanya malas berjalan beriringan dengan Jayden.
Joyceline tidak menunggu tanggapan dari Jayden. Dia buru-buru pergi dari hadapan pemuda itu.
DISOLVE TO
14. INT. RUANG KELAS ASISTENSI — AFTERNOON
Jayden terlihat sedang bediri memberi penjelasan di depan kelas. Sembilan orang mahasiswa duduk memperhatikan setiap penjelasan darinya.
Joyceline yang tidak bisa mangkir dari titah Pak Carli pada akhirnya terpaksa mengikuti kelas asistensi dengan Jayden sebagai pengajar. Joyceline duduk bertopang dagu di bangku paling belakang. Dia tampak tidak memperhatikan sama sekali. Bahkan gadis itu menahan kantuk.
Berbeda dengan peserta kelas yang tampak khidmat mendengarkan Jayden berbicara, Joyceline justru mulai menguap lebar dengan menutup mulutnya menggunakan telapak tangan kanan. Joyceline sengaja duduk di kursi paling belakang supaya tidak menjadi perhatian. Dia menopang dagu dengan tangan kanan, lalu mulai terkantuk-kantuk, seolah Jayden sedang menceritakan dongeng pengantar tidur.
Joyceline jatuh dalam lelap. Jayden bukannya tidak melihat hal itu, tetapi dia sengaja mengabaikan. Jayden tidak mau peserta lain melihat tingkah Joyceline lalu merundungnya. Jayden memilih melanjutkan kelas dan mengabaikan Joyceline yang kini mengubah posisi dengan menelungkupkan kepala di atas meja dan mulai tertidur pulas.
Jayden masih menerangkan materi, sekali-sekali dia akan mencuri pandang ke arah Joycelin yang tampak sangat nyenyak. Peserta kelas tidak ada satu pun menyadari kalau di bangku paling belakang sedang ada seseorang yang hanyut dalam buaian mimpi. Tidak terganggu sama sekali dengan suara Jayden.
Satu per satu peserta kelas keluar dari ruangan itu. Jayden melangkah hati-hati mendekati bangku Joyceline. Tangan kanan Jayden terulur untuk membangunkan Joyceline, tetapi urung dia lakukan. Sebab, Joyceline begitu pulas. Beberapa kali Jayden sempat memergoki Joyceline tampak lelah saat datang ke kampus, terkadang juga tidur di kelas pada jam istirahat. Jayden memerhatikan lamat-lamat wajah Joyceline yang terlelap.
Jayden merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan ponsel dari sana untuk memeriksa pukul berapa sekarang.
Jayden diliputi kebimbangan.
Jayden tidak tega sekaligus khawatir kalau harus membangunkan Joyceline.