Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Maru
Suka
Favorit
Bagikan
7. Museum dan masa depan
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

BEGIN MONTAGE (Beat in):

38 INT. DAPUR KOSAN BARA - MORNING 38

Bara menyobek kalender sobeknya (tanggal yang sama dengan scene liburan namun setahun kemudian)

39 INT/EXT. MOBIL - NOON 39

Montase tanpa suara saat mobil berjalan - Tangan berpegangan di atas armrest mobil. Seorang wanita, terlihat dari hidung ke bawah, menutup mulutnya sambil tertawa. Seorang pria, terlihat dari hidung ke bawah, menoleh ke arah wanita dan tersenyum.

40 EXT. CAFE - NOON 40

WANITA dan PRIA duduk berhadapan di meja kayu, hanya terlihat hidung ke bawah. Satu tangan masing-masing berpegangan.

Seorang waiter datang menaruh satu es cokelat dan satu latte.

WANITA meminum es cokelat dan menopang dagu. PRIA bercerita.

41 INT/EXT. MOBIL - AFTERNOON 41

Sambil mobil berjalan, sepasang tangan berpegangan di atas armrest mobil.

42 EXT. JALAN - AFTERNOON 42

WANITA dan PRIA di depan gerobak es krim. Hanya terlihat belakang badan mereka. WANITA memakai set jas kebesaran berwarna merah muda dan sepatu olahraga putih, dengan rambut panjang mengikal. PRIA memakai jeans biru tua, sepatu bertali, dan hoodie hitam.

WANITA memukul lengan atas PRIA sambil tertawa. PRIA mengambil dua es krim cone dari pedangang.

WANITA

Makasih, Mas!

WANITA dan PRIA jalan pergi dari gerobak.

43 INT/EXT. MOBIL - TWILIGHT 43

Sambil mobil berjalan, sepasang tangan berpegangan di atas armrest mobil.

END MONTAGE (Beat out).

CUT TO:

44 INT. MUSEUM - NIGHT 44

Dari belakang, WANITA dan PRIA berjalan bergandengan tangan.

Menoleh kanan kiri. WANITA menunjuk ini dan itu. Dari jauh terdengar satpam berteriak:

SATPAM (V.O.)

(Berteriak)

Eh, eh! Mbak! Ngapain itu! Kok di pegang-pegang! Mbak!

WANITA dan PRIA menoleh ke belakang. Pertama kali wajah terlihat. Pria adalah BARA, wanita adalah ADRIANA. Mereka saling lihat-lihatan.

BARA

Anak kecil paling.

ADRIANA

Tapi masa anak kecil dijeritin gitu, sih?

ADRIANA mencubit lengan kaos BARA dan menariknya ke arah SATPAM.

Orang-orang ikut berhenti di sekitar area patung bayi bersayap. SATPAM berdiri di samping seorang wanita berpakaian summer dress selutut berwarna toska, bercorak bulan sabit kuning, dipadu dengan bucket hat, dan di bagian leher terlihat berlapis-lapis kalung. Wanita itu adalah MARU dan ia beradu melotot dengan SATPAM.

MARU

Tadi ada lalet, Pak, kan saya udah bilang!

SATPAM

Ya, tetep, Mbak harus berdiri di luar garis ini. Bukan main geplak gitu! Kalo tadi jatoh gimana, Mbak mau ganti?

MARU

Gak bakal jatoh, Pak. Refleks saya top markotop.

MARU melipat tangan di depan dada dan melengos dari SATPAM. MARU melihat BARA. Mata keduanya bertemu. Lalu diam.

SATPAM (O.S.)

Udah, daripada saya panggil manager nanti jadi susah, Mbak saya antar keluar saya, ya.

MARU enggan pergi tapi tetap ikut dengan SATPAM. Matanya berkali-kali melirik BARA seperti memastikan apa ini ilusi atau nyata. BARA dan ADRIANA masih berdiri di tempat yang sama, menonton. SATPAM membawa keluar MARU.

ADRIANA

(Mata menyipit)

Aku doang apa cewek itu tadi ngeliatin kamu, ya?

BARA tersenyum tipis.

BARA

Dia ... temen lama. Kalo samperin dia, gak apa-apa, gak? Aku udah lama banget aku gak ketemu.

ADRIANA menangguk-angguk.

ADRIANA

Hm! Ayo aja.

ADRIANA memeluk lengan BARA dan mereka berjalan keluar frame.

ADRIANA

(Suara fading)

Temen kuliah? Atau sekolah? (menggoda) Oh! Oh! Mantan kamu yaa!

CUT TO:

45 EXT. MUSEUM - NIGHT 45

Shot still jalan dari museum menuju gerbang. MARU berjalan turun tangga lalu jalan lurus makin mendekat. BARA dan ADRIANA menyusul dari belakang. BARA melepas tangan ADRIANA untuk berjalan lebih cepat.

BARA (O.S.)

Maru!

MARU berhenti, menoleh ke belakang lalu menjadi canggung, MARU Melihat BARA dan ADRIANA, ia melambai-lambai tangan ke arah keduanya.

MARU

(Berusaha ramah)

Sini! Sini!

BARA dan ADRIANA mencapai MARU.

Shot close up (rasa unsettling dan awkward).

MARU

Wah, udah lama banget, Bar gak liat lo.

MARU melihat ADRIANA.

MARU

Pacarnya Bara, ya?

ADRIANA senyum gigi, lalu menyodorkan tangan.

ADRIANA

Adriana. Maru, kan? Salam kenal!

MARU bersalaman dengan ADRIANA, lalu melepas duluan.

BARA

Mau ikut makan sama kita, gak?

ADRIANA menoleh ke BARA, lalu dengan cepat kembali melihat MARU dengan senyum tipis.

MARU melongo sejenak.

MARU

Ah, gak usah, gak usah. Ganggu banget jadi nyamuk. Kapan-kapan aja kalo ketemu lagi.

BARA

Gak ganggu, kok. Kita seharian juga udah jalan.

MARU diam. ADRIANA terlihat bingung, menggigit bibir dan melirik dari BARA ke MARU secara bolak balik.

ADRIANA

Eh, iya gak apa-apa, kok. Kita juga gak ada agenda kok abis ini.

MARU

Sebenernya gua udah ada tempat yang mau didatengin, sih.

MARU nyengir. ADRIANA bergumam sambil mengangguk-angguk lalu menoleh ke BARA. BARA fokus pada MARU dan tidak melihat ADRIANA sedikitpun.

BARA

Sama siapa?

MARU

Ya ... sendiri. Tapi jauh dari sini. Terus kalian kayaknya gak suka makanannya. Jadi mending kalian ke rencana date awal kalian aja.

BARA

Kita gak ada batesan waktu, kok. Lagian lu naik apa?

MARU

Ada kok.

BARA

Apa?

MARU menghela napas, kedua bahu turun.

MARU

Ojek online.

BARA

Kalo gitu kita anter. Soal makan disana atau gak urusan nanti. Gimana?

MARU melirik ADRIANA. Senyum ADRIANA semakin tipis, namun melebar ketika mata merek bertemu.

ADRIANA

Kita belom ada rencana makan di mana-mana, kok.

BARA akhirnya melihat ADRIANA, lalu kembali ke MARU sambil mengangguk. MARU memainkan tali tas selempang hitam yang ia pakai.

MARU

Ya, boleh deh, kalo gitu.

CUT TO:

46 INT/EXT. MOBIL - NIGHT 46

Shot yang sama dengan sebelum (bagian tengah mobil), tapi tanpa tangan yang berpegangan di armrest dan sepasang kaki mengintip dari kursi belakang.

BEGIN MONTAGE:

jalanan Jakarta dan mobil-mobil berjalan melewati kota Jakarta.

BARA (V.O.)

Jadi harus banget makan mie ayam nya di Lenteng Agung?

MARU (V.O.)

(Bercanda)

Lagian lu yang mau ikut!

END MONTAGE.

CUT TO:

47 EXT. GEROBAK MIE AYAM PINGGIR JALAN - LATE NIGHT 47

Mobil parkir di pinggir jalan. 

CUT TO:

48 INT/EXT. MOBIL - CONTINUOUS 48

Shot dari belakang mobil. BARA menoleh ke kursi belakang.

MARU

Yuk!

MARU bergeser di atas kursi penumpang, menuju pintu, lalu membukanya dan keluar dari mobil dan frame.

49 EXT. GEROBAK MIE AYAM PINGGIR JALAN - IMMEDIATELY AFTER 49

BARA dan ADRIANA duduk bersebelahan dengan MARU di hadapan mereka. ADRIANA sudah melepas jas sekarang memakai kaos hitam dengan rambut dijepit jadi satu.

BARA

Jadi apa hebatnya tempat ini?

MARU menyondongkan badan dan wajah ke BARA dan ADRIANA. Ia melambai-lambai tangan agar keduanya mendekat.

MARU

(Berbisik)

Katanya ...

MARU melirik ke pedangang mie ayam.

MARU

(Berbisik)

Bapak yang jual itu ...

MARU menunjuk ke pedangan lalu langsung menyembunyikan lagi tangannya.

MARU

(Masih berbisik)

Bisa baca masa depan dari liat idung kita!

MARU menutup mulut takut suaranya terlalu kencang.

ADRIANA tertawa mendengus lalu tersenyum seperti melihat anak kecil kepada MARU. Ia menyondongkan wajah seperti MARU.

BARA tersenyum sambil menggeleng-geleng kepala, matanya berbinar memandang MARU.

ADRIANA

(Berbisik)

Beneran?

MARU mengangguk-angguk cepat. Ia mereganggkan punggung, kembali ke posisi duduk normal.

MARU

Nanti gua mau dia baca idung gua.

MARU tersenyum lebar dan bangga.

BARA

Gua juga berarti. Terus gua bakal buktiin kalo dia salah.

MARU dan ADRIANA sama-sama mengerutkan dahi.

ADRIANA

Biar apa?

BARA melirik ADRIANA sejenak, lalu melipat tangan di depan dada sambil menatap MARU dengan wajah angkuh.

BARA

Biar tau aja kalo takdir tuh dibikin sendiri bukan kerjaan kosmos atau bintang dari galaksi lain.

MARU menyipitkan mata. Kening masih berkerut. Menatap tajam BARA. BARA tak memalingkan mata dari MARU.

ADRIANA melirik keduanya bolak-balik. Lalu dengan canggung melihat sekitar dan membiarkan keduanya adu mata.

Pedangan mie ayam masuk dalam frame, meletakkan tiga mangkuk mie dan tiga gelas es teh. Pedagang merupakan pria paruh baya berkulit sawo matang dengan banyak kerutan di wajahnya.

PEDAGANG

Ini ya, Mas, Mba.

ADRIANA mulai membuka mulut tapi dipotong MARU.

MARU

Makasih, Pak!

MARU menyodorkan tangan dengan penuh energi.

MARU

(Excited)

Pak, nama saya Maru!!

Pedangan mie ayam tersenyum lalu membalas salam tangan MARU dengan sopan. Hanya ujung-ujung jari bersentuhan.

MARU

Baca saya, Pak!

MARU menyodorkan wajah, menutup mata. PEDAGANG tertawa kecil.

PEDAGANG

Waduhh, neng. Itu mah anak saya, Rama, yang bisa baca gituan. Dia biasa bantu hari Sabtu Minggu. Nanti kesini lagi aja, neng, biar dibaca sama Rama.

MARU membuka mata. Bibir monyong kecewa.

MARU

Yah, ya udah deh, Pak. Nanti saya weekend dateng lagi. Makasih, ya, Pak.

Dengan wajah muram MARU mengambil sumpit dan saos. BARA dan ADRIANA juga mulai makan.

BARA

Strategi bisnis aja itu. Biar rame.

MARU

Tau darimana? Kalo beneran anaknya bisa, gimana?

BARA

(Sambil menyumpit mie)

Ya, mungkin sih mungkin aja. (beat) Berarti lu harus kesini lagi, ya, kalau mau buktiin?

MARU mengaduk mie ayam dengan penuh emosi.

MARU

(Kesal)

Sabtu ini juga gua bakal kesini!

BARA

(Excited)

Beneran?

MARU berhenti. Menengadahkan wajah dari mangkok ke BARA yang melihatnya dengan tatapan yang sama angkuh dengan sebelumnya. MARU kembali fokus ke mie ayam. Menyumpit dan makan dengan bunyi ‘slurp’.

ADRIANA lagi-lagi melirik keduanya. Lalu lanjut makan tanpa sepatah kata.

MARU

(Dengan mulut penuh mie)

Gak pasti. Liat entar.

MARU menelan mie. Melirik ke ADRIANA yang sedang makan sedetik, lalu berbicara tanpa suara.

MARU

(Tanpa suara)

Jangan cari gua kesini.

BARA mendengus dengan cengir.

BARA

(Tanpa suara)

Sampe ketemu hari Sabtu.

ADRIANA tidak lagi melirik maupun berbicara.

Shot jauh dari gerobak.

MARU (V.O.)

(Senang)

Kenyaaang. Makasih, Pak!

BARA (V.O.)

Nuhun, Pak.

ADRIANA (V.O.)

Makasih, Pak.

Shot masih dari jauh. BARA dan ADRIANA mau masuk mobil tapi MARU cuma diam di samping trotoar.

BARA

Gua anter.

MARU

Gak. Duluan aja kalian.

BARA

Udah malem, Maru.

MARU

Udah, ih. Gua gak mau dianter.

Dari kanan pintu pengemudi, BARA jalan menghampiri MARU.

BARA

(Suara pelan)

Lu takut gua jadi tau rumah lu aja, kan?

MARU melipat tangan.

MARU

Iya. Jadi tolong, anter cewek lu dan pulang.

BARA

Kenapa, sih? (beat) Gua belom bahas soal Bandung, loh.

MARU diam sejenak.

MARU

Merem.

BARA mendengus. Senyum kecil terselip.

BARA

Udah gak bisa boongin gua pake trik itu. (beat) Gua turunin di jalan deket rumah, deh. Gimana?

MARU hanya diam melengos. BARA menghela napas. Ia membuka hoodie hitam yang dipakainya lalu menyodorkan ke MARU.

BARA

Paling gak ambil ini. Udah malem. Lu pake baju tipis banget.

MARU mengambil hoodie.

MARU

Emang udah rada merinding disko, sih. Udah sana, pulang. (beat) Adriana tuh daritadi lu cuekin. Jadi saran dari Maru si Bijak, mending nanti lu minta maaf.

BARA menoleh ke belakang, dimana ADRIANA bersender ke mobil dengan tangan dilipat. ADRIANA meregangkan postur dan tangan saat BARA melihatnya. BARA kembali melihat MARU.

BARA

Ya, udah. Jaketnya dipake.

MARU

Iya, tunggu lu cabut.

BARA

Serius, Maru.

MARU

Udah cepetan cabut.

BARA ragu, kening berkerut, dan wajah asam.

BARA

(Mengangguk ke MARU)

Duluan.

BARA kembali ke mobil. Membuka kunci dan masuk dalam mobil.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar