Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
ACT 5
1 EXT-TERAS INDEKOS NAYA-MALAM HARI
Mori mondar-mandir memikirkan cara untuk menemui Naya.
MORI
Atau awak teriak ‘Paket’ aja kali ya?
YUNA
Mana ada paket malam-malam. Otakmu ketularan bego dari si Juan keknya!
LOVATO
Udah jangan bertengkar! Kita ketuk aja!
Yuna menarik napas dalam-dalam dan mulai mengetuk pintu perlahan, namun suaranya sangat kencang.
YUNA
WOI NAYA KELUAR KAU! JANGAN SEMBUNYI, KAMI TAU KAU DI DALAM! (Suara ala preman)
Mori dan Lovato dibuat kaget oleh reaksi Yuna yang di luar dugaan. Mori segera menarik tangan Yuna dan mengambil alih kerjaan.
MORI
Minggir, minggir! Kau pikir ini terminal, teriak-teriak kayak preman. Nanti kalau penghuni kos lain marah kek mana?
Yuna hanya mengulum senyum dan mulai undur diri dari depan pintu. Tiba-tiba pintu terbuka secara perlahan. Naya kaget melihat Yuna dan Mori. Ia berusaha menutup kembali pintu, hingga Lovato menyapa.
LOVATO
Hai Nay! (Muncul ke hadapan Naya)
NAYA
(Membiarkan pintu terbuka) Vato!? Ngapain ke sini?
YUNA
Idih! Giliran cowok ganteng aja kau cepat!
Mori menyenggol tangan Yuna untuk mengerti situasi.
2 INT-KAMAR NAYA-MALAM HARI
Naya, Lovato, Mori dan Yuna tampak mengambil posisi ternyaman mereka. Naya mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya.
NAYA
Oke. Ini ceritanya pada mau ngapain? (Wajah datar)
MORI
Nay, awak rasa kita nggak baiklah diam-diaman kek gini! Iya kan Una?
Yuna hanya mengangguk tanda setuju.
LOVATO
Nay, teman-temanmu punya niatan baik loh sama kamu. Alangkah baiknya, jika kamu juga memberi respons yang baik pada mereka.
YUNA
Kemarin kita udah cerita sama si Sien. (Jeda) Nay, kata-kata kita mungkin udah nyakitin kau, tapi setiap orang punya pilihan dan pandangan hidup yang berbeda.
NAYA
Berbeda!? Sekarang aku mau tanyak ke kalian dua. Apa susahnya mendeklarasikan sebuah persahabatan!? (Jeda) Nggak ada ‘kan? Kalian terlalu berlebihan menanggapi sebuah hubungan.
MORI
(Membentak) Kau yang berlebihan Nay!! Hanya perkara pengakuan sahabat atau enggak, kau kabur ninggalin kuliah bahkan ngehindar dari kami! Sakit ya jiwa kau! Salah kami apa coba!? (Membuang muka)
NAYA
(Matanya berkaca-kaca) Terus aku salah ngarapin kalian jadi sahabat aku? Salah!? Aku cuma pengen ngerasain yang namanya dianggap sebagai sahabat!
YUNA
Nggak gitu Nay! Kau harus paham_
NAYA
Paham apa!? Paham kalau kita cuma teman belajar!? (Menatap Mori)
MORI
Kan memang teman belajar! (Sinis)
NAYA
Munafik ya kalian dua. Kita udah dekat dari awal masuk kuliah, kita nongkrong sama, nginap sama, hampir ke mana-mana sama. Dan bisa-bisanya kalian bilang cuma teman belajar!? Gila otak kalian benar-benar rusak. (Meneteskan air mata, tanpa isak tangis namun sambil tertawa)
YUNA
Naya stop! (Membentak)
NAYA
Kenapa? Udah mulai sadar kalau kalian itu memang munafik!? (Senyum meremehkan)
MORI
(Bangkit dari duduknya) Kalau kau masih cari ribut yang nggak penting gini, mending awak pulang! (Meraih tas yang ada di atas kasur)
NAYA
Iya emang nggak penting! Kenapa!? Karena cuma Vanka yang kau anggap penting, iya kan!?
Mori yang sudah memegang pintu, berhenti dan membalikkan badan.
MORI
NGGAK USAH BAWAK-BAWAK VANKA KE MASALAH KITA!
NAYA
Kenapa? Nggak suka!?
Mori yang sudah mendidih coba mendekati Naya, namun segera Yuna memeluk Mori agar tidak lupa diri. Lovato yang sedari tadi hanya memperhatikan, kini mengambil alih pembicaraan.
LOVATO
DIAM! Mori kamu duduk kembali! Naya kamu diijinkan berbicara kalau mendapat ijin dari aku!
CUT TO:
LOVATO
Kalian udah sama-sama dewasa, selesaikan masalah dengan kepala dingin. Jangan maunya dimengerti doang, belajar mengerti orang lain juga!
Naya dan Mori masih terlihat menstabilkan amarah. Keduanya mendengarkan perkataan Lovato, meski dalam keadaan menatap lantai.
LOVATO
Sekarang kalian bertiga tarik napas dalam-dalam sambil tutup matanya masing-masing.
Semua mengikuti intruksi Lovato dengan baik. Lovato mulai memutar lagu Peterpan ‘Tentang Kita’.
LOVATO
Jangan ada yang membuka mata sampai aku perintah! Secara bergantian kalian silahkan curahkan uneg-unegnya! Sampaikan dengan ketenangan. Tidak ada yang boleh protes tentang apa yang disampaikan temannya. Mulai dari Naya!
NAYA
(Menarik napas panjang) Dari dulu, aku pengen kali punya yang namanya sahabat. Saat SMA aku dekat dengan Sien, kami begitu akrab. Aku sudah menganggapnya sahabat. (Angan Naya kembali menjamah tawanya dengan Sien semasa SMA) Kami melakukan banyak hal bersama, kupikir kami sependapat, merasa saling memiliki. (Air mata Naya terjatuh dengan derasnya, Jeda) Sampai suatu hari, seorang teman menanyakanku tentang hubungan kami. Dengan bangga aku mengakuinya sebagai sahabat. Siangnya, Sien mendatangiku dan meminta aku agar tidak menganggapnya demikian. (Sesegukan, menyeka air mata yang terus mengalir) Aku hanya ingin buktikan pada Sien, bahwa banyak orang yang mau kusebut sebagai sahabat. Aku ingin buktikan bahwa, aku tak membutuhkannya. Tapi (Jeda) aku salah, aku masih mendapat penolakan dari kalian.
Semua hanya terdiam mendengar cerita Naya. Yuna menjatuhkan beberapa tetes air mata. Ia juga dapat merasakan luka Naya.
LOVATO
Yuna!
YUNA
Nay, maaf kalau aku nggak paham isi hati kau. Tapi aku juga punya pilihan. Aku nggak paham apa itu persahabatan, bagaimana yang dapat dikategorikan persahabatan. Aku melihat banyak orang yang mengakui persahabatan mereka, tapi pada akhirnya, mereka saling meninggalkan, mengecewakan dan pada akhirnya, mereka saling menjelek-jelekkan. Kebanyakan dari mereka, bertengkar hanya perkara percintaan. Itu sangat tidak sepadan dengan kebersamaan yang telah mereka bangun. Aku mau punya teman-teman yang selalu ada tanpa harus mendeklarasikannya pada dunia. Please Nay, tolong hargai pilihanku!
LOVATO
Mori!
MORI
Nay, awak juga minta maaf. Kau benar, awak munafik. Urusan Vanka, kau juga benar, awak masih lebih mendahulukan dia. Nay, awak sama si Vanka udah berteman sejak kami duduk di bangku TK. Waktu yang sangat lama, sudah cukup untuk mengakuinya sebagai sahabat. Awak sama si Vanka udah pernah saling janji, memiliki satu sahabat aja udah cukup. Kalau lebih, kami takut akan ada satu orang yang merasa tersingkirkan, akan ada satu orang yang tidak terlalu dominan. Awak hanya takut membuat luka.
Suara musik terdengar semakin kencang dan teresapi sampai ke lubuk hati terdalam. Naya mengencangkan tangisnya, membuka mata dan memeluk kedua temannya.
NAYA
Maafkan aku we. (Terisak) Aku udah egois, aku nggak pernah mikirin perasaan kalian. Aku selalu minta dimengerti.
Ketiga gadis itu menangis bersamaan. Mereka berpelukan dengan emosi yang dalam.
YUNA
Udah nggak apa-apa! Kita masih bisa kok jadi teman. (Mengelus pundak Naya)
Lovato tersenyum melihat pemandangan indah yang ada di depan matanya. Lagu berganti menjadi lagu Judika ‘Tersenyumlah Sobat’. Tanpa kesepakatan ketiganya menyanyi bersama.
NAYA & YUNA & MORI
Tersenyumlah kau sobat, walau hati tak menerima, doaku kau bahagia selamanya….
Naya melepaskan pelukan.
NAYA
Nggak sekedar teman belajarkan?
MORI
Teman dekat! (Senyum tulus)
Naya menangis bahagia dan mereka kembali berpelukan.