Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
ACT 4
Setelah Naya kembali dari Danau Toba.
1 INT-KAMAR NAYA-PAGI HARI
Dengan perasaan kesal, Naya memindahkan pakaian dari dalam koper ke lemari pakaian. Sebuah panggilan membuat Naya mendengus kesal, meletakkan baju yang di tangan dengan kasar dan meraih ponsel. Naya menarik napas panjang.
NAYA
(Mendekatkan ponsel ke telinga) Iya halo Mak. (Jeda) Iya, udah di kos loh aku Mak.
Naya merasa terusik dengan suara amukan dari seberang. Jadi, ia menjauhkan ponsel dari telinga, menghidupkan speaker dan meletakkan ponsel di lantai.
MAMAH NAYA
Sekali lagi kau pergi-pergi tanpa ijin, apalagi sampai nggak masuk kuliah, awas kau ya!
NAYA
(Kembali membereskan pakaian) Iya loh Mak. Lagian Mamak tau dari siapa awak pigi?
MAMAH NAYA
Enggak usah pala kau tau dari mana. Pokoknya, kau kuliahkan untuk belajar bagus-bagus. Kemarin kau yang minta kos, supaya belajar hidup mandiri, Mamak turutin. Tapi kalau kayak gininya kerjaanmu, habis udah kepercayaan Mamak samamu. Sia-sia Mamak cari uang untuk biayai kau.
NAYA
(Mendengus) Tuh kan drama lagi.
MAMAH NAYA
Apanya dibilang muncungmu itu Naya!? Nggak usah kau menjawabi! Cepatlah mati Mamak kalau kek gini kelakuanmu di luar sana, atau nggak usah kos lagilah kau? (Jeda) Jawab Naya!
NAYA
Ih Mamak inilah! Tadi katanya nggak usah menjawabi. Salah aja pun. (Memanyunkan bibir)
MAMAH NAYA
Hah melawan lagi, nggak bisa dibilangi!
Naya yang mulai habis kesabaran meronta-ronta tak jelas tanpa suara.
NAYA
Iya nggak kuulangi pun lagi. Minta maaf aku ya Mak’e?
MAMAH NAYA
Unga be da, lao karejo do pe au. Unang na asing-asing be karejom!1
NAYA
Mmmm.
Dengan sigap Naya langsung mematikan telepon sebelum urusan semakin panjang. Naya menghela napas lega, meski masih ada yang mengganjal di hatinya.
DALAM HATI
NAYA
Yang tau aku pigi dan nggak masuk kampus paling penghuni kos, Yuna dan Mori. Mereka ‘kan nggak punya nomor telpon Mamakku. Siapa pulaklah yang ngadu-ngadu ini, jadi habis aku kenak marahin!?
2 INT-RUANG KELAS-PAGI HARI
Naya memasuki ruang kelas dengan menggendong tas ranselnya. Yuna dan Mori yang sudah di kelas duluan melihat Naya dengan tatapan senang, namun takut untuk menyapa.
Juan yang terlihat duduk dipojokan, mulai menyisir rambut dengan jari dan mendekati Naya dengan gaya ala-ala.
JUAN
Eh Naya, akhirnya datang juga! Dari mana aja tiga hari ini? Kok nggak masuk? Naya sakit ya?
NAYA
Suka-suka akulah mau dari mana, sewot kali pun kau!
JUAN
Namanya juga khawatir Nay. Aku juga cuma mau nunjukin perhatian aku ke kau. (Mencolek dagu Naya)
NAYA
(Mengusap dagu) Idih! Ketempelan apa kau? Kelakuan jadi nggak jelas gini.
Naya memperhatikan tempat duduknya yang tidak terlalu jauh dari Yuna dan Mori.
JUAN
Ketempelan bayang-bayangmu. (Tersenyum malu, jeda) Nanti pulang ngampus, mau nggak a_
NAYA
(Mengarahkan pandang pada Juan) Aduh, kelapaku agak sakitlah! Tukaran tempat duduk dong? Soalnya biar bisa sambil senderan ke tembok. (Berakting seolah sakit kepala)
JUAN
Boleh-boleh Nay. (Segera memindahkan tas ke bangku kosong milik Naya)
NAYA
Makasih. (Wajah bersyukur)
JUAN
Apa sih yang eng_
DOSEN
(Masuk ke ruang kelas) Anak-anak silahkan duduk di bangkunya masing-masing. Pelajaran hari ini akan kita mulai!
Semua mahasiswa kembali ke tempat duduknya masing-masing. Kesan tertib segera terlihat dengan cepat.
DALAM HATI
NAYA
Astaga! Tau gini nggak usah masuk dulu tadi. Kok pelupa kali pun. Malas kali kalau sama Bapak aspek hukum ini, oalah pasti pulangnya bakalan lama lagi. (Menumbuk meja dengan pelan)
Bapak Dosen yang baru meletakkan bahan ajar di atas meja, tak sengaja melihat Naya yang tampak gelisah.
DOSEN
Kenapa lagi Naya? Ada masalah? (Datar)
NAYA
(Mengambil sikap normal) Eng-gak Pak, enggak kenapa-napa kok.
Bapak Dosen hanya menggeleng dan memulai aktivitas mengajarnya.
CUT TO:
Seluruh mahasiswa mulai berhamburan ketika Dosen yang mengajar sudah mengakhiri kelas. Hanya beberapa yang memilih masih di ruangan, termasuk Yuna, Mori, Naya, Juan dan dua mahasiswa perempuan lainnya.
Yuna berjalan ke bangku Mori dan mulai membisikkan sesuatu tentang Naya.
YUNA
Kek mana? Berani nyapa dia nggak?
MORI
(Ikut berbisik) Aduh awak nggak yakin. Kau tengoklah, tadi aja dia sampai minta pindah ke bangku si Juan!
YUNA
Iya sih. Tapi masa nggak kita cakapin dia?
MORI
(Bangkit berdiri) Ayo! Kalau nggak kita coba, kita nggak tahu hasilnya. (Menggandeng tangan Yuna)
YUNA
Eh, tunggu! Kau yang ngomong deluan ya?
MORI
(Wajah meyakinkan) Iya.
CUT TO:
Juan sedang mencoba menaklukkan hati Naya yang katanya tak pernah jatuh cinta. Sebelum melakukan trik buaya, Juan berdehem dan pura-pura memperhatikan apa yang sedang Naya baca.
JUAN
Suka baca juga?
Naya hanya diam dan membalik halaman selanjutnya. Juan kembali berdehem untuk menyadarkan Naya yang terlalu fokus, tapi itu pun tak berfungsi sama sekali, Naya menggarisi tulisan di buku dengan pensil.
JUAN
Nay!? (Mengeluh) Kau dengarkanlah dulu aku bentar!
Naya melihat Juan dengan tatapan tak senang yang berarti, Juan sangat mengganggu ketenangan Naya.
JUAN
Gitu dong, kalau calon pacar ngomong harus diperhatikan! (Jeda) Nanti jadi aku antar pulangkan? (Senyum berharap)
NAYA
(Tegas) Eng-gak! Aku bisa pulang sendiri! Lagian otak kau terbentur kurasa, tiba-tiba jadi aneh gini. Udah sana kau, aku nggak suka sama laki-laki! (Membuat tatapan menakutkan)
Juan yang mulai merasa ciut dan geli undur diri dari perjuangan.
Mori dan Yuna berjalan sambil bergandengan tangan mendekati Naya. Setelah jarak tinggal dua meter, Mori mendorong Yuna agar berada di posisi paling depan. Hal itu membuat Yuna mempelototi Mori sambil mengepal sebelah tangannya.
YUNA
(Menatap Naya pasrah) Yah, gini amat jadi tumbal.
Karena sudah terlanjur berada tepat di depan Naya, Yuna pun mulai angkat bicara.
YUNA
Nay, kita_
Naya langsung menutup buku dan bangkit dari duduknya untuk berjalan ke luar kelas.
MORI
Yah, awak dicuekin. Parah kali si Naya ini! (Menatap kepergian Naya)
YUNA
(Mendengus kecewa) Aku yang dicuekin, bukan kau. (Meninggalkan Mori)
MORI
Yah ikutan ngambek!
Juan yang tadi sudah duduk tenang, kini mulai mendekati Mori.
JUAN
(Memelas) Mori pulang ngampus nanti kuantar ya?
MORI
(Mengerutkan hidung) Bawak kereta awak, nggak nerima jasa ojek online. Makasih.
JUAN
Enggak masalah. Kita bisa bawa kereta masing-masing, biar so sweet gitu. (Meram sambil tersenyum seolah membanyangkan adegan romantis)
MORI
(Mual) Uekkk… jijik kali awak dengarnya. Habis kenak lempar batu kepalamu ya!?
JUAN
We minta tolong dulu sekeluarga, tahun depan kita udah wisuda. Aku harus punya pendamping untuk dikenalkan sama Mamak-Bapakku. Nanti dibilang aku nggak laku. (Sedih)
MORI
(Mengejek) Terus awak harus peduli? (Menunjuk kepala Juan) Eh goblok, lagian awak udah ada cowok, jadi jangan_
Tiba-tiba kepala Yuna muncul dari pintu luar.
YUNA
Ri, kantin yok!
Mori segera menurunkan tangan dari kepala Juan dan berjalan ke luar ruangan untuk mendapatkan Yuna.
JUAN
Alamak! Kasar kali perempuan kayak gitu, nggak cocok jadi calon istriku. (Menatap kepergian Mori, memegang dada) Sabar ya Mak, kucari pun nanti calon parumaen na pinarsita ni roha mi2. (Seolah bersumpah)
3 EXT-KANTIN LUAR-SIANG HARI
Naya terlihat sedang menikmati menu makan siang di meja luar kantin. Tiba-tiba Yuna dan Mori ingin ikut bergabung seperti biasa. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Naya bangkit dari duduknya, mengangkat pesanan yang masih tersisa dan pindah ke meja sebelah. Hal itu membuat Mori kesal dan marah. Ia bangkit dan hendak melabrak Naya, namun Yuna menghalanginya.
YUNA
Eh, mau ngapain!? (Mendudukkan Mori)
MORI
Nggak bisa kek ginilah Una! Kemauan dia aja pun yang harus dimengerti. Lama-lama gini capek juga awak bujuk-bujuk dia!
Naya terlihat memasangkan earphone ke telinganya. Ia terlihat cuek dan tak ingin mendengar suara sumbang yang ada di sekitar. Hal itu semakin membuat Mori naik darah.
MORI
(Kembali bangkit dari duduknya) Kau tengok itu! Bisa-bisanya di_
YUNA
U-DAH! (Mendudukkan Mori kembali) Kalau kau ngamok gini mau kau apain rupanya dia? Tunjang? Slending? Bunuh? Jambak-jambakan!?
MORI
(Bersikap lebih tenang) Ya enggak sih. (Bersikap pasrah)
YUNA
Ya udah, makanlah nasimu itu!
Mori mengangguk dan keduanya mulai menikmati makanan, sembari sesekali melirik Naya yang tidak peduli.
4 EXT-PARKIRAN-SIANG HARI
Yuna dan Mori terlihat sedang tertawa cekikikan di atas motor. Satu motor Mori dan satunya lagi milik orang lain yang entah siapa.
MORI
(Mempraktekkan gaya Juan berbicara) We minta tolong dulu sekeluarga, tahun depan kita udah wisuda.
YUNA
(Terpingkal-pingkal) Terus? Terus?
MORI
Ngakaknya itu pas dengar alasan dia. (Masih mempraktekkan gaya Juan berbicara) Nanti gadak pendampingku, nanti dibilang aku nggak laku. Hiks…
Yuna dan Mori semakin terpingkal-pingkal sampai harus memegangi perutnya yang mulai terasa sakit.
YUNA
(Tawanya mulai reda) Hadeuh, kok ada cowok paok kek gitu ya, apa nggak nyesal Mamaknya lahirkan dia? The real of beban keluarga.
Keduanya tiba-tiba terdiam ketika sosok lelaki tampan menyapa dengan senyuman.
LOVATO
Permisi, kalian temannya Naya ‘kan?
Mata Yuna langsung berbinar seolah melihat malaikat yang turun ke bumi. Ia seolah merasakan kesejukan yang mengalir dari suara Lovato. Mori pun memukul pundak Yuna untuk menyadarkannya.
MORI
I… iya kami teman si Naya.
YUNA
(Genit) Ih, Abang tampan ini asalnya dari mana sih? Kok bisa kenal sama si Naya? Abangnya masih jom_
Mori membekap mulut Yuna dengan kedua tangan.
MORI
Maaf Bang, kawan awak emang agak nggak waras otaknya. (Cengengesan)
Yuna melepaskan tangan Mori, cemberut, segera merapikan rambut dan bercermin sebentar di kaca spion. Lalu, Yuna kembali tenang ketika mendengarkan suara Lovato yang menenangkan.
LOVATO
Iya nggak apa-apa kok. Naya ada di mana ya? Bisa bawa aku ketemu dia?
MORI
Kalau boleh tau, Abang ada urusan apa mau ketemu sama si Naya? Terus tau kita temannya Naya dari mana?
CUT TO:
MORI
Oh gitu ceritanya. Tapi kalau udah tahu nama IG nya, kenapa nggak Abang chat aja dia?
YUNA
Yang banyak’an pertanyaan kau! Sampe keringat dingin dia kau buat.
MORI
(Berbisik) Siapa tau cerita pertemuannya sama si Naya tadi cuma settingan, kitakan nggak tau! Entahnya dia itu pembunuh bayaran.
YUNA
(Memutar kepala Mori menghadap Lovato) Noh lihat! Mana ada pembunuh bayaran seganteng dia. Halu kau, kebanyak’an nonton film action!
LOVATO
Kenalin aku Lovato, panggil Vato aja. Kebetulan aku jurusan psikologi. Yang aku lihat kemarin, Naya itu seperti lagi ada masalah. Aku takut kalau di chat langsung dia bakalan menghindar.
YUNA
Nah sama! Kami juga udah seminggu dihindari Naya. (Antusias)
LOVATO
Pantas saja Naya memandangi foto kalian dengan tatapan kosong. Masalahnya ada di kalian ternyata…
Yuna dan Mori menatap Lovato dengan tatapan tak senang.
LOVATO
Bu-bukan gitu maksudnya. Maksud aku, Naya sedang ada masalah dengan kalian.
MORI
(Wajah sok-sok an seolah mengancam) Kalau gitu, bisa tolong bantuin kita ‘kan?
CUT TO:
MORI
Jangan lupa kita ketemu di sini besok jam lima sore, baru kita ke kos Naya sama-sama. Ketik di sini nomormu! (Memberikan ponsel pada Lovato)
Setelah mengetik, Lovato pun memberikan ponsel milik Mori.
LOVATO
Kalau gitu aku pamit duluan ya! (Mengangkat tangan dan berjalalu pergi)
YUNA
(Terpesona) Wah gilak ganteng kali! Naya kok bisa sih menemukan cowok langka seperti itu? Makannya apa ya kok bisa sekeren itu? (Menggeleng tak percaya)
MORI
Biasa aja. (Mengusap wajah Yuna, termasuk mulutnya yang masih menganga)
YUNA
Ye… kau kan nggak manusia, jadi mana tau cowok keren itu gimana!
MORI
Nggak usah banyak cakapmu, tengok itu cowok kau udah di depan, nggak usah lagi kegatelan! (Menunjuk ke arah parkiran)
YUNA
Nanti kirimin nomor si Vato ya? (Wajah memelas)
MORI
Jangan nanti sampai awak adukan kau sama Boy! (Mengancam)
YUNA
Pelit! (Dengan cemberut pergi menghampiri Boy)