Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
15 INT. CONFERENCE ROOM - DALAM - SIANG
Terdapat conference room persis di sebelah ruang kantor pribadi Teresa. Interiornya serba putih dengan layar plasma raksasa bertengger pada salah satu temboknya. Terdapat pula meja pertemuan serta beberapa kursi yang mengelilinginya.
Danila dan Teresa berdiri menghadap layar televisi plasma. Ditayangkan Laura Andini (27) sedang membopong seorang bayi. Dia mengenakan daster yang agak bernoda dan wajahnya bebas dari make-up. Terdapat pula rona abu-abu dan beberapa garis di bawah matanya. Rambutnya dijepit urakan persis di atas ubun-ubun kepala.
Teresa tersenyum sopan kepada Laura sambil melipat tangan di depan dadanya. Sementara itu, Danila tidak bisa menahan syok yang membanjiri wajahnya.
DANILA
(Menganga) Wow... Bener-bener, wow... (Menggelengkan kepalanya dengan pelan)
LAURA
(Sedikit parau) Ya, Kak Dani. I’m a mom now! (Merekahkan senyuman lebar sampai tiba-tiba bayi yang dibopongnya memuntahkan sesuatu berwarna hijau pada bahu Laura) Sungguh suatu berkah.
DANILA
J-J-Jadi... lo nikah juga sama si Valentino Rasyid itu?
LAURA
Siapa? Valen? Kita udah putus udah lama banget, Kak. Kakak ini bener-bener ketinggalan berita banget (Tertawa lemah sambil mengelap muntahan pada bahunya dengan handuk kecil). Gue dijodohin sama anak kenalan bokap karena, yah, gue rasa memang udah saatnya buat gue buat berganti karier dari aktris menjadi full-time mom. Oh, iya! Ngomong-ngomong nanti coba Kakak browse, ya, vlog gue di YouTube! Jangan lupa subscribe!
DANILA
Vlog? Subscribe? K-K-Kenapa Laura-- Kenapa? Maksud gue, sori, tapi kenapa?
LAURA
Tahu enggak, Kak? Dengan vlogging doang gue bisa dapet duit lumayan banyak tanpa harus ninggalin Marwen di rumah. Bahasa kerennya adalah work from home.
DANILA
Siapa itu Marwen?
LAURA
Nama manusia mungil ini, Kak. Aduh, Kakak perlu up to date, nih (Tertawa lemah). Mertua gue yang ngasih nama tapi gue sama suami dibolehin kasih nama tengahnya. Yah, tentunya gue enggak mungkin nge-vlogging dengan penampilan kayak gini (Tertawa lagi). Masalahnya dua minggu terakhir ini suami lagi sering berangkat-pagi-pulang-malam dan mertua enggak percaya sama jasa babysitter. Gue udah cerita belum kalo gue tinggal sama mertua gue sekarang? Tahu enggak sih, Kak, gue pernah iseng nyoba kuis di Internet dan katanya gue ngidep postpartum depression. Aneh-aneh aja ya Internet jaman sekarang! (Tertawa terbahak-bahak) Sumpah, gue udah lupa siapa nama orang tua kandung gue.
DANILA
T-t-tapi k-kenapa-- (Mendeham sambil mengelus dada) Sori. Laura, selain karena cinta yang disengaja, apa alasan lo buat langsung pensiun begitu aja dari seni peran?
LAURA
Gimana ya ngejelasinnya... (Mengelap bibir bayi yang dibopongnya) Enggak ngerti kenapa sejak berapa tahun yang lalu gitu semua peran yang ditawarin ke gue itu peran ibu semua. Ibu muda lah atau ibu sekarat lah atau ibu tiri lah-- itu semua yang ditawarin ke gue habis putus sama si Valen. Kok bisa yah? Nasib, nasib... (Tertawa namun dipaksakan). Kemudian gue mikir, dari pada disuruh jadi ibu bohongan mendingan gue sekalian jadi ibu beneran. Setuju? Sungguh suatu berkah.
DANILA
Tapi kalo Laura bersabar sedikit, pasti bakalan ada sutradara yang--
LAURA
Gue udah menang dua Piala Citra, Kak Dani. Sumpah, gue udah puas banget.
DANILA
Lo masih 27, Laura. Kalo lo bersabar dikit aja--
LAURA
(Menyela. Nadanya langsung histeris) Ini sungguh suatu berkah, Kak Dani! Jangan bikin gue ragu sama keputusan gue! (Langsung menenangkan suaranya) Waduh, sori banget, Kak. Kayaknya gue agak sedikit kurang tidur selama dua tahun terakhir (Tertawa paksa). Ups, saatnya masak makan malam buat suami, mertua, dan Marwen. Kapan-kapan kita nongkrong bareng lagi ya, Kak Dani! Teteh Teresa, nanti ikutan kita juga, ya!
DANILA
Y-yah, mungkin kapan-kapan... Oke... Bye.
Layar plasma berganti warna menjadi hitam pekat. Danila memutar tubuhnya yang lunglai dan melongo kepada Teresa.
DANILA
What the fuck?
TERESA
(Mengangkat bahu) Sementara kamu bersemedi selama dua tahun, semua orang udah melanjutkan hidup.
DANILA
(Mengacungkan jari telunjuk ke layar plasma) Itu bukan melanjutkan hidup, Teteh! Itu namanya menyerah atas hidup! Apa yang terjadi sama aktris muda berbakat yang aku kenal?
TERESA
Ngomong-ngomong, si Valen baru selesai syuting di Macao buat film kung-fu Netflix.
DANILA
Si dropout SMA yang enggak hapal Pancasila itu dapet film Netflix sedangkan Laura Andini yang pernah cukur botak kepalanya sendiri buat meranin pasien tumor malah jadi budak mertua?
TERESA
Bukannya kamu sendiri yang harusnya paling paham bagaimana brutalnya dunia perfilman, apalagi buat aktris kayak Laura Andini? 27 adalah 47 yang baru sekarang.
DANILA
Dan dia malah nge-vlog? Kenapa semakin tua seseorang, semakin milenial perilaku mereka?
TERESA
Cewek tetep perlu cari makan, sis. Dan dia perlu punya rutinitas lain selain ngelap muntahan. Anyway, kalo kamu masih pengen nge-casting Laura Andini--
DANILA
Oh, aku enggak akan nge-casting itu anak buat bahkan jadi pemain figuran sekalipun! Gimana jadinya kalo comeback aku ini malah dibawakan oleh orang enggak stabil kayak dia? Dan aku paling enggak suka --sekali lagi, paling enggak suka-- sama orang yang gampang menyerah kayak dia.
TERESA
Kalo gitu siapa lagi? Kamu perlu star power, Dani.
DANILA
Aku lagi mikir sekarang. (Menggigit jari) Mungkin aku jangan andelin star power. Aku enggak yakin ada star lain di luar sana yang pengen main di drama panggung... (Menjentikkan jari) Aku perlu aktor “DAN”.
TERESA
“DAN”?
CUT TO:
16 INT. RUANG WAWANCARA - DALAM - MALAM
Kembali ke masa kini, ketika Jurnalis masih mewawancarai Teresa.
JURNALIS
Boleh dijelaskan apa yang dimaksud aktor “DAN”?
TERESA
Kalo sering nonton film, kan suka ada perkenalan aktor. Dimulai dari aktor utama X, lalu disusul aktor pendukung Y, aktor pendukung Z, aktor pendukung A-B-C, “dan LALALA”. Nah, biasanya “dan LALALA” ini adalah aktor veteran yang udah terjamin kualitasnya. Misalnya “dan Christine Hakim” atau “dan Daniel Day-Lewis”. Meski “dan LALALA” ini enggak jadi aktor utama, biasanya penonton tetep yakin sama kualitas filmnya karena kehadiran dia nyaris kayak semacam jaminan kalo filmnya enggak sampah.
JURNALIS
Kemudian Danila Dago dapet ide kalo aktor “DAN” yang tepat untuk drama panggung Khayal adalah--
TERESA
(Mengangguk) Beta Karim. Iya.
JURNALIS
Bukankah Beta Karim sendiri sudah vakum cukup lama sebelum Khayal ini?
TERESA
Memang betul, tapi dia itu kan vakum lebih karena orangnya memang selektif. Akhirnya saya bilang aja kalo Danila bisa dapet Beta Karim, saya kasih lima ratus juta. Terus terang waktu itu saya asal bunyi doang. Mana mungkin veteran seperti Beta Karim mau kerja bareng Danila Dago.
CUT TO:
17 EXT. KEDIAMAN BETA KARIM - GERBANG DEPAN - SORE
Kediaman Beta Karim adalah rumah arsitektur modern Belanda yang berlokasi di pinggiran kota. Gerbang depannya mencapai nyaris tiga meter dan sudah agak bobrok. Danila mengamati gerbang tersebut dan berpikir, mungkin gerbang dan rumah ini lebih tua dari pada usia Danila sendiri. Danila tidak menangkap adanya tanda-tanda kehidupan, seolah rumah tersebut terbengkalai.
Danila membuka gerbang dan mengamati halaman rumah. Sekali lagi, masih tidak ada tanda-tanda kehidupan. Terdapat dua mobil dan apa yang tampak seperti satu bangkai mobil yang habis terbakar. Danila mulai khawatir dia memasuki kediaman yang salah.
Melangkah ke teras, Danila mengetuk pintu depan. Aroma kayu jati nan kental menghujam lubang hidupnya.
DANILA
(Mengetuk) Halo. Permisi? (Mengetuk kembali) Pak Beta?
Danila menunggu jawaban sambil kembali mengamati teras dan halaman depan. Danila bertanya dalam hati, kapan terakhir kali teras dan halaman depan ini disapu? Perhatian Danila kemudian terpaku pada tumpukan daun kering tidak jauh dari anak tangga teras. Ini enggak seperti kediaman seorang aktor kawakan, pikir Danila.
Pintu yang terbuka membuat Danila melompat. Beta Karim (56), mengenakan kaos yang terlalu besar sambil mengelap kunci linggis, mengamati Danila yang berdiri di hadapannya.
BETA
(Mengamati penampilan Danila dari atas ke bawah. Sorot matanya waspada) Kamu Danila Dago?
DANILA
(Tersenyum canggung) Sore, Pak Beta. Salam kenal juga. (Menjulurkan jabatan tangan namun tidak dibalas oleh Beta. Kemudian Beta meninggalkan Danila dan masuk ke dalam rumahnya. Pintu dibiarkan terbuka. Danila mengamati Beta dengan canggung). Saya boleh masuk ke dalam juga?
CUT TO:
18 INT. KEDIAMAN BETA KARIM - DALAM RUANG BACA - SORE
Ruang baca dipenuhi oleh buku-buku tua, tumpukan kertas yang tampak seperti skrip dan kontrak kerja, dan apa yang tampak seperti peralatan perbengkelan. Bingkai-bingkai foto lama menghiasi dinding namun Danila tidak mengenali orang-orang yang ada di foto tersebut selain Beta.
Beta mengangkat kakinya di atas meja sambil mengelap kunci linggis yang sama yang ada di tangannya. Naskah Khayal sudah selesai dibacanya dan kini tergeletak di atas meja.
DANILA
(Mengamati langit-langit. Suaranya tertahan) Saya suka sama rumah Bapak. Sangat, uhm, vintage.
BETA
(Mengernyit) Vintage?
DANILA
(Semakin canggung) Klasik. Unik. Berkepribadian.
BETA
Saya enggak punya alasan buat renovasi rumah.
DANILA
(Tertawa namun tegang) Apa Pak Beta tinggal sendirian?
BETA
Ada anjing peliharaan di belakang.
DANILA
(Segera menarik ludah sebelum keceplosan) Jadi, Pak Beta, bagaimana menurut Bapak sama naskah saya--
BETA
(Menyela) Dari mana kamu tahu alamat saya?
DANILA
Teresa D.H. Darwis? Dari Darwis Group? Teteh Teresa tahu segalanya, dia udah kayak Google Search (Tertawa canggung lagi).
BETA
Jadi drama ini disponsori oleh korporat?
DANILA
...Iya.
BETA
(Meletakkan linggisnya di dekat kursinya kemudian menurunkan kedua kaki dari meja ke ubin lantai. Selanjutnya kedua siku lengan diletakkannya di atas lutut. Matanya serius terhadap Danila) Kamu yakin dengan ini?
DANILA
(Mengangguk mantap) Sangat yakin, Pak. Darwis Group bersedia menjadi corporate sponsor tapi dengan syarat yaitu Pak Beta bersedia menjadi--
BETA
(Menyelesaikan ucapan Danila) Aktor “DAN”. Saya enggak lahir kemarin sore, Danila. (Terdiam sejenak sambil kembali mengamati Danila) Saya kira kamu enggak suka sama saya.
DANILA
Oh, ya? Hanya karena Pak Beta pernah mengkritik saya di depan jutaan wartawan dengan mengatakan bahwa saya adalah sineas korporat yang filmnya basically adalah iklan berdurasi 120 menit? Itu kan sudah dua tahun, enam bulan, empat minggu, dan satu hari yang lalu. Saya sudah lupa akan semua itu (Tersenyum paksa namun terdapat rasa keputusasaan bercampur dendam yang ditahan di balik giginya).
BETA
(Mengelap kumis dengan jari) Saya cuma pengen ngasih kamu kesempatan buat mengubah pikiran kamu.
DANILA
Oh? (Kembali gagap) B-Bapak enggak mau memerankan ayahnya Dilla? Kalo menurut Bapak karakternya kurang berbobot atau mungkin Bapak enggak sreg dengan Darwis Group sebagai sponsor--
BETA
Bukan itu. Saya juga lagi males kebanyakan komplain. Maksud saya, kalo kamu mau membatalkan segala macem gagasan mengenai drama panggung ini, sekarang lah saatnya.
DANILA
(Mengernyit, agak tersinggung dengan ucapan Beta tersebut? Kenapa saya pengen ngebatalin? Semua orang suka sama naskah saya. Saya berani bertaruh Bapak pasti juga suka. Apa ini semacam perpeloncoan dari aktor senior untuk sineas muda? Atau Bapak ragu saya yang biasanya bikin film enggak akan sanggup bikin pementasan?
BETA
Anak kelas 6 SD yang mau Ujian Praktek Bahasa Indonesia aja bisa mementaskan drama panggung. Siapa yang akan memerankan karakter utama bernama Dilla ini?
DANILA
Saya belum memutuskan.
BETA
Kamu bicara jujur?
DANILA
Saya cuma masih belum bisa membayangkan siapa yang bisa menghidupkan Dilla--
BETA
Sekali lagi, Danila: saya enggak lahir kemarin sore.
DANILA
(Nadanya pasrah) Tadinya saya mau Laura Andini tapi saya sama sekali enggak up to date sama keadaan dia selama dua tahun terakhir terus pas saya Skype tahu-tahu--
BETA
Bukan aktor pertama Indonesia yang pensiun dini dan bukan yang terakhir juga. (Kembali terdiam. Kali ini sorot matanya beralih ke skrip di meja. Dahinya merengut, menandakan sedang berpikir serius) Baiklah.
DANILA
Baiklah? Pak Beta bersedia untuk bergabung?
BETA
Saya melihat potensi dari drama ini dan saya juga perlu kesibukan.
DANILA
Whoa... Maksudnya, saya seneng Bapak mau ikutan gabung tapi kita berdua bahkan belum ngediskusiin mengenai bayarannya--
BETA
(Menyela) Itu bukan masalah. Saya penasaran aja sama apa yang akan kamu lakukan dengan Khayal.
CUT TO:
19 INT. RUANG WAWANCARA - DALAM - SORE
Kembali ke masa kini. Pada kesempatan kali ini Jurnalis mewawancarai Beta Karim. Beliau mengenakan kemeja batik berlengan panjang dan anjing Labrador Retriever peliharannya bertengger dengan patuh di dekat kaki kirinya. Tangan kirinya mengelus pelan telinga anjingnya. Wajah Beta tampak kaku dan sulit dibaca.
BETA
Anda pernah dengar yang namanya Eugene O’Neill?
JURNALIS
Belum. Belum pernah.
BETA
Salah satu dramawan terbaik Amerika. Pernah menang Nobel dan Pulitzer. Orangnya memang aneh. Kelihatannya memang seperti itu ya polanya? Yang sukses selalu punya watak yang aneh. Dan radikal. Orangnya mesum juga. Pas era 40-an O’Neill menulis drama berjudul Long Day's Journey into Night: kisah semi-autobiografikal mengenai masa mudanya bersama abangnya yang mengidap TB dan emaknya yang kecanduan morfin. Ceritanya membosankan dan bikin orang depresi tapi itulah yang membuat dramanya menjadi masterpiece-- dan O’Neill tahu bahwa sebelum dipentaskan, drama ini adalah masterpiece. Tapi O’Neill cuma minta satu hal. Anda bisa menebak?
JURNALIS
Tidak. Apa itu?
BETA
Dia minta agar Long Day's Journey into Night baru dipentaskan 25 tahun setelah tulangnya membusuk di peti mati. Kenapa? Karena meski dia orang aneh-radikal-mesum, dia masih punya otak. Dia paham betul betapa mengerikan pastinya kalo dia harus menyaksikan masa kecilnya dipertontonkan di atas panggung untuk dipuji dan dicerca oleh ribuan manusia yang dia enggak kenal.
JURNALIS
Jadi maksud Anda, Anda membandingkan Long Day's Journey into Night dengan Khayal?
BETA
Oh, tidak. Yang saya bandingkan justru adalah Eugene O’Neill dan Danila Dago. Pada akhirnya mereka adalah dua manusia yang sangat berbeda. Yang satu adalah dramawan yang brilian... (Tiba-tiba terdiam. Matanya masih terpaku pada kamera namun wajahnya jatuh masam. Seolah berusaha menahan benak yang tidak diinginkan)
JURNALIS
(Berusaha membuat Beta melanjutkan kalimatnya) Sedangkan yang satu lagi? Danila Dago adalah...?
Beta tidak menjawab. Dia hanya menatap ke arah kamera.
CUT TO:
20 INT. UNIT APARTEMEN DANILA - DALAM RUANG TAMU - MALAM
Danila menari sendirian di ruang tamunya, dengan pizza di tangan kanan dan float soda di tangan kirinya. Koleksi lagu Billie Holiday melantun dari stereonya kencang-kencang. Mata Danila terpejam, menghayati lantunan melodi. Sesekali ia menggigit pizza. Sesekali ia menyeruput float soda. Sesekali ia bersendawa.
Danila membuka mata dan mendapati Usmar Ismail ikut menari bersamanya. Usmar Ismail adalah pria berusia pertengahan 50-an yang mengenakan kacamata botol susu sapi, jas formil, dan dasi yang agak kebesaran.
USMAR ISMAIL
(Menari riang) Lo lagi ngerayain apa nih?
DANILA
(Menari riang. Suaranya melengking, berusaha melampaui volume stereo) Oh, hei! Gue lagi ngerayain Khayal yang akhirnya resmi dapet backing-an modal dan aktor kawakan yang bisa nge-endorse. Siapa bilang comeback itu susah?
USMAR ISMAIL
Hooo... Yakin lo pengen bikin drama panggung banget?
DANILA
Emang lo enggak pernah?
USMAR ISMAIL
Enggak. Enggak berani gue. Tapi sekarang gue punya gedung teater buat pentas drama begituan jadi ya, oh well!
DANILA
Curang lo.
USMAR ISMAIL
Itulah benefit buat kita-kita yang udah berstatus legenda. Tapi gue harus bilang, sis, gue agak tersinggung loh. Lo lebih kepengen Golden Lion dari pada award gue.
DANILA
Lo cuma sirik soalnya lo yang legendaris aja enggak pernah menangin Golden Lion.
USMAR ISMAIL
Jaman dulu enggak kayak sekarang. Selegendarisnya gue, selama gue punya kulit sawo matang, orang bule jaman dulu mikirnya gue pasti pelayan. Tapi gue enggak ngelarang sih kalo lo beneran bisa menang.
DANILA
Bro, giliran gue yang mau nanya: lo pernah bikin yang semi-autobiografikal gitu enggak?
USMAR ISMAIL
Gue pernah bikin. Mungkin lo pernah denger, judulnya Lewat Djam Malam. Anyway, filmnya biasa aja.
DANILA
Terus gimana perasaan lo pas bikinnya? Gue perlu referensi aja soalnya Khayal bikinan gue semi-auto juga.
USMAR ISMAIL
Oh, gue menderita banget. Gue enggak nyesel filmnya ada, tapi nyeselnya gue itu harusnya orang lain aja yang ngangkat cerita gue. Harusnya gue minta tolong Djamaluddin Malik aja.
DANILA
(Tertawa) Bukannya lo selekan sama Djamaluddin Malik?
USMAR ISMAIL
Kita lebih kayak frenemy. Kayak Kendall dan Kourtney.
DANILA
Jadi menurut lo gue mending ngasih Khayal ke orang lain?
USMAR ISMAIL
Hidup, hidup lo kok. Have fun aja. Gue cuma bilang, yang nomer satu itu bukan bakat ternyata, melainkan mentalitas. Mental lo harus selalu kuat, sis. Lo enggak akan tahu apa yang bisa kejadian.
DANILA
Yang satu itu lo enggak usah khawatir. Gue udah ngumpulin chakra selama dua tahun terakhir khusus buat momen ini. Mau ganti lagu enggak?
USMAR ISMAIL
Lo punya Billie Eillish?
Danila menghabiskan pizza di tangannya dan meletakkan float soda di atas meja. Dia memainkan jarinya di atas kursor laptop dan lagu “Bad Guy” langsung melantun.
DANILA
(Mengangkat dua tangan di udara) WOOOOOOOOO-HOOOOOOOOOO!!! (Mengikuti irama) Dum-da-rararam-dum-da-rararam-dum-dum-da-rararam-dum-dum-da-rararam-dum-- (Menjentikkan jari)
USMAR ISMAIL
(Berpura-pura sedang memegang mikrofon kemudian menyanyikan lirik lagu) “White shirt now red, my bloody nose/Sleeping, you're on your tippy toes/Creeping around like no one knows/Think you're so criminal--“
Keduanya menyanyi dan menari bersama hingga tengah malam.
CUT TO:
21 INT. GEDUNG KANTOR DRIANDO - DALAM KANTIN BASEMENT - SIANG
Danila dan Driando makan siang bersama. Mereka duduk di pojok meja panjang sementara para karyawan lainnya diam-diam mengamati keduanya dari posisi mereka makan. Driando tampak tidak nyaman dengan perhatian yang mereka dapatkan namun Danila sama sekali tidak keberatan.
Danila baru saja memberitahu Driando bahwa drama panggung Khayal berhasil mendapatkan green light dari produser-garis-miring-investornya, Teresa.
DRIANDO
Waah, congratulations.
DANILA
(Wajah berbinar-binar. Senyumnya lebar dan bangga) Terima kasih banyak. Sama-sama. Applause, applause.
DRIANDO
Tapi, ehm, kok Dani bisa tahu, ya, gedung kantor saya di mana?
DANILA
Itu enggak penting. Ayo lanjut makan, makan. Gue yang traktir.
DRIANDO
Maklum, Dani. Saya masih kaget Dani mendadak muncul. (Memperhatikan sekeliling) Banyak yang melototin kita sekarang. Kalo Dani mau makan siang bareng, mungkin ke depannya Dani bisa hubungin saya dulu--
DANILA
(Tidak menghiraukan) Perhatian adalah berkah, Driando. Lo pasti pernah denger pepatahnya, “Mending pernah terkenal tapi kemudian meredup dari pada (Volume suaranya sengaja dikencangkan kemudian menengok ke arah para karyawan di dalam kantin yang masih memperhatikan mereka) enggak pernah terkenal sama sekali dan malah jadi karyawan membosankan!”
DRIANDO
(Menunduk ke piringnya, sangat khawatir dengan umpan balik yang bisa mereka terima) Saya cukup yakin pepatah itu lebih dalam bentuk bisikan. Lanjut makan, Dani, lanjut makan.
DANILA
Whatever. (Kembali ke Driando) Tapi kita masih punya satu PR raksasa lagi: casting.
DRIANDO
Bagaimana dengan yang ngurus panggung... atau bahkan panggungnya sendiri bakal di mana? (Memucat) Oh, shit. Jangan bilang dramanya bakal dipentasin di gedung kantor saya.
DANILA
Tenang. Venue bakal dikasih sama Teresa dan gue udah nyuap dosen almamater gue buat minjemin gue dua puluh mahasiswa buat jadi buruh gratis. Siapa sih mahasiswa yang enggak mau punya nama Danila Dago dan Beta Karim di CV-nya?
DRIANDO
Terus Laura Andini? Udah gimana itu?
DANILA
Adalah laman Wikipedia yang enggak akan pernah di-update lagi selamanya. Gue mikirnya begini: gimana kalo gue cari aktris pendatang baru aja tapi kemudian gue bikin Khayal jadi semacam star vehicle buat dia?
DRIANDO
Oh. Kayak The Star is Born?
DANILA
Yap. Jadi gue udah mintain dosen gue buat bantuin gue scouting talent dan--
Ponsel milik Driando bergetar kencang.
DRIANDO
(Mengangkat panggilan telepon) Halo? (Menyimak, kemudian mengernyit) Ah, bercanda, ah! (Perlahan mukanya menjadi pucat) Oh. (Mengalihkan pandangan ke Danila) Begitu, ya? Oke, saya ke atas sekarang (Menutup panggilan).
DANILA
Ada apa? Muka lo kayak ada setan lagi nungguin lo.
DRIANDO
(Wajahnya pucat dan kalut. Suaranya mendadak parau) Bukan setan. Miror Hanin.
DANILA
(Terkekeh geli) Kok namanya mirip banget sama penyanyi milenial yang lagi laku itu? Sori, tapi gue benci banget sama itu cewek. Mentang-mentang suaranya merdu dikit dan kulitnya lebih putih dikit langsung lagaknya kayak dia bakalan jadi Ibu Negara.
DRIANDO
Miror Hanin yang saya maksud itu memang si penyanyi milenial itu. Bos saya baru aja bilang kalo Miror Hanin lagi nongkrong di kubikel saya sekarang.
DANILA
(Meninju ringan pundak Driando) Cihuy, my man! Cinderella kebalik! Gue masih benci sama dia tapi kayaknya lo emang perlu perbaikin keturunan. Menang lotere, my man!
DRIANDO
Enggak, enggak, enggak, enggak, enggak-- Saya enggak pernah punya urusan ataupun pernah menghirup udara yang sama dengan Miror Hanin. Saya enggak ngerti ngapain dia nongkrong di kubikel saya. Kenapa semua artis bisa tahu di mana kantor saya?
DANILA
(Berpikir sejenak, kemudian meloncat dari kursi) Kancil buaya betina! Gue tahu kenapa dia di sini! Di mana kubikel lo, Driando?
CUT TO:
22 INT. GEDUNG KANTOR DRIANDO - DALAM LANTAI 7 - SIANG
Driando dan Danila melangkah cepat dan melalui berbagai deretan kubikel. Para karyawan yang istirahat makan siang di lantai tersebut sedang berdiri dan melongo ke arah yang sama: Miror Hanin (21) yang sedang duduk-duduk santai di kursi kubikel Driando. Dia menaruh kedua kakinya di atas meja kubikel dan tampak sedang asyik memainkan smartphone.
Miror memiliki rambut yang terlihat segar dari salon: panjang bergelombang dengan rona kemerahan. Kulitnya putih porselen dengan mata yang lebar; ciri khas peranakan blasteran garis-miring pemenang lotere DNA. Lehernya panjang namun tubuhnya agak mungil. Miror mengenakan apa yang tampak seperti concert costume bercorak putih dan emas.
Akhirnya Danila dan Driando tiba di kubikel tersebut. Danila mengeluarkan suara dehaman yang sangat keras. Driando setengah bersembunyi di belakang punggung Danila, tidak yakin dengan apa yang sesungguhnya terjadi sekarang.
MIROR
(Menoleh ke arah mereka berdua kemudian menampilkan senyum dan gigi yang lebar. Miror meletakkan smartphone-nya di atas meja, beranjak dari kursi, tidak menghiraukan Danila, dan langsung memeluk Driando yang ketakutan) Kakak pasti yang namanya Driando, ya? Salam kenal! (Mengamati wajah Driando kemudian memencet kedua pipinya) So fucking cute! (Melepaskan pipi Driando dan beralih ke Danila) Kak Dani, I’m such a big fan of you since--
DANILA
(Mengangkat jari telunjuk) Cut the English bullshit. Ini Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kenapa lo tiba-tiba muncul dan menjajah kubikel sahabat gue?
MIROR
(Tertawa santai) Enggak usah parno, Kak Dani. Kebetulan aku bakal ada event on-air di studio yang enggak jauh dari sini dan selagi ngabisin waktu, aku pikir, kenapa enggak aku coba spend time sedikit sama sahabat baru Kak Danila Dago? (Kembali menengok ke Driando) Ternyata Kak Driando ini lebih ganteng dari yang aku duga, ya? Aku selalu ngira karyawan kayak Kakak bontot dan enggak pernah pake bedak. (Menoleh ke sekeliling) Uhm, mungkin ada baiknya kalo kita ngobrol di tempat yang lebih private-- biar enggak ada kejadian viral lagi. Setuju, Kak Dani? (Tersenyum sinis ke Danila kemudian wajahnya beralih ke Driando lagi) Kak Driando, boleh ajak kita ke meeting room atau semacamnya? Tempat di mana aku sama Kak Dani bisa bicara empat mata aja.
DANILA
Gue menolak. Gue perlu saksi. Driando, lo harus hadir. Sekarang di mana meeting room lo?
DRIANDO
Uhm, secara teknis itu bukan meeting room saya tapi lebih ke meeting room milik bersama. Saya harus minta ijin Head of Department dulu--
MIROR
Jangan khawatir. Tadi aku udah selfie-an bareng Head of Department kamu. Jangankan meeting room-- aku minta ginjal dia juga dia pasti mau banget ngasih.
CUT TO:
23 INT. GEDUNG KANTOR DRIANDO - DALAM MEETING ROOM LANTAI 7 - SIANG
Danila, Driando, dan Miror berada di dalam meeting room. Ketiganya sengaja untuk tidak duduk di kursi, mengantisipasi baku tembak yang bisa dan akan terjadi.
MIROR
(Setengah membanting tas bermerek miliknya di atas meja) Oke, gue rasa basa-basinya udah cukup sampe di sini aja. Kak Dani pasti tahu kenapa gue di sini--
DANILA
(Menyela) Enggak ada role buat lo, lil sis. Sori.
MIROR
Sori?
DANILA
Gue enggak ngerti dari mana lo tahu project baru gue tapi gue bisa bilang kalo enggak ada role buat lo.
DRIANDO
(Salah tingkah) Apa saya perlu bikin notulensi buat percakapan ini atau--
MIROR
(Tidak menghiraukan Driando) Tapi seingat gue pas gue baca naskah Kak Dani dari halaman pertama hingga halaman terakhir, ada satu karakter bernama Dilla yang diceritakan masih kelas 2 SMA--
DANILA
(Melunjak) Jadi Teresa Darwis yang ngirim lo kemari?
MIROR
Jangan Kak Dani marah sama Teteh Teresa. Bukan salah dia kalo anaknya ngefans berat sama gue. Lagian, Teteh sendiri yang bilang kalo Kak Dani perlu star power buat project baru Kakak.
DANILA
Oke. Gue akui itu memang betul. Tapi sayang sekali buat lo karena karakter Dilla adalah karakter utama dan gue enggak cuma perlu star power buat dia tapi juga skill. Sekali lagi: skill!
MIROR
Apa yang bikin Kak Dani mikir kalo gue enggak punya (Jarinya membentuk air quote) “skill”? Gue selalu berakting di setiap video klip gue. Dan harusnya lo lihat poker face gue tiap kali gue duet sama penyanyi yang mendadak fales.
DANILA
Pertama, gue tahu betul kalo air mata di semua video klip lo itu gara-gara balsem. Kedua, yang bakal gue bikin itu adalah drama panggung. Gue yakin skalanya terlalu kecil dan terlalu ngebosenin buat dua setengah juta follower lo. By the way gue lupa: follower lo yang ternyata spambot itu cuma satu juta atau malah dua juta?
MIROR
(Meniru nada bicara Danila) Pertama, semua follower gue terbuat dari daging dan darah. Kedua, pementasan yang lo bilang kecil dan ngebosenin itu bisa bikin Beta Karim tertarik jadi gue pun berpikir, gue rasa gue juga bisa aja ikutan tertarik. Dan buat informasi lo, big sis, gue emang tertarik.
DRIANDO
(Mengangkat tangan kirinya sambil berdeham) Permisi. Boleh giliran saya yang ngomong? Apalagi mengingat Anda berdua ada di kantor saya tanpa diundang. (Beralih ke Danila) Dani, kenapa enggak ngasih Miror kesempatan?
DANILA
(Terkejut oleh sugesti Driando) Dasar, semua cowok sama aja! Ketemu Pretty Young Thing satu menit aja langsung lo--
DRIANDO
(Menyela cepat-cepat. Nadanya gagap) Bukan, bukan begitu. Maksud saya, kayaknya Miror bersungguh-sungguh pengen main di drama Dani. Buktinya, bintang besar kayak dia sampe rela nge-approach Dani sampe-sampe nyaris nge-stalking saya kayak gini.
MIROR
Yes! Thank you, my brother! Gue beneran jalan kaki loh dari studio ke sini. Harusnya lo lihat muka semua orang di luar. Kayaknya mereka kira gue cosplayer.
DANILA
(Kepada Miror) Driando bukan brother lo! Dia brother gue duluan! Mentang-mentang lo campuran Belanda lo pikir lo bisa ngerebut apa yang menjadi milik orang Indonesia-- lagi!
MIROR
Dan gue udah bilang di seribu satu cover majalah gue kalo gue campuran Belgia, dongo!
DANILA
I-D-G-A-F! (Kembali ke Driando) Sori, brother, tapi lo enggak ngerti. Gue enggak bisa nge-casting drama gue, terutama karakter utama gue, ke seseorang yang pengalaman aktingnya sama dengan negatif nol! Gue enggak peduli seberapa terkenal dia atau seberapa bagus suaranya, oke? Ini bukan operet musikal.
DRIANDO
Miror mungkin bukan superstar yang Dani pengen, tapi Miror tetep adalah superstar. Beta Karim memang keren punya, tapi dia bukan Miror Hanin. Itu harus kita akui.
DANILA
(Mulai komat-kamit sendiri) G-g-gue bisa nemu yang lebih baik lagi dari pada cewek bule ini--
DRIANDO
Saya paham betul kalo dunia ini sangat asing buat saya, tapi bukannya salah satu tanggung jawab sutradara adalah membimbing aktornya? Veteran maupun pemula.
DANILA
(Mengerang) Argh, jangan mendadak lo khotbahin gue mengenai tanggung jawab sutradara--
MIROR
(Menyela Danila dan Driando) Oke, ini mulai annoying. Kak Dani, gue ngerti. Lo enggak suka sama gue. Ya, gue juga enggak suka sama lo. Tapi bukan berarti itu artinya kita enggak bisa berkolaborasi. Asli, gue benci banget sama semua temen duet gue tapi lagu gue tetep nge-hit, tuh.
DRIANDO
Bukannya Miror pernah duet bareng Koes Plus?
MIROR
(Tidak menghiraukan Driando) Bukankah ada kalanya enggak saling menyukai justru adalah profesionalisme yang produktif? Buktinya, David Lean dan Peggy Ashcroft enggak saling suka tapi mereka bisa bikin A Passage to India. (Danila dan Driando melihat Miror dengan wajah terkejut) Ya, gue nonton filmnya. Dan gue baca novelnya. Dua kali. Dan gue cukup yakin cuma gue manusia di ruangan ini yang tahu siapa itu Achdiat Karta Mihardja.
DRIANDO
(Kepada Danila) Kayaknya orangnya juga pekerja keras, Dani.
MIROR
Kalian berdua enggak tahu apapun mengenai gue. Berikan Dilla ke gue dan gue bakal tunjukkin kerja keras gue.
DANILA
(Terdiam, namun masih memelototi Miror. Wajahnya cemberut namun lebih lunak dari sebelumnya) Bayarannya kacang.
MIROR
Gue yakin enggak sekacang gaji sahabat lo tapi kayaknya sahabat lo ini hidup-hidup aja.
DANILA
Dan gue bakal lebih kejam dari pada David Lean.
MIROR
Uuuh, gue takut banget.
DANILA
(Mengangkat tangan di udara lalu membalikkan badan) Enggak! Sori. Gue udah berusaha open-minded tapi pada akhirnya gue enggak bisa! (Berjalan hilir mudik mengelilingi meeting room. Mulutnya komat-kamit) Gue enggak bisa. Gue enggak bisa. Gue enggak bisa. Golden Lion-ku tersayang--
MIROR
Trade-off!
DANILA
(Menghentikan langkahnya lalu berpaling kaku kepada Miror) Apa tadi?
MIROR
Trade-off. Lo maksa gue buat mengeluarkan senjata pamungkas gue. Lo casting gue sebagai Dilla buat drama panggung lo dan sebagai gantinya... (Menghela napas panjang) gue kasih Valentino Rasyid buat drama lo.
DANILA
(Matanya berbinar-binar) Valentino Rasyid? K-Kok-- K-Kenapa bisa lo--
MIROR
(Menyela lagi) Dia pacar gue sekarang. Well, lebih dalam artian ekonomis. Gue perlu bikin album gue platinum dan Valen perlu menghempas rumor kalo dia adalah musuh sejuta wanita. Anyway, dia udah selesai syuting film Netflix dia dan gue rasa gue bisa ngebujuk dia buat meranin kakak laki-laki Dilla.
DANILA
Dia juga udah baca naskah drama gue?
MIROR
Kagak, tapi lo enggak perlu khawatir mengenai yang satu itu karena basically si dongo itu enggak punya pilihan. Gue rasa meski Kak Dani enggak sreg sama cewek internasional, beda lagi ceritanya untuk aktor yang go international. Betul?
DANILA
(Terdiam. Wajahnya sulit dibaca. Ia mengusap dagunya sambil berpangku tangan, menunjukkan bahwa ia mulai serius mempertimbangkan sugesti Miror) Lo yakin Valen bakalan mau? Gue enggak akan bisa ngasih bayaran selevel Netflix.
MIROR
(Mengacungkan jari ke dada sendiri) Dilla. (Mengacungkan jari ke arah Danila) Valen. (Mengangkat alis sambil tersenyum penuh percaya diri) Simple.
DANILA
Oke, fine! Gue rasa gue bisa menolerir kehadiran lo di panggung gue selama ada Valentino Rasyid yang nutupin keamatiran lo.
MIROR
Untuk selanjutnya manajer gue bakal ngubungin lo dan (Melihat ke jam tangan) sayangnya gue harus balik ke studio dalam waktu lima menit. (Merekahkan senyuman setengah sinis) Selamat menjalani sisa hari ini, Kakak Sutradara. Dan Kak Driando, mohon pastikan Kak Sutradara ini enggak berbuat bodoh sampe waktunya opening night.
Miror berjalan cepat meninggalkan meeting room. Danila dan Driando masih berada di dalam, menatap punggung Miror yang semakin lama semakin menjauh dari dinding kaca tembus pandang.
DANILA
Gue enggak percaya gue baru aja jadiin Miror Hanin sebagai lead actress gue.
DRIANDO
Iya.
DANILA
(Merengut) Dan nama macam apa itu “Miror Hanin”? Nama dia kayak judul film horror Thailand.
DRIANDO
Iya.
DANILA
Nama dia kayak nama band indie yang ngakunya soft rock tapi ternyata acoustic pop.
DRIANDO
Iya.
DANILA
Nama dia kayak mahasiswa pascasarjana yang mendadak dropout kuliah buat jadi social influencer.
DRIANDO
Saya dari tadi udah ngerti maksudnya Dani. Tapi saya baru inget-- enggak apa-apa nih nge-casting mantan pacarnya Laura Andini? Saya kira Dani lebih loyal ke Laura.
DANILA
You know what? Gue loyal ke siapapun yang enggak langsung berhenti di tengah jalan. Gue bahkan berpikir Valentino Rasyid lebih berbakat dari pada Laura Andini. Ini adalah keputusan yang tepat. Ini sungguh adalah keputusan yang amat sangat tepat. Gue toh tinggal khawatir sama si Miror doang. Iya, kan? Gampang aja. Gue tinggal menyutradarai itu anak dengan tangan besi. Kita lihat aja apakah vanilla impor dari Belgia itu tahan digiling sama baja asli dari tambang Cilegon.
DRIANDO
Apa ada artis lagi yang mau nge-stalking saya hari ini?
Ponsel milik Danila bergetar kencang. Danila tidak mengenali Caller ID yang muncul pada layar ponselnya.
Danila mengangkat panggilan tersebut lalu mendekatkan layar pada telinga kirinya.
DANILA
(Gelagatnya waspada) Halo, selamat siang? Ini dengan siapa?
LAURA
(Suaranya melengking) Tega banget lo, Kak Dani!
DANILA
(Mengernyit) Sori, siapa ini? (Menyalakan fitur speaker. Driando turut membungkuk mendekati layar ponsel Danila)
LAURA
(Masih melengking dan suaranya makin bergetar. Terdengar pula isakan air mata) Oh, ini Laura Andini! Masih inget, Kak Dani? Aktris jaman kemarin sore yang baru aja Kak Dani tusuk dari belakang lima detik yang lalu? Tega banget! Tega!
DANILA
Sori, gue enggak ngerti kenapa lo mendadak gila begini.
LAURA
Kakak nge-casting si Valen di project terbaru Kakak dan bukannya gue? Ini gue loh, Kak! Yang main di film pertama Kakak pas si Valen masih kacung kampret di dunia ke-sinetron-an! Gue kira lo lebih loyal sama gue dari pada sama si kacung kampret! Apa maksudnya pengkhianatan ini?
DANILA
(Nadanya dipaksa halus dan pelan) Laura sayang, lo sama Valen kan udah masa lalu banget. Laura juga udah punya suami dan anak. Udah saatnya buat move on. Lagipula-- Bentar! Dari mana lo tahu kalo gue ngegaet Valentino Rasyid?
LAURA
Dari Insta-nya si vanilla Belgia itu, Kak Dani! (Nadanya mengolok) “So excited me and my luv finally in a project together with Kak Dani XOXO” (Nadanya kembali seperti semula) terus dikasih seribu satu emoji kayak bocah 13 tahun! Pake bahasa Indonesia, dasar cewek milenial sotoy! Dan nama macam apa itu, “Miror Hanin”? Nama dia kayak nama karnaval lokal yang diem-diem rumah prostitusi!
DANILA
(Membungkam ponselnya kemudian menoleh ke Driando. Nadanya mendesis jengkel) Si vanilla Belgia itu udah ngumumin ke sejuta umat! Dua setengah juta follower sialan! (Melepaskan telapak tangannya dari speaker ponsel kemudian mengembalikan perhatiannya kepada Laura) Oke, Laura. Tenang dulu ya sebentar. Tadinya gue pengen nawarin lo tapi ngelihat lo udah jadi full-time mom, gue mikirnya lo pasti enggak akan tertarik. Terus, gue enggak bisa langsung mecat Valen hanya buat ngejaga perasaan lo. Makes sense, kan? Business is still business. Lagian, gue yakin lo bakalan makan hati banget main bareng di satu project sama mantan lo--
LAURA
Enggak! Gue enggak peduli! Pokoknya gue pengen main di drama Kakak! Enggak apa-apa kalo gue enggak jadi pemeran utamanya. Masih ada peran cewek yang tersisa?
DANILA
Ada, sih, tapi--
LAURA
Gue ambil itu! Kirim naskahnya via email! Gue enggak peduli! (Suara rengekan bayi menggema) Astaganaga, Marwen! Enggak lihat apa Mama lagi ngerencanain balas dendam sama mantan pacar Mama? (Suara rengekannya semakin kencang) Jangan kamu nge-judge Mama! (Kembali ke Danila) Gue tunggu naskahnya nanti malam. (Laura langsung menutup panggilan)
Danila dan Driando terdiam. Mata mereka kosong dan terpaku pada ponsel di tangan Danila.
DRIANDO
Dani... (Menunduk sambil berpikir) Bukannya cuma ada dua, ya, peran cewek di dramanya? Yang satu Dilla dan yang satunya lagi--
DANILA
(Melanjutkan kalimat Driando) Emaknya Dilla. Yap. By the way, emaknya Dilla ini juga adalah emaknya kakak laki-lakinya Dilla, yang akan diperankan oleh si Valen.
DRIANDO
(Meringis) Eeeeeewwwwww... Jadi Laura Andini bakal jadi emak mantan pacarnya?
DANILA
Emak mantan pacarnya dan emak pacarnya mantan pacarnya dan bini opa-opa dari era Orde Lama.
DRIANDO
(Semakin meringis) Eeeeeeeeewwwwww.... Bukannya itu melanggar undang-undang kesenian, ya?
DANILA
Ironisnya dengan muka dan bodinya si Laura sekarang, orang enggak akan kaget kalo dia punya dua anak beranjak dewasa.
DRIANDO
Jadi, Dani serius bakalan nge-casting Laura Andini juga?
DANILA
Sori, bro, tapi gue lebih enggak mau tiba-tiba didatengin sama itu orang. Anak bayinya di tangan kanan dan pisau belati di tangan kiri, menanti leher mungil gue. Dan undang-undang kesenian menyatakan, kita boleh bayar murah aktor yang lagi putus asa.
DRIANDO
Emangnya Valentino Rasyid ngelakuin apa sih sampe Laura Andini naik pitam begitu?
DANILA
Gue juga enggak ngerti. Yang bisa gue bilang cuma, enggak pernah happy ending kalo dua aktor saling pacaran. Kalo pengen langgeng, mending pacaran sama anak bos sekalian.
DRIANDO
Uang memang bisa membeli kebahagiaan.
Ponsel Danila bergetar untuk kedua kalinya. Kali ini Danila mengenali Caller ID yang muncul. Danila mengangkat panggilan dengan wajah lelah dan langsung menyalakan fitur speaker. Driando kembali mendekatkan wajahnya pada layar ponsel.
DANILA
Biar aku tebak. Teteh pasti nelepon gara-gara Miror dan Valen.
TERESA
Biar aku tebak juga. Kamu pasti baru disemprot sama Laura Andini.
DANILA
Kok tega banget Teteh nawarin project aku ke Miror Hanin di belakang punggung aku?
TERESA
Supaya kita bisa dapet Miror Hanin dan Valentino Rasyid. Bukannya ada pepatahnya, ya? “Lempar dua penyamun dengan satu batu” or something...
DANILA
Dan Laura Andini? Dia bagian dari masterplan Teteh juga?
TERESA
Saya tahu kamu kecewa berat sama dia tapi ironisnya dengan muka dan bodi si Laura sekarang, orang enggak akan kaget kalo dia meranin emak mantan pacarnya dan emak pacarnya mantan pacarnya. Setuju?
DANILA
(Menggelengkan kepala) Memang kejam dunia hiburan ini.
TERESA
Enggak kejam. Jahat, tapi enggak kejam. Perlu aku ingetin sekali lagi kalo modal lima ratus juta berasal dari kocek aku?
CUT TO:
24 INT. RUANG WAWANCARA - DALAM - MALAM
Kembali ketika Jurnalis mewawancarai Teresa.
TERESA
(Menghadap ke kamera) Ini satu yang harus dipahami: Nge-backing project seperti Khayal adalah tindakan yang risky-- apalagi cuma ada empat karakter sepanjang cerita. Itu artinya empat-empatnya harus diisi oleh aktor yang mungkin enggak paling berbakat, tapi jelas harus yang paling bersinar. Waktu itu Miror Hanin dan Valentino Rasyid udah kayak couple of the decade. Apakah mereka setting-an? Jangan tanya saya-- tanya aja mereka. Bukan urusan saya. Yang menjadi urusan saya adalah menjual project ini ke masyarakat. Saya pun juga berpikir, bisa aja kita ngejual drama yang terjadi behind the scene. Iya, saya tahu betul sejarah antara Valentino Rasyid dan Laura Andini. Media suka banget sama yang namanya cinta-segitiga-realita dan sekali lagi saya tekankan, project Khayal ini wajib banget harus berhasil. Entah apa yang Opa saya akan katakan kalo semua ini hancur berantakan. Astaga, membayangkan segala macem ejekan dan guyonan Opa aja udah bikin saya pengen muntaber. Kamu tahu, enggak? Opa saya ogah banget perusahaannya dipimpin oleh perempuan, meski perempuan yang dimaksud adalah cucu semata wayangnya sendiri. Dasar kakek tua bangka seksis! Jadi taruhannya memang besar di sini, baik buat Darwis Group maupun buat saya secara pribadi.
JURNALIS
Jadi Anda tidak menyesali strategi dan manipulasi yang Anda lakukan saat itu?
TERESA
Saya cuma bisa mengatakan, bahwa pada akhirnya, saya bukanlah seniwati. Saya adalah seorang pebisnis.
CUT TO:
25 INT. GEDUNG KANTOR DRIANDO - DALAM MEETING ROOM LANTAI 7 - SIANG
Kembali ketika Teresa menghubungi Danila.
DANILA
(Menghela napas panjang sambil memijat pelipis kanannya) Itu artinya pemeran sudah lengkap, ya? Miror Hanin sebagai Dilla, Valentino Rasyid sebagai Delvin sang kakak, dan Beta Karim dan Laura Andini sebagai orang tua mereka Matias dan Marsela. Apa ada keluhan?
TERESA
Enggak ada. Rasa-rasanya dengan cast ensemble seperti ini, drama Khayal kita pasti bakalan berjalan lancar. Dan Dani: drama ini memang wajib banget harus berjalan lancar.
CUT TO:
26 EXT. TROTOAR - LUAR - SORE
Danila berjalan kaki menyusuri trotoar. Dia meninggalkan gedung kantor Driando dan berniat menuju destinasi selanjutnya. Trotoar yang ditelusurinya tidak terlalu hiruk-pikuk dengan pejalan kaki namun hawa udara di sekitar Danila masih cukup panas dan sepoi-sepoi angin debu mulai mengibaskan rambutnya. Akan tetapi, semua itu tidak berhasil menyurutkan konsentrasi Danila.
Langkah Danila lincah dan mantap. Danila merengutkan sekujur garis pada dahinya sembari ia berpikir keras. Mulutnya komat-kamit sementara matanya terpaku pada aspal yang dipijaknya selangkah demi selangkah. Danila menggenggam tali tas lempangnya dengan erat, seolah tali tas tersebut adalah sabuk pengaman.
Ketika Danila masih tenggelam di dalam angan-angannya, Sjumandjaja --mengenakan kaos berkerah dengan rambut abu-abu yang memanjang-- mengetuk punggungnya.
Danila terperanjat dan langsung membalikkan badannya.
DANILA
Kampret lo! Jangan ngagetin gue gitu dong! Enggak lihat kalo gue lagi konsen?
SJUMANDJAJA
(Terkekeh puas akan reaksi Danila) Lo harusnya bersyukur gue ngebangunin lo dari angan-angan aneh lo. Muka lo udah nyeremin banget tadi kayak polisi Kenpeitai lagi patroli di jalanan. Cerita sama gue, ada apa?
DANILA
(Kembali melanjutkan langkahnya. Sjumadjaja ikut berjalan di samping Danila) Enggak deh. Bukannya pengen bikin lo tersinggung, tapi lo itu di urutan paling bawah daftar sineas favorit gue-- Indo dan non-Indo.
SJUMANDJAJA
Really? Lebih bawah dari pada Uwe Boll?
DANILA
(Berpikir sejenak) Oke, mungkin masih di atas Uwe Boll.
SJUMADJAJA
(Tertawa lagi) Hanya karena Budak Nafsu enggak ngeklik di hati lo, bukan berarti gue enggak kredibel. Yang namanya seni itu kan memang ranah yang sangat subyektif. Lagipula lo setidaknya harus mengakui kalo perfilman Indonesia enggak akan kayak sekarang kalo bukan karena Budak Nafsu.
DANILA
Ya, terima kasih banyak telah memperkenalkan sifilis ke tanah air tercinta.
SJUMANDJAJA
Fine. Seorang seniman memang harus punya kulit tebal buat menerima kritikan. Gue berharap lo juga pasang kulit yang sama.
DANILA
(Menoleh ke Sjumandjaja namun langkahnya tidak berhenti. Alisnya nyaris menyatu sempurna) Apa maksudnya itu?
SJUMANDJAJA
Bitch, please. Lo tahu betul lo bakalan dapet bingkisan berpita hitam dari media dan (Jari membentuk air quotes) “netizen” di luar sana. Apalagi ‘ntar pas press conference. Aaah... Gue inget masa-masa itu. Gue dan aktor-aktor gue berada di ruangan tertutup, pasang senyum palsu di depan kamera buatan Penjajah Jepang, lalu mengutarakan berbagai macam bullshit. Pura-pura kita saling akur dan bahwa kita berkolaborasi bukan karena sensasi melainkan karena kita (Jari kembali membentuk air quote) “jatuh cinta dengan pesan moral dari cerita”. Ironisnya adalah gue belajar kalo aktor itu harus menampilkan akting terjitu mereka enggak pas syuting, tapi pas press conference. Dan kayaknya tantangan lo lebih gede dari pada pas jaman gue.
DANILA
Maksud lo si Miror Hanin? Gue udah bilang, gue bakalan pake tangan besi sama dia.
SJUMANDJAJA
Bukan cuma dia, sis. Gue tahu betul dan lo tahu betul dan media massa bakalan tahu betul kalo lo harus ngegiring bukan hanya satu ekor, melainkan kawanan serigala kesetanan mulai hari ini hingga opening night. Lo mau saran dari gue?
DANILA
Enggak juga.
SJUMANDJAJA
Saran dari gue, buat makan siang cukup kasih mereka nasi sama ikan teri. Jangan mau diajak kompromi terkait naskah. Terakhir, kalo lo ngerasa stuck, masukin adegan telanjang.
DANILA
Saran macem apa tuh? Bitch, please.
CUT TO:
27 INT. RESTORAN HOTEL BINTANG EMPAT - DALAM - PAGI
Danila mengenakan dress berwarna navy blue. Kepalanya masih dihiasi oleh beberapa roll rambut dan matanya terpana sambil mengamati apa yang ada di balik tirai merah: segerombolan jurnalis dan reporter yang hiruk-pikuk menguasai satu lantai restoran. Terdapat beberapa pelayan restoran yang sibuk menggotong beberapa kursi ekstra ke lokasi press conference. Sementara itu, para tamu hotel yang penasaran turut berbaur bersama para reporter. Suasana menjadi semakin ramai dan berisik.
Teresa, mengenakan busana hijab yang tidak kalah mewahnya, menghampiri Danila.
TERESA
(Terdecak kagum akan penampilan Danila) Wow, ada yang baru belanja sampe limit kartu kreditnya habis, nih!
DANILA
Setelah vakum dua tahun lamanya, aku enggak pengen media berpikir aku udah jadi gembel. Ini kan momen comeback aku; harus tampil yang terbaik! Teteh udah lihat wartawan di luar?
TERESA
(Ikut mengintip dari balik tirai merah) Kelihatannya strategi aku berhasil.
DANILA
(Tidak menghiraukan ucapan Teresa) Lihat, kan? Lihat, kan? Holy shit! Aku kira cuman bakalan ada dua puluh wartawan doang! Emang dunia sebegitu kangennya ya sama aku? Aku tersentuh. Asli, aku tersentuh. Apa aku harus siapin semacam pidato atau-- apa kita harus siapin live music?
TERESA
Jangan langsung ge-er dulu, Dani. Mereka di sini cuma buat nyaksiin Miror Hanin, Valentino Rasyid, dan Laura Andini duduk di satu meja bareng. Bukan kamu yang jadi bintang utamanya di press-con ini.
DANILA
Mungkin pada awalnya, tapi bakal aku pastiin bahwa pada akhirnya adalah muka Danila Dago yang menghiasi headline mereka. Ngomong-ngomong, udah pada di mana si pasangan setting-an itu?
MIROR
Gue di sini, Kakak Sutradara.
Danila dan Teresa berbalik, mendapati Miror berdiri di belakang mereka sambil mengenakan dress warna aquamarine yang tidak kalah modis. Karena kecerahan warnanya, tampak bahwa Miror lebih menonjol dari pada Danila.
DANILA
Ngapain lo pake dress?
MIROR
Ngapain Kak Danila pake dress?
DANILA
Karena ini adalah momen comeback gue. Alasan lo apaan?
MIROR
Karena gue adalah lead actress-nya.
TERESA
Kamu kelihatan keren.
MIROR
(Tersenyum lebar) ‘Makasih banyak, Teteh Teresa.
DANILA
(Menjentikkan jari ke Miror dan Teresa) Woy, woy, woy-- fokus! Kenapa lo juga harus pilih warna biru? Emangnya gue bridesmaid lo apa? Terus pacar sewaan lo udah nyampe belum?
MIROR
Valen udah nyampe kok. Lagi team meeting sebentar di basement parkiran.
DANILA
(Mengernyit) Team meeting tapi enggak ngajakin kita-kita?
MIROR
Maksud gue, dia lagi rembukan sama manajer dan para bodyguard-nya. Ngebahas masalah keamanan.
DANILA
Bodyguard? Keamanan? Apa gunanya dia punya perut six-pack kalo dia masih takut ngejotos preman sendirian? Dan apakah bakalan ada preman pas press-con? (Menoleh ke Teresa; Teresa hanya mengangkat bahunya)
MIROR
Panjang ceritanya. Boleh aku tekankan ke Kak Danila bahwa aku datang ke lokasi tepat pada waktunya? Bahkan justru lebih awal. Dan gue udah nepatin janji gue buat ngebawa Valentino Rasyid. (Tersenyum bangga) Lihat kerja keras gue sejauh ini?
DANILA
Congratulations. Kalo lo gagal jadi penyanyi, lo punya prospek buat jadi mucikari. (Muncul satu getaran dari ponsel di tangan Danila. Dia segera membaca pesan pada layarnya) Pak Beta udah mau nyampe dan Laura Andini harusnya udah di sini juga.
MIROR
Laura Andini? Laura Andini mantannya Valen? Bentar... (Berpikir) Laura Andini bakalan jadi emak gue dan Valen?
DANILA
Karakter sang ibu adalah yang paling kompleks di dalam cerita dan gue menilai hanya Laura Andini yang bisa--
MIROR
Biar gue tebak: dia nge-bully lo buat dapet peran juga supaya dia bisa balas dendam sama si Valen. Iya, kan?
DANILA
Gue bingung, lo kepengen jadi aktris atau lo kepengen jadi detektif?
TERESA
Terlepas dari itu, kita berharap kamu tetap bisa profesional bareng Valen dan Laura nanti. Keputusan casting ini enggak akan bikin kamu baper atau jiper, kan, Miror?
MIROR
Sejak kapan perasaan diperlukan dalam hal berseni peran?
TERESA
Kamu akan menjadi aktris yang hebat.
Beta turut bergabung bersama Danila, Teresa, dan Miror. Beta mengenakan kaos berkerah casual dan wajahnya tampak brewok tanpa adanya tanda-tanda male grooming. Danila mencium aroma rokok dan alkohol dari Beta namun dia tidak yakin apakah Teresa dan Miror juga mencium aroma yang sama. Danila memutuskan untuk tidak memberikan komentar apa-apa.
DANILA
(Menjabat tangan Beta) Pak Beta, terima kasih banyak sudah menyempatkan waktu untuk press-con. Saya harap saya enggak menginterupsi kesibukan Bapak.
BETA
(Mengangkat bahu. Nadanya cuek) Saya cuma tidur-tiduran doang di rumah.
DANILA
Oke... Terima kasih banyak atas kejujurannya tapi usahakan mukanya dibikin lebih ceria lagi pas press-con. (Memaksakan senyuman ceria kemudian berpaling ke wajah Beta, Miror, dan Teresa satu per satu) Kita adalah tim, oke? Sebuah tim harus kompak nge-bullshit wartawan di luar sana. Ngomong-ngomong soal bullshit (Kembali ke Miror), si Valentino Rasyid masih team meeting sama algojo dia?
Laura menghampiri mereka dengan langkah yang cepat dan napas yang terengah-engah. Sama halnya dengan Danila dan Miror, Laura juga mengenakan dress formal namun berwarna hijau. Keringat membasahi rambut dan pelipisnya.
Semua orang bisa melihat bahwa dress yang dikenakan Laura agak kekecilan untuk tubuhnya.
LAURA
(Terengah-engah) Sori, sori, sori... Tadi gue harus ngepompa susu buat Marwen di kamar mandi.
MIROR
(Wajahnya merengut jijik) What the fuck--
LAURA
(Menyambar Miror) Cuy, gue adalah lo lima tahun lagi! (Mengamati penampilan Miror, kemudian menoleh ke Danila dan mengamati penampilannya juga) Kenapa kalian pada pake dress? Kok jadi kayak prom night di sini?
DANILA
Lo juga, kenapa ikut-ikutan pake dress?
LAURA
Karena gue adalah lead actress-nya. Dan gue juga udah vakum lumayan lama. Harus tampil yang terbaik.
MIROR
(Menahan ketawa) Again, what the fuck...
LAURA
(Menghardik Miror) Bahasa Indonesia, cewek impor!
TERESA
(Terkejut dengan ucapan Laura mengenai dia adalah lead actress) Laura? Sori, tapi kamu-- Kamu bukan aktris utama Khayal.
LAURA
(Mematung) Gue enggak ngerti.
TERESA
Miror Hanin yang memerankan Dilla. Kamu memerankan Marsela, ibunya Dilla.
LAURA
Wait. (Menoleh ke Danila) Ini serius, Kak Dani?
DANILA
Kamu sendiri yang bilang kalo kamu bersedia meranin siapa aja!
LAURA
(Mengambil satu langkah ke belakang) S-s-s-s-sebentar... Sebentar, sebentar, sebentar. Sebentar! (Nadanya mulai histeris) Gue jadi Emak? Gue justru bela-belain main di drama panggung ini karena gue bosen jadi Emak di film dan gue bosen jadi Emak di kehidupan nyata dan gue malah jadi Emak di drama panggung kalian? Emak? Kak Dani, lo pengen gue jadi Emak si milenial tengil ini?
MIROR
Secara teknis gue masuk Gen Z.
DANILA
(Menambahkan ucapan Miror) Sama Valen juga. Lo bakal jadi emaknya si Gen Z tengil dan si Valen.
LAURA
(Semakin histeris) Dan menurut lo gue kelihatan kayak gue pernah ngelahirin mantan cowok gue sendiri? Mantan cowok yang usianya setahun lebih tua dari gue?
TERESA
Dan cewek blasteran usia 20 tahun.
MIROR
Secara teknis tahun ini gue 21.
LAURA
(Berusaha mencari kursi. Matanya liar dan bahasa tubuhnya berantakan. Kemudian Laura duduk di atas kursi dan dia mulai merasakan sensasi claustrophobic) Gue enggak bisa. Sori, tapi gue enggak bisa. Gue enggak bisa. Menjadi ibu sungguh suatu berkah, tapi enggak, gue enggak bisa. Gue enggak bisa. Gue enggak bisa bernapas--
DANILA
(Meluncur ke kursi Laura dan langsung menggenggam pundaknya. Mata Laura masih meliar) Laura? Laura? Lihat mata gue! Laura?
LAURA
(Menelan ludah lalu akhirnya menatap mata Danila) K-Kak Dani?
DANILA
(Sambil berpikir keras) Oke. Jadi begini. Faktanya adalah... Oke. Bentar. Satu detik lagi. Gue dapet. Yap! Jadi begini... ibu tokoh utama adalah karakter yang paling kompleks. Iya, kan? (Mendongak ke Teresa) Iya, kan, Teteh Teresa?
TERESA
(Menyadari sinyal yang hendak dikirimkan oleh Danila kepadanya) I-Iya. Sangat, sangat kompleks! Sangat juicy buat diperankan! Dia misterius--
DANILA
Enggak bisa ditebak.
TERESA
Romantis--
DANILA
Tapi dingin.
TERESA
Orangnya kuat--
DANILA
Tapi juga lemah.
TERESA
Cerdas--
DANILA
Tapi enggak pake otak. Dan gue yakin, lo pasti enggak akan enjoy meranin si Dilla! Please, deh, bo! Pada dasarnya karakter Dilla kan cuman gadis SMA jaman Orde Reformasi! Memangnya apa sih tantangannya? (Mendongak ke Miror) Iya, kan, Miror? Lo meranin tokoh utama karena gampangnya doang, kan? (Memberikan kedipan mata ke arah Miror)
MIROR
(Menyadari sinyal yang dikirimkan oleh Danila. Nadanya datar) Ah... Iya... Gue enggak suka tantangan. Karena gue dulu SMA di Belgia, gue cuma pengen ngerasain rasanya make seragam OSIS.
DANILA
Tuh! Dan tahu enggak, Laura? Kalo misalkan drama ini sukses dan penampilan lo aduhai, mungkin... mungkin aja... mungkin banget... mungkin gue bakal bikin dua tokoh utama perempuan buat versi filmnya!
LAURA
(Terpana) Serius?
DANILA
Atau enggak, persetan! Gue bikin karakter lo sebagai tokoh utamanya! Dan di versi filmnya juga, enggak perlu ada dua anak segala! Laura bukan lagi Emak-Emak! Laura adalah... Laura adalah neurologis muda yang lagi ngadain ekspedisi berbahaya ke Afrika! Keren enggak, tuh?
LAURA
Tapi... bukannya itu melenceng banget dari premis aslinya?
DANILA
Gue penulisnya, sis! Gue masukin alien kepala tiga sama siluman harimau putih juga, siapa sih yang berhak komplain? Tapi semua itu baru bisa kejadian kalo Laura menenangkan diri dulu dan menghargai komitmen yang udah Laura buat untuk drama panggung Khayal ini. What do you say?
LAURA
(Menelan ludah beberapa kali kemudian mengangguk kencang) Iya. Oke! Sori, gue malah jadi kayak orang gila begini (Memaksakan tawa terbahak-bahak). Tentu aja gue bakal hargai komitmen yang udah gue buat. Oke. Gue siap buat press-con.
DANILA
(Membantu Laura bangkit dari kursi) Itu baru pemenang Piala Citra yang gue kenal! Sekarang, boleh Laura ganti baju sebentar? (Menoleh ke Teresa) Teteh punya kaos belel sama celana training buat supporting actress kita?
TERESA
Kita bisa pinjem dari OB. Sebentar, ya.
Sementara Teresa mengantar Laura untuk mengganti bajunya, Danila melepaskan napas lelah dan mulai melepas roll rambutnya. Miror mengamati Danila.
MIROR
Asli, gue terpana.
DANILA
Sama rambut gue atau sama bullshit gue?
MIROR
Gimana caranya Kak Dani ngelakuin semua itu?
DANILA
Penulis adalah penipu romantis. Bicara soal penipu, di mana si Valen--
Ponsel Miror bergetar kencang. Dengan bangga Miror menyodorkan layar ponsel --dengan Caller ID bertuliskan “Valen”-- ke hidung Danila.
MIROR
Rejeki anak soleh.
DANILA
Whatever.
MIROR
(Meletakkan layar ponsel ke telinga kanannya) Woy, lama amat lo-- (Terdiam, kemudian mengernyit) Enak aja! (Terdiam lagi, kemudian air muka Miror menjadi masam) Mending lo yang ngomong sendiri sama-- (Miror langsung menatap layar ponselnya, menandakan lawan bicaranya menutup panggilan secara tiba-tiba. Sekujur wajahnya memerah kesal. Miror menggigit bibir bawahnya sambil menggeram) Dasar orang sedeng! (Menoleh ke Danila) Valen enggak bisa ikutan press-con.
DANILA
Lo bilang dia udah di parkiran!
MIROR
Dia memang udah di parkiran, tapi dia berubah pikiran gitu.
DANILA
Berubah pikiran? Maksud lo dia enggak mau main di Khayal lagi? Dia udah teken kontrak, loh!
MIROR
Dia masih mau, cuman... dia lagi enggak mood ketemu sama wartawan. Apalagi dia sempet ngintip dan bejibun banget, kan, wartawan di luar sana.
DANILA
Enggak mood? Kenapa emangnya itu anak? Lagi ketularan campak? Ada jerawat yang menjelma jadi tompel? Mentang-mentang udah go international langsung kayak diva lagaknya!
MIROR
Mungkin Kak Dani sebaiknya enggak langsung nge-judge--
Teresa kembali bersama Laura. Kini Laura mengenakan setelan yang lebih kelihatan seperti pakaian untuk jogging.
TERESA
(Menoleh kesana-kemari, mengamati air muka semua orang) Ada apa? Apa yang terjadi?
DANILA
Aktor utama kita mendadak jiper ikutan press-con!
TERESA
Hah?
LAURA
(Berkacak pinggang) Paling dia langsung ngeri ngebayangin gue bakalan ngebantai dia di depan kamera. Itu baru yang namanya enggak profesional, Kak Dani. Syukurlah gue selalu profesional.
TERESA
Tapi kita enggak bisa ngomong ke wartawan kalo enggak ada lead actor kita!
DANILA
Kita bisa! Kita masih bisa, Teteh! Dress yang gue pake ini enggak akan sia-sia! Gila aja gue biarin bocah ingusin kayak dia ngehancurin momen gue! (Menyalakan layar ponselnya, memperhatikan jam) Saatnya kita keluar. Apa kalian siap?
Teresa, Miror, Laura, dan Beta secara kompak menjawab dengan “ENGGAK”.
DANILA
Gue anggap maksud kalian adalah “IYA”. Let’s go!
Secara bergiliran, Danila, Miror, Laura, Beta, dan Teresa keluar dari balik tirai merah. Masing-masing dari mereka melambai kepada para wartawan seraya jepretan kamera bermunculan dari berbagai penjuru. Mereka kemudian mengambil posisi di atas sofa, menggenggam mikrofon yang sudah disiapkan di dekat kaki mereka, dan merekahkan senyum penuh antusias. Seantero ruangan menjadi lebih bising dari sebelumnya seraya nyaris setiap wartawan dan reporter yang hadir mulai mengacungkan tangan mereka dan mengajukan pertanyaan secara bersamaan.
DANILA
(Berbisik kepada Miror sambil mencengir riang) Mereka bener-bener kangen sama gue!
MIROR
(Berbisik dari balik giginya) Mungkin jangan langsung seneng dulu, Kak.
DANILA
(Menyalakan mikrofon) Selamat pagi, teman-teman media sekalian! Sebelumnya terima kasih banyak telah hadir untuk menyaksikan proyek comeback aku setelah dua tahun lamanya kita tidak bersua--
WARTAWAN #1
(Melolong kencang) Di mana Valentino Rasyid?
DANILA
Uhm, sayang sekali Valen sedang berhalangan hadir karena satu dan lain hal namun jangan khawatir! Teman-teman tetap bisa menyaksikan penampilan Valen di proyek comeback aku yang berjudul--
WARTAWAN #2
(Ikut melolong) Apa Valen enggak muncul gara-gara death threat?
DANILA
--Khayal. (Baru menangkap lolongan Wartawan #2) Sori, tadi siapa yang bilang death threat?
WARTAWAN #2
Boleh kasih komentar mengenai death threat yang dialamatkan kepada Valentino Rasyid?
DANILA
Sori, apa dialamatkan kepada siapa?
WARTAWAN #3
Apakah benar Valentino diam-diam dipecat dari proyek Netflix-nya? Kemudian dia beralih ke proyek Khayal?
DANILA
Sori, siapa yang dipecat dari apa?
WARTAWAN #4
Apakah benar Valentino Rasyid menyetujui bermain di drama panggung ini karena dia sudah diberhentikan untuk proyek-proyek dia yang lain?
WARTAWAN #5
Miror, boleh kasih komentar juga? Bagaimana kondisi Valentino Rasyid sekarang?
WARTAWAN #4
Apakah benar drama panggung ini akan menjadi proyek terakhir Valentino?
WARTAWAN #3
Kenapa harus drama panggung? Kenapa enggak film aja?
WARTAWAN #1
Valentino Rasyid!
WARTAWAN #2
Valentino Rasyid!
WARTAWAN #3
Valentino Rasyid!
WARTAWAN #4
Valentino Rasyid!
WARTAWAN #5
Valentino Rasyid!
Ngeri terlukis pada wajah Danila. Mikrofon masih dipegang hingga menyentuh bibirnya yang bergetar, kalut akan apa yang harus dia ucapkan selanjutnya.