Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ka'bah Guwai Datuk
Suka
Favorit
Bagikan
1. ACT 1 SEQ 1 PENGENALAN TOKOH
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

1.EXT. KEBUN SAYUR — MENJELANG SIANG

ESTABLISH Hamparan perkebunan sayur dengan view gunung tanggamus yang menjulang tinggi. Banyak petani yang sedang bekerja.

CUT TO

2.EXT. JALANAN MENUJU KEBUN — MENJELANG SIANG

AIDA(9) bersama Datuk MAD(50)naik sepeda. Aida duduk di batangan sepeda bagian depan. Datuk Mad yang mengayuh, sementara di boncengannya terdapat tas obrok kosong. Keduanya tampak bahagia. 


AIDA
(berteriak)
Ayo, Tuk! Sai kuwat kayuhne! (Ayo, Tuk! Yang kuat gowesnya!)


Datuk Mad mempercepat laju sepedanya. Terlihat lebih bersemangat.

CUT TO


3. EXT/INT. GUBUK — SIANG

Sebuah rumah-rumahan berbentuk panggung kecil yang terbuat dari kayu dengan atap daun aren, dan tanpa dinding. Aida duduk sembari meracik kopi,

Aida
(berteriak)
Tuk, ngupi pai! (Tuk ngopi dulu!)


insert

Di tengah kebun berjarak beberapa meter dari gubuk, Datuk Mad menata sayuran (apa saja/sesuaikan dengan kondisi di lapangan) ke dalam tas obrok.

Datuk Mad
(menoleh, melambai)
Yu!


cut to

4. EXT/INT. GUBUK — SIANG

Datuk Mad menyeruput kopi. Terlihat sangat menikmati kopinya.

Aida
Bangik, Tuk? (Enak, Tuk?)
DATUK MAD
Iyulah ... Umpu Datuk heno pandai guwai kupi. Ghasanya pas gegoh guwaian Ninik. (Iyalah ... cucu datuk ini pandai bikin kopi. Rasanya pas kayak buatan nenek).

AIDA
Tuk, ngapi Datuk tanam ghampah? (Tuk, kenapa Datuk tanam sayuran?)

DATUK MAD
Sebab Datuk hunjak. Tagan gham munih peghlu beli ghampah. (Sebab Datuk suka. Supaya kita juga nggak perlu beli sayur).
 
AIDA
Ghampahnya Datuk juwal. Ninik munih mawat beli ghampah. Duwit Datuk genok. Teghus guwai api? (Sayurannya Datuk jual. Nenek juga nggak beli sayur. Uang datuk utuh. Terus buat apa?)

Datuk Mad tersenyum sembari menatap Aida dan mengelus kepalanya.

Datuk Mad
Liyak Ka’bah. (Lihat Ka’bah).

Datuk Mad dan Aida saling menatap, diam sesaat. Lalu, Datuk Mad beranjak kembali ke tengah kebun.

Datuk Mad(Cont’d)
Ghadulah. Ghadu mawas. Gham kung solat luhogh. (Sudahlah. Udah siang. Kita belum solat dzuhur).

Aida langsung memasukkan termos dan gelas kotor ke dalam tas keranjangnya, lalu berlari menyusul Datuk Mad.

Aida
(berteriak)
Nanti Aida iluk Datuk liyak ka’bah ya, Tuk? (Nanti Aida ikut datuk melihat ka’bah ya, Tuk?)


Datuk mad
(berteriak sembari meraih sepeda)
Ya!


cut to

5.EXT.JALAN — SIANG

Diperlihatkan suasana jalan yang tidak begitu ramai dengan pemandangan kebun sayur dan gunung tanggamus. Datuk Mad dan Aida naik sepeda penuh kebahagiaan. Diboncengannya terdapat tas obrok yang penuh dengan sayuran. 


fade in/ fade out

6.EXT.JALAN RAYA — PAGI

AIDA(19) naik motor menuju ke pasar Gisting. Diboncengannya terdapat tas obrok berisi sayuran. Berbelok ke arah pasar yang sangat ramai seperti kondisi pasar pada umumnya. Truk pengangkut sayuran yang berjajar. Para kuli panggul sibuk berebut antrean barang dari mobil.

 

cut to

7. EXT.PASAR GISTING — PAGI

Aida memarkir motornya. Beberapa tengkulak menghampirinya. Aida Mengambil setumpuk sayuran dari dalam tas obrok, lalu membagikannya ke para tengkulak, sekaligus menerima uang setoran sayur sebelumnya. Sayurannya masih sisa beberapa ikat. Aida pergi masuk ke dalam pasar membawa sayuran sisa.


CUT TO

8.EXT.PASAR GISTING — PAGI

Aida berjalan di tengah pasar sembari membopong sayuran sisa. Kondisi jalanan agak becek. Dia menghampiri seorang tengkulak yang menggelar dagangannya di tanah.

AIDA
Bu, ada sisa nih! Mau diambil nggak?

 

Penjual sayuran
Boleh. Tapi jangan mahal-mahal ya mbak.

 

AIDA
Tenang! Sama ibu mah aku kasih murah aja. Yang penting sayuran datuk bisa abis. Kan, udah dapet lebihan di luar tadi.

 Aida menyodorkan sayurannya kepada si tukang sayur.

 

Aida(cont’d)
Ada 20 iket, bu. Uangnya 25 ribu.

 

Aida menerima uang dari si tukang sayur. Lalu pergi.


cut to

9.EXT.PARKIRAN PASAR — PAGI

Aida menghampiri motornya, berniat mau pulang. Tiba-tiba terdengar suara RATIH(19) memanggil.

 

                       RATIH(VO)
             Aida!

 

Aida menoleh. Tampak Ratih dan SUCI(19) berjalan menghampiri Aida. Masing-masing membawa kantong belanjaan yang sudah terisi.

 

                       RATIH(cont’d)
             Abis anter sayuran ya?

 

                       Aida
             Iya.

 

                       SUCI
Sibuk banget ya? Sampe-sampe jarang jamaah ke musola.

 

                       AIDA
Kamu orang kan tahu. Sepupuku mau nikah. Udah dapet kan, undangannya? Jangan lupa dateng ya!

 

                       RATIH
             Ada acara adatnya, kan? Jam berapa?

 

                       AIDA
             Nah iya! Datengnya pas acara adat aja. Biar kamu orang tahu!

 

                       SUCI
             Apa nggak masalah?

 

                       AIDA
             Ya enggaklah!

 

Aida melihat jam tangannya.

 

                       AIDA(CONT’D)
Eh udah siang! Aku belum bikin sarapan buat datuk. Aku pergi dulu, ya. Inget loh, datengnya pas acara adat. Aku tunggu kamu orang.

 

Aida langsung menghidupkan mesin motornya, lalu pergi.

 

cut to

10.EXT/INT.RUMAH SUCI.TERAS — SIANG

Ratih mematut baju gamis dan jilbab di jendela kaca. Lalu melihat jam di tangannya.

 

                       Ratih
                  (setengah berteriak)
             Ci, buruan dong! Udah siang nih!
 

Suci keluar dari dalam rumah.

 

                       Suci
                  (merapikan bajunya)
             Iya, sabar.

 

Sebuah mobil memasuki halaman rumah suci.


cut to

11.EXT.RUMAH SUCI.HALAMAN — SIANG

MIRZA(22)keluar dari dalam mobil. Suci dan Ratih menghampiri.

 

                       MIRZA
                  (Tersenyum)
             Assalamu’alaikum.

 

                       Suci, Ratih
             Wa’alaikumussalam.

 

                       Suci
             Mas Mirza! Mau dateng kok nggak bilang-bilang?

 

Ratih terpaku menatap Mirza. Terpesona.

 

                       MIRZA
             Sengaja. Biar kejutan.

 

                       Suci
             Tapi Bapak sama Ibu lagi nggak di rumah.

 

                       MIRZA
             Justru itu ... aku disuruh ke sini buat nemenin kamu, Ci. Sekalian liburan.

 

Mirza memperhatikan dandanan suci.

 

                       MIRZA(CONT’D)
             Kamu mau pergi ya?

    

                       Suci
                  (cengengesan)
             Iya, Mas. Ada undangan nikahan dari sepupunya temenku.

 

                       Mirza
                  (garuk-garuk tengkuk, seperti bingung)
             O ... Gitu. Ya udah, aku nunggu di rumah aja deh.

 

                       Suci
             Eh, atau kalo nggak Mas Mirza ikut aku aja.

 

                       Mirza
             Boleh?

 

Suci manggut-manggut. Lalu beralih ke Ratih yang masih menatap Mirza.

 

                       Suci
O ya, kenalin Mas. Ini Ratih. Tih, kenalin ini Mas Mirza, sepupuku.

 

Mirza dan Ratih bersalaman. Ratih terlihat malu-malu. Ketiganya masuk ke dalam mobil Mirza. Lalu pergi.


cut to


12.EXT.JALANAN KAMPUNG — SIANG

Mobil Mirza memasuki jalanan sebuah kampung. Kanan dan kiri jalan terdapat banyak rumah panggung milik penduduk suku lampung. Suasana jalanan cukup ramai. Ada arak-arakan pengantin lampung. Mirza menepikan mobilnya di badan jalan. Lalu, Mirza, Suci, dan Ratih keluar dari mobil. Mereka terpukau dengan acara adat pernikahan lampung. Puluhan orang berbaris, berjalan beriringan. Barisan paling depan adalah sepasang mempelai berpakaian adat lampung berwarna merah yang diapit oleh pengawal. Di belakang pengantin, NURMAN 42 dan ROSMUNA 41, Datuk Mad dan Aida juga. Puluhan warga kampung banyak yang menonton juga.


cut to


13.RUMAH NURMAN.HALAMAN — SIANG

Sebuah rumah nuwo sesat dengan halaman yang cukup luas. Arak-arakan pengantin disambut oleh pertunjukan pencak khas lampung oleh laki-laki dewasa. Beberapa bujang gadis lampung menabuh rebana sembari mendendangkan syair islami. Mirza, Suci, dan Ratih makin antusias untuk menonton acara adat. Mereka mencoba mendekat. Aida melihat ketiganya, langsung keluar dari barisan.


cut to

14.EXT.RUMAH NURMAN. HALAMAN — SIANG

Aida menghampiri Mirza, Suci, dan Ratih.

 

                       Aida
Suci, Ratih! Kok baru dateng sih? Kan jadinya gak ikut ngarak pengantinnya deh!

 

                       Ratih
Iya maaf, Da. Kita datengnya telat. Abisnya nih si Suci dandannya lama!

 

                       Suci
                  (cemberut)
             Kan, jadi aku yang disalahin.

 

Mirza terpesona memandang Aida. Sementara Suci dan Ratih pangling dengan penampilan Aida yang nggak kayak biasanya.

 

                       Ratih
             Coba puter badan!

 

Ratih memutar tubuh Aida. Aida terima pasrah.

 

                       Ratih(cont’d)
Ya ampun! Kamu cantik banget, Da! Sampe pangling aku!
                  (beralih ke Suci)
             Iya kan, Ci?

 

                       Suci
                  (angguk-angguk)
He eh. Pake tapis, bibir sama pipi dimerah-merahin. Pengantinnya aja kalah loh!

 

                       AIDA
HUS! Jangan ngomong gitu. Nanti Alakku marah. Katanya, menantunya itu paling cantik. Aku nggak bisa nandingin. Eh, tapi ... ngomong-ngomong tapis aku bagus nggak?


Ratih dan Suci memperhatikan kain tapis yang terlilit di pinggang Aida.

Ratih
Ini kain yang kamu tenun itu?


Aida manggut-manggut sembari tersenyum. Mirza makin terpukau.


Ratih(cont'd)
Bagus banget! Nanti ... kalo aku nikah, kamu buatin tapis macem kayak gini ya, Da?


Suci
(mencibir)
Buatin? Beli dong! Dikira gampang apa bikin kain macem gini


Aida, Suci, dan Ratih tertawa.

 

                       Suci(cont'd)
                  (sedikit menarik lengan Mirza)
O ya, Da, kenalin. Ini sepupu aku. Baru dateng dari Pringsewu. Mas Mirza, ini Aida sahabatku.

 

Aida menatap Mirza, sedikit mengangguk sembari tersenyum. Mirza melakukan hal yang sama. Perasaan Mirza cukup canggung. Beda dari saat kenalan dengan Ratih.


Cut to

15.EXT/INT.RUMAH NURMAN.HALAMAN. TARUP — SORE

Suasana masih ramai dengan para tamu undangan yang berpesta di bawah tarup. Hiburan organ tunggal disajikan untuk tamu undangan dengan panggung besar. Suara biduan terdengar dari hiburan yang disediakan. Aida terlihat mempersilakan tamu-tamunya untuk menikmati hidangan. (Bukan di tempat prasmanan. Tapi ramah tamah dengan tamu yang sedang menikmati makanannya). Ratih, Suci, dan Mirza sudah makan. Mereka sedang menikmati hiburan. Datuk Mad mendekati ketiganya.

 

                      Datuk Mad
             Ratih, Suci udah makan?

 

Ratih dan Suci bangun. Mereka menyalami Datuk Mad(mencium punggung tangannya).

 

                       Ratih
             Udah, Tuk.

 

                       Suci
             Iya, Tuk. Udah kok.

 

Datuk Mad memperhatikan Mirza. Merasa asing.

 

                       Datuk Mad
                  (menunjuk Mirza)
             Siapa? Pacar kamu orang?

 

Suci langsung menyangkal. Sementara Mirza langsung bangun.

 

                       SUCI
             Bukan, Tuk!

 

                       Mirza
             Saya Mirza. Sepupunya Suci.

 

Aida datang menghampiri.

 

                       Aida
Datuk, ngapi dija? Wat juga Datuk mejong baghong Abang Ekal. (Datuk ngapain di sini? Mending Datuk duduk deket Abang Ekal!

 

                       Datuk Mad
             Niku di dipa gawoh? Kamu di mana aja? Kasihan tiyan, niku tepikan teghus. (Kasihan mereka) kamu tinggalin terus.

 

                       Aida
Aida kan, munih haghus tulung laden tayuh, Tuk. Ghadu sudi mit Abang Ekal.Nanti, Alak butong, lamun liyak Datuk palai.
(Aida kan juga mesti bantu-bantu layanin tamu, Tuk. Udah sana ke Abang Ekal. Nanti Alak marah kalo lihat Datuk kecapekan).

 

Datuk Mad langsung pergi. Aida mencari kursi kosong. Cuma ada satu, di samping Mirza. Aida langsung duduk. Sementara Ratih dan Suci asik nonton biduan yang lagi nyanyi di panggung.

 

                       MIRZA
             Tadi itu kakek kamu ya?

 

                       Aida
                  (canggung)
             Iya, Bang.

 

Mirza ikut canggung. Lalu kembali diam dan mengalihkan pandangan ke arah panggung. Aida juga melakukan hal yang sama.



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar