Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
32. EXT. KANTIN KAMPUS - SIANG
LS. Tampak bunda sedang berbincang dengan Lingga di Kantin. MS. Bunda khawatir melihat ke arah gedung tempat Anandya memulai masa orientasinya. CS. Lingga meminum es the miliknya.
LINGGA
Kan ada aku bunda! InsyaAllah semua akan baik-baik saja kok.
BUNDA
Tapikan jarang banget ada individu autis yang masuk ke kampus ini apalagi jurusan ilmu hayati. Apa nanti Dya bisa melaluinya dengan baik?
LINGGA
Kuncinya bunda harus percaya dulu sama anaknya!
BUNDA
Itu adalah hal yang susah, meskipun itu adalah nasehat klasik dari zaman Dya kecil. Tapi Lingga, beneran ya kamu mau bantu bunda? Bantu awasi dari jauh. Kamu kan sudah beres tesisnya, lagi selow kan?
LINGGA
InsyaAllah bunda, tanpa diminta saya akan bantu semampu yang saya bisa ya! (melihat ke arah mahasiswa yang ke luar dari gedung)Itu sepertinya sudah selesai!
BUNDA
(Langsung berdiri mencari Anandya) Dya! (memanggil dari kejauahn)
ANANDYA
(Membalas lambaian tangan dan mendekat, sembari mengajak kedua teman barunya)
LS. Tampak Anandya memperkenalkan Amel dan Aorta kepada Bunda dan Lingga.MS. Amel dan Aorta duduk bersama Bunda, Lingga, dan Anandya. MS. Bunda memesankan makanan untuk kedua remaja itu dan juga untuk Dya.
BUNDA
Amel asli bandung?
AMELIA
Yogyakarta Bu!
BUNDA
Panggil bunda aja! Wah jauh juga berpisah sama orangtua ya. Bunda dulu sekolahnya di Yogyakarta juga. Kenapa nggak di sana kuliah Nak?
AMELIA
Mau belajar mandiri Bun!(bunda mengangguk kagum)
BUNDA
Kalau Aorta? Asli mana?
AORTA
Asli Bandung Bunda! Saya menguasai seluk beluk kota Bandung dengan baik.
BUNDA
Ah keren kalian! Dya udah memperkenalkan dirinya?
AORTA DAN AMELIA
Sudah bunda!
BUNDA
Alhamdulillah. Oh ya, boleh minta nomor HP kalian?
MS. Ekspresi kaget dan saling bertatapan. Anandya memberi isarat bundanya memang seperti itu. CS. Bunda menyerahkan ponselnya untuk Amel dan Aorta tulis nama dan nomor mereka.
CUT TO :
MALAM HARINYA…
33. EXT. PAVILIUN ANANDYA - MALAM
LS. Tampak bunda sedang mengemasi barang-barangnya. CS. Melipat pakaian. MS. Anandya datang menghampiri sambil membawa segelas coklat panas dan memberikannya kepada Bunda.
BUNDA
Dy, maaf ya bunda harus pergi lebih awal dari rencana. Kamu beneran bisa bunda tinggal? (memegang erat cangkir)
ANANDYA
Kita coba ya bun (merangkul bundanya)
BUNDA (V.O)
Maafkan bunda Nak!
FADE IN : FLASHBACK
SEHARI SEBELUMNYA
34. EXT. TERAS RUMAH TANTE BINTANG - MALAM
LS. Bunda dan Tante Bintang duduk di depan teras. MS. Wajah muram bunda. Tante Bintang membicarakan hal yang serius dengan bunda.
TANTE BINTANG
Kenapa harus milih sekarang sih Mbak?
BUNDA
Lantas kapan lagi? Mumpung Tari tahunya saya stay cukup lama dengan kakaknya dan mumpung Dya sedang fokus pada babak baru dalam hidupnya.
TANTE BINTANG
Mas Bagas nanti nemenin kan?
BUNDA
Tentulah, mana bisa saya hidup tanpa dia Sis! (memaksakan diri tersenyum sambil meminum teh).
TANTE BINTANG
Aku akan berusaha menjaga Dya seperti menjaga anakku sendiri, Mbak! Mungkin benar ini saat yang tepat untukmu mengurusi kesehatanmu itu.
BUNDA
Ya Mas Bagas juga berkata seperti itu. Hampir 18 tahun aku mengabdikan waktu dan hari-hariku menjadi seorang ibu, istri, dosen. Sampai aku lupa bahwa tubuh ini makin lama digunakan makin rentalah ia.
TANTE BINTANG
Beristirahatlah Mbak, dan percayakan semuanya pada Allah. Tentu tidak kamu saja yang Allah utus untuk menjaga Dya. Jadi please, percayalah pada kami. Agar kamu bisa menjalankan ini semua dengan baik dan kembali pulih ceria sedia kala.
BUNDA
Terimakasih ya Sis! Tanpamu aku butiran debu.
TANTE BINTANG
Mulai deh!
LS. Bunda tertawa bersama Tante Bintang, sahabatnya.
FADE OUT : FLASHBACK
35. EXT. TERAS RUMAH TANTE BINTANG - MALAM
LS. Bunda dan Dya keluar dari paviliun. MS. Dya membantu bunda mengangkat kopernya. LS. Tampak Tante Bintang dan Lingga keluar dari rumah utama.
BUNDA
Titip gadisku ini ya? (merangkul Dya)
TANTE BINTANG
InsyaAllah. Travelnya sudah datang Mbak! Dia parkir di depan Coffee Shop. Mau langsung?
BUNDA
Boleh? (tanya bunda ke Dya dan mereka berpelukkan) Lingga, Bunda titip ya!(melihat ke arah Dya).
LINGGA
Iya Bunda, percayalah Dya bisa menjadi gadis autis yang mandiri. Benerkan Dy? (melihat ke arah Dya dan Dya mengangguk).
LS. Bunda, Anandya, Tante Bintang, dan Lingga berjalan menuju Coffee shop. MS. Anandya memeluk erat bundanya. LS. Mereka melambaikan tangan. MS. Bunda naik ke atas travel Bandung-Jakarta. LS. Bunda melambaikan tangan dari dalam mobil.
CUT TO :
HARI-HARI ANANDYA DI KAMPUS
36. EXT. KAMPUS - PAGI
LS. Tampak Dya, Amel, dan Aorta jalan bersama menuju kelas. MS. Amelia memperbaiki kerudung Dya. CS. Aorta menyisir rambutnya.
AMELIA
Sepertinya memang aku harus datang satu jam lebih awal dan mampir ke kos-anmu Dy!
AORTA
Kenapa? (bertanya penasaran)
AMELIA
Sejak bundanya pergi balik ke Jakarta, Anandya tersayang ini susah tidur Ta! Jadi pas aku datang itu dia baru bangun.
ANANDYA
Tepatnya terbangun karena teriakanmu Mel! (tersenyum tipis).
AMELIA
Ih, tapi kan kamu jadi nggak telat kelas (merajuk).
ANANDYA
Ya deh iya…
AORTA
Gimana kalau kalian aku jemput tiap pagi? Aku berangkat bareng Kakakku, Kak Cava. Dia kan juga kuliah di sini.
AMELIA
Aku sih cus! Dya gimana?
ANANDYA
Bukannya lebih sehat kalau kita jalan kaki? Sehat untuk jantung dan pembuluh darah (jalan mendahului teman-temannya).
AORTA
Sindiran yang cerdas (melengos).
LS. Tampak dosen memasuk kelas. MS. Ketiga sahabat itu bergegas ikut menyusul.
CUT TO :
KELAS BIOLOGI DASAR
37. INT. KELAS – PAGI
LS. Suasana kelas dengan mahasiswa baru yang riuh dan semangat ingin memulai perkuliahan. MS. Dosen duduk dikursinya dan mulai mempersipkan bahan ujian. LS. Tampak Dya, Amel, dan Aorta duduk bersama-sama. LS. Lalu tiba-tiba masuk beberapa senior yang mengulang untuk mata kuliah tersebut. Mereka adalah Cava Haris (Kakaknya Aorta, Melinda, Sandria, dan Roy (masuk bergantian).
DOSEN BIOLOGI
Kalian semua?! (mengarahkan ke-empat mahasiswa itu untuk duduk di baris paling depan)
AMELIA
Woi Aorta Fadhil, itu bukannya kakak mu? (menyenggol siku Aorta)
AORTA
Duh, kenapa dia ngulang kelas ini sih!
MS. Anandya sibuk membaca buku referensi tanpa mengindahkan apa yang terjadi. CS. Cava menantap dosennya dengan sinis dan menarik langkahnya untuk mengikuti mau dosen itu. LS. Ke-empat senior itu menuju 4 kursi yang tersisa di dekat Anandya. Cava memilih duduk di samping Dya lalu disusul teman lainnya.
CAVA
(Duduk di samping Dya dan melirik ke arah Aorta) Jadi, kamu gadis autis yang manis itu?
ANANDYA
Hai Kak, salam kenal! (Sambil tetap sibuk membaca buku referensi)
MELINDA
What? Ada anak autis di kelas ini? (mengengok ke arah Anandya)
CS. Anandya tersenyum tipis. LS. Dosen memberikan gestur bahwa ia akan segera memulai perkuliahan dan semua mahasiswa diharap tenang.
CUT TO :
37. INT. RUANGAN HIMPUNAN – SIANG
LS. Suasana sekretariatan himpunan. Tampak Cava, Melinda, Sandria, dan Roy memasuki ruangan itu bersamaan. MS. Melinda segera duduk dengan mimik wajah tak percaya adana anak autis di kampusnya.
MELINDA
Kok bisa anak autis berkuliah di sini?
CAVA
Memang kenapa? Apa kampus ini khusus untuk orang-orang seperti kita?
MELINDA
Kamu kenal dia Cav?
CAVA
Dia teman baik adikku tuh si Aorta. Cerita tuh anak, si gadis autis ini jenius. Jadi aku rasa kita bisa manfaatkan dia untuk meluluskan kita. Atau mau ulang lagi? Terus endingnya di Drop Out? Mau kah saudari Melinda?
MELINDA
What? Belajar sama anak Autis? Ogah banget. Mending aku di drop out! (pergi meninggalkan ruangan).
CAVA
Temanmu lagi Haid hari pertama apa? Sensi banget!
SANDRIA
Melinda agak alergi sama anak autis. Soalnya dia pernah diserang anak autis gitu pas ngamuk sampe harus operasi hidung! (Sandria menyusul Melinda).
ROY
Emang anak autis se-menyeramkan itu bos? Tapi siapa itu tadi namanya?
CAVA
Anandya…
ROY
Nah iya, Dik Anandya (menyenggol Cava). Dia tidak terlihat seperti anak autis pada umumnya. Dia cantik, sholehah, cerdas, pacar-able… Ups!
CAVA
Penilaian yang basi bung! (melengos dan mengambil air mineral)
ROY
Kayaknya cocok jadi next pacar Kakak Cava yang paling hits deh! Udahlah bro, waktunya move on dari Adinda yang sudah drop out itu!
CAVA
Nggak usah bahas-bahas Dinda! (marah).
MS. Anandya mengetuk pintu sekretariatan himpunan. LS. Aorta memilih langsung menerobos masuk dan mendekati kakaknya. Sedangkan Amel dan Dya ragu untuk masuk sebelum diberi izin senior.
AORTA
Kak, kenapa sih ambil kelas yang ada akunya!
CAVA
Tanyain tu sama bagian tata usaha yang urus. Ya meneketehe! Malu kakaknya ngulang? Huh kayak yakin lulus aja kamu (melihat ke arah Dya dan Amel yang masih berdiri di depan pintu). Kalian mau di sana terus?
MS. Dya dan Amel masuk. LS. Roy mempersilahkan kedua gadis itu untuk duduk. Roy menerima berkas yang mereka antarkan.
CUT TO :
38. INT. COFFEE SHOP NISMARA – SORE
CS. Tangan Dya membuka pintu coffee shop. MS. Langkah Dya, Amel dan Aorta memasuki coffee shop berjalan menuju salah satu meja. MS. Mereka duduk dan memesan makanan.
AMELIA
Enak banget ya Dy, kamu nge kos yang kompleksnya ada coffee shop, art studio, dan semua ini milik Kepala Jurusan kita. Eh, tapi yang lain tahu nggak sih kamu kos di sini?
ANANDYA
Sepertinya tidak. Memang ada yang mau tahu tentangku?
AMELIA
Oh iya juga ya. Tapi baguslah, biar nggak pada nyangkutin kamu yang autis diterima di kampus dengan peran Prof Daka. Btw, masih ada kamar kosong nggak? Jadi pengen ngekos di sini juga!
ANANDYA
Hmmm, di belakang ada sekitar 5 paviliun lagi. Tapi itu yang isi mahasiswa S2 dan S3 Mel!
AORTA
4 tahun lagi aja Mel berarti! (Aorta berdiri berjalan mengelilingi dinding coffee shop melihat lukisan-lukisan yang di pajang). Eh, ini lukisanmu Dy? (melihat ke arah Dya dan Dya mengangguk).
AMELIA
(Langsung berdiri) Wah, kok kamu tahu Ta? (tangan menyentuh lukisan) Kamu emang tukang kepo sejati ya!
AORTA
Lah ini kan ada labelnya Mel! Baca makanya (menunjuk tulisan di bawah lukisan) Tingkatkan literasimu duhai Nak Amelia!(mengejek Amel).
AMELIA
Iya deh Profesor Aorta Jantungku berdegup kencang! (menjulurkan lidah membalas ejekan Aorta) Eh fotoin aku dong! Aku mau posting di my media sosial. Pengen bilang “Lagi foto sama lukisan sahabatku, dia gadis autis yang manis”, gimana Dy? (melihat ke arah Dya).
ANANDYA
Perfecto (mengangkat jempolnya).
LS. Amelia berfoto dengan berbagai pose. Aorta mengambil fotonya dengan terpaksa. MS. Tiba-tiba Lingga masuk ke dalam coffee shop membawa kardus berisi cat akrilik.
LINGGA
Hai Dy! Baru balik dari kampus?
ANANDYA
Iya Kak (sambil kebingungan melihat chat yang tak dibalas oleh bunda).
LINGGA
Kenapa? (Lingga duduk di samping Dya)
ANANDYA
Belakangan bunda aneh Kak! Pertama, ia jarang menjawab pesan. Kedua ketika bunda menanyakan kondisiku, bahasanya aneh. Rasanya itu bukan bunda. Dan beberapa kali aku video call, yang muncul hanya Ayah dan Tari.
LINGGA
Oh, rupanya ada yang rindu dengan bundanya ya!
ANANDYA
Ini sudah hari jumat kak. Besok sabtu-minggu kan? Mereka janji akan datang. Tapi, dihubungi saja susah (cemberut sedih). Apa terjadi sesuatu? (berdiri dan bolak balik dengan rasa cemas).
MS. Lingga memberi isarat pamit meletakkan barang-barangnya ke dalam art studio. Ia juga meminta kedua teman Anandya menemani gadis autis yang tengah panik itu.
CUT TO :
39. INT. MEJA MAKAN RUMAH TANTE BINTANG – MALAM
LS. Lingga membantu Tante Bintang membersihkan meja makan. Tampak juga Nares yang membantu mengelap meja. Sedangan Om Daka masih sibuk di depan laptopnya. MS. Lingga mendekati Tante Bintang hendak menyampaikan sesuatu. Tante Bintang memberi isarat untuk duduk.
TANTE BINTANG
Mas, di kamar sana dilanjutin! (meminta Om Daka menuju kamar melanjutkan pekerjaannya)
LINGGA
Sudah satu pekan Dya di sini. Dia sepertinya berusaha keras untuk beradaptasi. Tapi, dia kepikiran bundanya. Apakah tidak terlalu berlebihan jika kita menyembunyikan kondisi bunda yang sebenarnya?
TANTE BINTANG
Padahal Ayahnya sudah berusaha keras meniru gaya bicara bundanya. Dia sampai membuat alarm jam berapa saja harus menanyai kabar Dya. Tapi, anak itu tetap saja bisa membaca dengan intuisinya. Ya, begitulan individu autistik Ngga! Mereka memang terlihat berbeda, tapi untuk rasa mereka juaranya.
FADE IN : FLASHBACK