Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Daun Emas
Suka
Favorit
Bagikan
6. Bagian #6

48. INT. KAMPUS - PERPUSTAKAAN - SORE

Ali telah selesai dengan kelas perkuliahannya. Kini dia berada di perpustakaan membaca beberapa buku sastra Karena tugas.

Saat membuka lembaran buku baru, ponsel ali berdering seketika. Terlihat olehnya nama anisa di sana, ali langsung mengangkat teleponnya.

ALI

Iya anisa, Ada apa ya tiba tiba nelpon.

ANISA (O.S.)

Ali bisa ke sini ga di kafe deket kampus. Aku share lokasinya ya.

ALI

Ya aku kesana, tunggu bentar.

49. INT. KAFE - CONTINUOUS

Ali melirik kesana kemari mencari keberadaan anisa. Tatapannya terpaku pada satu perempuan yang tengah duduk di satu meja di ujung sana.

ALI

Jadi nisa, yang mau dibicarakan itu apa ya, apa tidak bisa lewat telpon saja.

ANISA

Ya Ali maaf ya membuatmu datang kemari, aku pengen ngobrol langsung saja.

Saat itu seketika hening Sampai anisa mengucapkan salam pada ali.

ANISA

Assalamualaikum ali.

Ali hanya tersenyum kecil.

ALI

Waalaikumsalam, kelewat ya jadi silahkan anisa teruskan saja.

ANISA

Li kayaknya aku suka sama zidan deh.

ALI

Gitu ya ...

ANISA

Sikapnya baik, tulus. Juga aku kepikiran kenapa aku terus berpikir semua laki laki itu membuatku terluka. Tapi nyatanya tidak ya, aku salah akan hal itu, Zidan berbeda.

ALI

Gitu ya ...

Ali hanya tertawa, namun dibalik tawa itu ali perlahan menangis.

ANISA

Lalu entah kenapa hatiku selalu berdegup kencang saat dekat dengannya. Bahkan saat melihatnya. Aku kenapa ya ali, apa kamu bisa memberikan jawabannya.

ALI

Tidak papa, kurasa kamu benar. Tak semuanya bisa dilihat tapi perlu di rasakan juga. Pertanyaan nya adalah apakah perasaan itu sampai atau tidak pada orang yang kau suka. Nampaknya kamu sangat menyukainya ya.

Ali meneteskan air mata saat mengatakannya dan hal itu dilihat oleh anisa.

ANISA

Ali kamu nangis kenapa?

Ali langsung menyentuh kelopak matanya saat setelah mendengar hal itu dari anisa.

ANISA

Oh iya ali kacamatamu kemana.

ALI

Oh itu, aku lupa bawa dari rumah mungkin karna itu mataku kayak nangis, kelilipan.

ANISA

Saat matakuliah gimana tuh.

ALI

(Mengusap matanya)

Ya gitu, nggak kelihatan, buram.

Ali kemudian meminum kopi yang sudah ada di meja itu.

ALI

Aku minum ya kopinya, terimakasih.

ANISA

Iya sama sama, kalau ada apa apa aku minta saran mu ya.

ALI

Tentu, boleh saja

Anisa kemudian melihat jam tangannya lalu pamit pergi duluan, ali hanya mengangguk menjawabnya.

ANISA

Aku duluan ya.

50. INT. RUMAH ALI - KAMAR - MALAM

Ali hanya menatap langit langit kamarnya memikirkan perkataannya pada anisa. Di saat yang sama ali mulai memejamkan matanya.

ALI

Apa aku masih bisa menyukainya, sebenarnya siapa yang kusukai ...

51. EXT. KAMPUS - KANTIN - SORE

Ali berjalan menuju kantin dan tak lama dari itu ali melihat anisa melambaikan tangannya. Ali hanya tersenyum lalu menghampirinya dan duduk berhadapan dengan Anisa.

ALI

Jadi gimana anisa.

ANISA

Ya begitulah aku belum berani menyatakan perasaanku padanya.

Ali Hanya tersenyum kecil lalu menatap wajah anisa di depannya.

ALI

Perasaan itu rumit, lebih rumit dari rumus kimia, fisika, atau matematika. Namun tidak mustahil untuk menguraikannya.

Ali menghela nafas.

ALI

Terkadang bahasa cukup sulit untuk menggambarkan perasaan secara jelas.

ANISA

Maksudnya li.

ALI

Tak ada yang mustahil sebelum kau berusaha memahaminya. Kurang lebih begitu.

ANISA

Begitu ya, kalau kamu jadi zidan lalu aku mengungkapkan perasaanku, perasaanmu seperti apa ...

Ali hanya tersenyum kecil. Menatap mata Anisa dengan penuh makna.

Di saat yang sama amira tidak sengaja melihat ali dan anisa sedang mengobrol, Amira yang cukup penasaran kemudian berjalan mendekati mereka.

ALI

Pertama aku akan senang, karna tidak banyak wanita yang berani mengatakan perasaannya pada pria yang dia sukai.

ANISA

Kedua?

ALI

Kedua, sebuah kebanggaan bisa mengenal sikap pemberani dari perempuan itu.

ANISA

Ada yang ketiga?

Ali menunduk dan tertawa.

ANISA

Kok ketawa.

ALI

Terakhir, tidak perlu kata kata untuk menjawab pengakuan darimu karena jawabanku sudah jelas dari dua hal tadi, aku menerimanya.

Anisa tersenyum merasa senang.

ANISA

Terimakasih atas jawabannya aku sekarang percaya diri.

ALI

Hmm iya.

ANISA

Syukurlah aku bercerita denganmu Ali.

Anisa pergi meninggalkan ali, seketika ali langsung termenung melihat anisa.

Terlihat amira berjalan menghampiri ali.

AMIRA

(Menyeret ali)

Ikut aku jangan banyak tanya.

ALI

Hah, kok gitu mau kemana ini.

52. EXT. KAMPUS - TAMAN KAMPUS - SORE

Ali duduk di sebuah bangku taman bersama amira setelah mengobrol dengan anisa saat di kantin. Amira dengan santai mengajak ali berbicara tentang perasaannya saat ini.

AMIRA

Aku lihat kamu sama anisa.

ALI

Terus Amira, apa harus aku di bawa ke taman olehmu seperti tadi.

Amira tertawa kecil.

AMIRA

(Tertawa )

Aku mau curhat, tolong dengerin.

ALI

Aku mau pulang males dengerin curhatan.

Ali langsung berdiri namun Amira menarik tangannya kembali

AMIRA

Heh tunggu, Apa gara gara aku memaksamu kesini.

ALI

(Menggelengkan kepalanya)

Bukan.

Amira tersenyum lalu menepuk pundak ali.

AMIRA

Kata katamu itu indah menurutku. Tapi kurasa itu tidak akan sampai padanya.

ALI

Hmm aku pikir juga begitu.

AMIRA

Saran dariku, kamu lupakan saja dirinya dan fokus pada kuliahmu li.

Ali hanya diam.

AMIRA

Jangan biarkan mimpi kecil itu membuatmu lupa pada kenyataan saat ini.

ALI

Iya aku paham terimakasih Mira.

Amira tertawa senang lalu berdiri di hadapan ali.

AMIRA

Baru kali ini aku mendengar orang menyebutku begitu.

ALI

Benarkah.

AMIRA

Iya, ayok pulang. udah sore ini.

ALI

Iya silahkan aku mau disini dulu.

Amira langsung menarik tangan ali kembali seperti terakhir kali.

AMIRA

Kamu pikir aku pulang sendiri ya, kamu salah loh. Anterin aku pulang kayak Minggu kemarin.

ALI

Jadi ini niatmu yang sebenarnya.

AMIRA

Nggak kok, bukankah laki laki harus menjaga cewek. Kau mau menolak ya.

Ali mengehela nafas lalu melepaskan tangan yang digenggam oleh amira lalu berjalan meninggalkan amira

ALI

Terserah kamu aja, ayok kalau nggak mau aku tinggalin.

AMIRA

Dasar, tunggu dong.

53. EXT. JALAN RAYA - MALAM

Ali mengantarkan amira kerumahnya. Namun terjebak macet karena dimalam hari pedagang kaki lima mulai ramai berjualan. Suara adzan mulai terdengar oelh semuanya.

ALI

Perasaan minggu kemarin nggak serame ini.

AMIRA

Biasa ali, malam minggu kan.

ALI

Nadanya seperti nyindir nih.

AMIRA

(Tertawa)

Begitu ya.

Amira kemudian mendekatkan kepalanya dengan kepala ali.

AMIRA

Kamu mau malam mingguan denganku.

ALI

Nggak.

AMIRA

Idih kok gitu ya.

ALI

Boleh minta waktumu lebih lama nggak.

Amira tersenyum kecil dan tertawa.

AMIRA

Berubah pikiran ya.

ALI

Bukan, mau ke masjid dulu. Kalau nggak salah di depan sana ada masjid kan.

AMIRA

Iya boleh, malah maaf ya harus nganterin.

ALI

Nggak papa itung itung mengingat jalan.

AMIRA

Makanya sering main, pas pertama kali kamu nyasar untung juga masih bisa sampai ke rumah.

ALI

Yaa maaf, aku kurang tahu daerah ini.

54. EXT. MASJID - MALAM

Ali memarkirkan motornya lalu bergegas menuju masjid. Amira hanya tersenyum melihatnya.

AMIRA (V.O.)

Dia tidak berubah ya sikapnya sama saat pertama kali dia mengajakku bicara

Amira kemudian berjalan pergi ke kawasan pedagang kaki lima.

55. EXT. KIOS MARTABAK - CONTINUOUS

Amira tampak asik berbincang dengan penjual martabak langganannya sambil menunggu pesanannya siap.

MBAK MARTABAK

Seperti biasa ya amira?

AMIRA

Iya kak, seperti biasa martabak keju sama yang martabak telornya satu satu.

MBAK MARTABAK

(Teriak)

Yang, martabak keju sama telor satu satu.

Amira tersenyum lalu duduk di salah satu bangku yang ada. Setelah pesanannya tengah dibuat.

AMIRA

Dengan suami mbak?

MBAK MARTABAK

Iya Amira, kenapa ya?

AMIRA

Nggak papa cuman, biasanya sama ayah mbak kan.

MBAK MARTABAK

Iya katanya pengen membantu mumpung libur.

Amira kemudian membuka ponsel miliknya. Sebuah foto album kakak perempuannya dia lihat. Sebuah foto hamparan daun ginko yang sudah berguguran di sepanjang jalan taman.

AMIRA (V.O.)

Sudah berapa lama ya sejak saat itu, kabarnya seperti apa disana.

56. EXT. RUMAH AMIRA - HALAMAN RUMAH - MALAM

Ali dan amira baru sampai di depan rumahnya. Saat amira membuka pintu pagar ayah dan ibu amira melihat kearahnya.

AMIRA

Mah, pah, aku pulang. Nih, ada oleh oleh buat mamah sama papah.

AYAH AMIRA

Oleh oleh nggak akan membuat hati mamah sama papa kamu tenang.

IBU AMIRA

Iya nak, kenapa tidak memberi kabar.

Amira hanya tersenyum. Melihat senyuman amira kedua orangtuanya hanya menghela nafas.

AYAH AMIRA

Laki laki yang mengantarkan mu pulang kenapa nggak ikut masuk sama kamu.

AMIRA

Aku menyuruhnya menunggu dulu di depan.

AYAH AMIRA

Bawa kedalam rumah ini sudah malam.

AMIRA

(Terkejut )
Iya ayah, eh apa!

IBU AMIRA

Kata ayahmu bawa pacarmu itu masuk ke rumah kesian dia.

AMIRA

(Berteriak)

Dia bukan pacarku, cuman temen!

57. INT. RUMAH AMIRA - RUANG KELUARGA - MALAM

Ali kini tengah berada di rumah Amira duduk di sebuah sofa panjang berhadapan dengan ayahnya amira mengobrol berbagai macam hal salah satunya perasaan ali pada Amira.

AYAH AMIRA

Apa kamu suka putri ku, nak siapa tadi namanya, paman lupa.

ALI

Ali pak nama saya ali.

AYAH AMIRA

Ali, jadi gimana.

ALI

Ya, gimana apa ya dari tadi kalau boleh jujur saya cukup bingung pak

Ayah amira hanya tersenyum kemudian tertawa kecil

AYAH AMIRA

Jadi amira berkata jujur. Kalau begitu kamu lolos.

ALI

Hah, lolos, maksud bapak?

AYAH AMIRA

Bukan apa apa hiraukan saja. Ternyata kamu ramah ya, oh iya sudah menelpon orangtuamu belum?

ALI

Belum pak, tadinya saya mau langsung pulang.

AYAH AMIRA

Nanti besok aja pulangnya, udah malam.

ALI

Tapi saya bilang seperti apa ke orang tua saya.

Ayah amira hanya tersenyum lalu, menepuk pundak ali.

AYAH AMIRA

Udah tidur saja, saya punya no telpon orangtua kamu lewat staf kampus, biar saya yang menelepon.

ALI

Tunggu, kok bisa pak.

AYAH AMIRA

Saudara saya berkerja di sana, udah aja kamu menginap di sini. Kalau kamu kenapa napa nanti saya yang kena masalahnya.

Ali hanya mengangguk. Tak lama dari itu ali di suruh untuk menggunakan kamar CARLA (22).

AYAH AMIRA

Kamu pakai kamar Carla saja.

ALI (V.O.)

Tunggu, kok gini.

AYAH AMIRA

Anggap aja ya rumah sendir

58. INT. RUMAH AMIRA - KAMAR CARLA — CONTINUOUS

Ali duduk di kasurnya carla lalu melihat ke berbagai sudut ruangan. Tak lama dari itu ali langsung membaringkan tubuhnya ke kasur dan memejamkan matanya.

ALI

(Mengehela nafas)

Kenapa jadi gini, semoga saja besok menjadi lebih baik.

59. INT. RUMAH AMIRA - RUANG MAKAN - PAGI

Ibu amira menyiapkan makanan untuk dimasak. Ali yang sedari tadi di ruang keluarga duduk sambil membaca alquran tanpa bersuara mulai berjalan ke arah ibu Amira setelah melihatnya.

ALI

(Berjalan )

Lagi nyiapin masakan bu.

IBU AMIRA

(Berbalik badan melirik ali)

Iya, kamu ikut makan nanti ya. Tenang kok ibu jamin halal.

Ibu ali memotong beberapa sayuran. Ali kemudian mencoba membantu.

ALI

Ibu tahu ya soal itu.

IBU AMIRA

Iya tadi ibu melihat mu sedang membaca kitab sucimu Al-Qur'an.

ALI

Kapan bu kok saya tidak melihat ibu.

IBU AMIRA

Tadi saat hendak kesini ibu liat kamu dudu di sofa.

ALI

Begitu ya, ibu pernah membuat masakan halal?

IBU AMIRA

Dulu pernah belajar saat magang di restoran.

ALI

Begitu ya, boleh saya bantu bu masaknya.

IBU AMIRA

(Tertawa)

Bukankah dari tadi juga kamu sedang membantu ibu terimakasih ya.

ALI

Iya bu nggak papa.

60. INT. RUMAH AMIRA - RUANG MAKAN - CONTINUOUS

Ali dan keluarga amira makan pagi di ruang makan mengobrol perihal Carla kakak Amira yang melanjutkan studinya ke korea selatan.

AMIRA

Apa kak carla tidak akan pulang mah.

IBU AMIRA

Katanya nanti saat kamu lulus.

AMIRA

Begitu ya, kira kira oleh oleh yang dibawa apa ya.

Ali Hanya tersenyum kecil mendengar hal itu.

AMIRA

Kenapa ketawa ali ada apa.

ALI

Bukan kenapa napa, cuman terkejut aja ternyata kau punya sikap seperti itu juga ya.

AMIRA

Memangnya salah ya.

IBU AMIRA

Sudah sudah nggak baik bertengkar saat makan.

AMIRA

Iya bu maaf.

61. EXT. RUMAH AMIRA - HALAMAN RUMAH - PAGI

Ali meminta izin pamit kepada kedua orang tua amira. Saat hendak pulang amira tidak ada di sana melihat kepergian ali.

ALI

Bu, pak terimakasih, maaf ya mungkin kehadiran saya cukup merepotkan ibu dan bapak.

AYAH AMIRA

Kapan kapan nginap lagi ya kita ngobrol yang lainnya.

Ali hanya tersenyum.

IBU AMIRA

Hati hati di jalan ya.

ALI

Iya bu, Titip salam pada amira ya Bu saya pulang dulu.

IBU AMIRA

Iya hati hati.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar