5. EXT. DESA TANAH DATU/TERAS RUMAH JULAK GAFAR - MALAM
Semua lampu di desa Tanah Datu malam itu dimatikan. Hanya suluh-suluh yang menjadi penerang jalan. Mustaqim, Bara, Sahriansyah dan Nanang melangkah melewati gerbang desa. Mustaqim menghentikan langkah dan perhatiannya tertuju pada orang-orang di dalam balai (rumah panggung besar tempat pertemuan) yang melantunkan zikir dengan keras dan gerakan-gerakan ganjil. Orang-orang itu tampak berdiri, mencodongkan badan ke kiri dan ke kanan secara bergantian, lalu mengangkat kedua tangan ke atas.
SAHRIANSYAH
Pak Dokter...
MUSTAQIM
Eh, iya, Pak. Maaf, ayo lanjut, Pak.
NANANG
Baru melihat yang seperti itu ya, Mang? Itu cara berzikir khas Tanah Datu, Mang. Asyik, kan? Biar lebih semangat jadi disertai gerakan-gerakan.
SAHRIANSYAH
Di tahun-tahun sebelumnya, acara malam ini diikuti jauh lebih banyak orang. Sampai ke gerbang ini, Pak Dokter. Kalau sekarang, karena sungai tidak bisa dilalui, jadi yang ikut hanya penduduk Tanah Datu.
MUSTAQIM
Acara apa, Pak?
SAHRIANSYAH
Haul Guru Jamhari. Malam puncaknya nanti sekitar 20 hari-an lagi. Cuma entahlah, apakah akan diadakan acara besar-besaran juga seperti sebelum-sebelumnya.
Mustaqim mengangguk-angguk. Mereka terus berjalan sambil memapah Bara yang tampak kelelahan.
SAHRIANSYAH
Itu rumah Julak Gafar, Pak Dokter. Pembakal Tanah Datu. Kita ke sana dulu karena saya kurang tahu siapa yang memegang kunci klinik desa.
Sesampainya di rumah Julak Gafar, Sahriansyah langsung mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Tak berapa lama, IRMA (istri Julak Gafar, usia 48 tahun) tampak membukakan pintu.
IRMA
Masya Allah, Paman Ian kah sekalinya? Lewat mana pian ke sini, Man?
SAHRIANSYAH
Lewat darat ai, Julak.
Irma melihat Mustaqim dan Nanang yang tengah memapah Bara. Ia tampak terkejut.
IRMA
Astaghfirullah! Kenapa sidin ni, Man? Gugur kah? Ayo, bawa masuk, nah. Kasiannya.
Cut to:
6. INT. RUMAH JULAK GAFAR - MALAM
Irma menyalakan lampu listrik.
IRMA
(Berkata pada Mustaqim dan Nanang)
Bawa ke kamar aja dulu inya ni, nak ai. Kena ku kiau akan Aini gasan meobati kalau ai ada luka kah apakah.
SAHRIANSYAH
Anu, Julak. Inya ni harus lakas diobati. Parutnya rabit. Ini Pak Dokter Mustaqim, yang menggantiakan Pak Dokter Lukman. Ulun ni meantarkan sidin ni am, lalu tetamu Bara, lalaki ni nah di tengah hutan tadi. Pak Dokter ni handak lakas meobati. Kunci klinik wadah pian kah?
IRMA
(Panik)
Inna lillah. Kunci klinik ada wadah Aini am. Ayu ja, setumat nah aku kiau akan inya. Duduk haja dulu pian di sini. Rabahkan aja kah dulu inya ni, siapa tadi ngarannya... di dalam kamar. Kukiauakan Aini setumat.
Irma berderap dengan cepat ke luar rumah. Sahriansyah membimbing Mustaqim dan Nanang merebahkan Bara di atas tikar di ruang tengah. Tak berapa lama, Irma kembali.
IRMA
Pak Dokter, itu kliniknya sudah dibuka. Ada Aini jua sudah menunggu di sana tu.
Sahriansyah membantu Mustaqim membangunkan Bara lalu menuntunnya membawa Bara ke klinik.
7. INT. KLINIK DESA - MALAM
Di klinik, AINI telah menunggu di depan pintu. Saat Mustaqim dan lainnya sampai, ia langsung mengarahkan menuju ruang tindakan.
AINI
Ke sini, Dok.
Sahriansyah membantu menaikkan Bara ke atas ranjang.
AINI (CONT'D)
Dokter perlu apa? Antiseptik? Kasa? Biar saya ambilkan.
MUSTAQIM
Perlengkapan buat operasi?
Aini terdiam sesaat. Ia kaget karena belum pernah ada yang operasi di klinik desa.
MUSTAQIM (CONT'D)
(Sembari melepas kancing kemeja Bara)
Pisau bedah, gunting, anestesi, handscoon dan lainnya. Kita perlu melakukan tindakan pembedahan malam ini.
Mustaqim beranjak menuju wastafel lalu mencuci tangan.
AINI
Ada, Dok. Sebentar saya siapkan. Memangnya dia kenapa?
MUSTAQIM
Luka parah di perut. Kamu takut darah?
SAHRIANSYAH
Dia bidan di desa ini, Dok.
MUSTAQIM
Kalau begitu kamu bantu saya di sini. Pak Sahriansyah dan Nanang, saya harap bisa keluar dulu ya. Demi kenyamanan pasien dan agar kami bisa lebih berkonsentrasi.
SAHRIANSYAH
Oh iya iya, Pak Dokter.
Sahriansyah menuntun Nanang ke luar ruangan. Mustaqim menutup pintu sementara Aini bergegas mengambil perlengkapan operasi dari dalam lemari. Mjustaqim memasang handscoon lalu membuka balutan luka Bara. Aini terkejut dan menjatuhkan nampan seng di tangannya saat melihat usus menjulur dari luka di perut Bara.
AINI
Tidak berdarah, Dok?
MUSTAQIM
Sudah delapan jam dia dalam keadaan begini. Saya belum tanya kenapa dia sampai luka parah seperti ini. Apakah terjatuh atau diserang binatang, meskipun saya yakin ini luka tusuk benda tajam.
AINI
DELAPAN JAM?!!
MUSTAQIM
Iya. Delapan jam dan dia mampu bertahan. Baik, kita lakukan operasi sekarang.