Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
42. EXT. — SUNGAI KECIL - SIANG
Masih berjibaku mengahadapi rintangan sungai kecil, merupakan limpahan air terjun menuju sungai besar.
Benar saja! Setelah melewati rintangan terakhir kemudian menyibak dedaunan. Pemandangan menakjubkan terpampang didepannya!
CUT TO :
43. EXT. — AIR TERJUN SESUNGGUHNYA - SIANG
Terlihat didepan pemandangan Air Terjun yang Memukau!
Tidak ada lagi semak semak atau pohon menghalanginya lagi. Lapang begitu saja!
Air terjun itu tinggi menjulang, Kira kira setinggi pohon kelapa!
Dengan tidak henti-hentinya menumpahkan air begitu deras. Bergemuruh!
Disamping kiri depan air terjun itu, terlihat batu besar kokoh berdiri! Sulit memperkirakan selah besar apa. Mungkin sebesar lemari empat pintu, begitulah kira kira.
Terlihat anak anak tidak sabar untuk berfoto didepan batu besar itu, Juga saling bergaya, berselfi ria membelakangi air terjun.
Andinpun tidak ketinggalan merekam dengan kamera mininya. Berputar seratus delapan puluh derajat. Agar terlihat semuanya.
Bambang berguman. Takjub!
Raymond memperhatikan sekeliling, sambil mengucapkan terimakasih kepada dua pemuda pemberani dari warga setempat. Udin dan Ipul!
Marcel mulai membagikan kue donat, walaupun basah basah sedikit kecipratan limpahan air terjun.
CUT TO :
44. EXT. — HULU SUNGAI - SIANG
Nun jauh di hulu sungai sana, berjarak puluhan kilo meter dari anak anak muda pencinta alam telah berhasil menaklukkan dan menemukan Air Terjun Misterius.
Saat ini tengah begembira. Tidak menyadari!
Awan gelap menyelimuti diikuti sambaran petir mengglegar, Sebentar lagi akan menumpahkan jutaan liter air digelontorkan begitu saja. Didaratan hulu sungai jauh disana!
Tidak menunggu lama, Air hujan turun seketika dengan lebatnya. Membasahi, menggenangi seluruh daratan hulu sungai. Diikuti sambaran petir menghujam ketanah berkali-kali. Memporak porandakan tanaman dan pohon sekitar.
Tidak lama kemudian, banjir bandang datang! Begerak cepat menuju jembatan Warung Amat!
CUT TO :
45. EXT. — AIR TERJUN - SIANG
Saatnya mengakhiri suka cita.
Raymond memberikan perintah dengan tegas!
Olivia mengeluh, terasa waktu cepat berlalu, padahal belum puas menikmati indahnya air terjun ini.
Astrid memberikan saran. Disahut oleh Arief.
Raymond mendekati Andin.
Sambil mengucapkan itu, Raymond mengecup kening Andin, tanpa dilihat oleh anak anak.
Raymond memberikan ponselnya kepada Olivia, Kemudian berdua bergaya di depan batu besar itu.
CUT TO :
46. EXT. — WARUNG PAK AMAT - SIANG
Diwarung Pak Amat, Maharani, Andy, dan Dewi masih setia menunggu. Berkali-kali menghubungi melalui selular dan radio Sementara waktu sudah menunjukkan pukul dua siang lebih.
Diulang berkali, Tidak ada jawaban!
CUT TO :
47. EXT. — HULU SUNGAI - SIANG
Sementara di hulu sana, jutaan kubik air tumpah dari langit. Mulai menggenangi daratan. Sudah tidak tertampung lagi!
Mulai merayap deras mengikuti alur sungai. Bergemuruh suaranya menerjang apa saja didepannya!
Berarak bagaikan tsunami membawa segala lumpur, kayu dahan dan ranting. Terus mengalir dengan kecepatan tinggi!
Semakin dekat menuju jembatan, dimana warung Pak Amat berada!
Cut To :
48. EXT. — JEMBATAN - SIANG
Terdengar ditelinga Maharani, dewi,Andy juga pelanggan warung lainnya, suars gemuruh banjir bandang datang!
Mereka sontak berlompatan keluar, ingin mengetahui apa yang terjadi!
Panik bukan kepalang ketiga anak muda mendengar suara itu. Sudah melintas bawah jembatan. Belompatan menuju kesana!
Tidak menunggu perintah kedua kalinya, Maharani dan Dewi berlari kencang menuju keatas, Sambil berteriak-teriak!
Mengagetkan semua berada di base camp, berlarian menyambut kedua gadis itu. Termasuk Ibu Dian juga Pak Budianto!
Ibu Dian berlari memapak keduanya. Dewi menjawab dengan nafas tersengal-sengal.
Ibu Andin ikut berteriak memerintahkan anak buah sedang stand by di mess segera turun kebawah.
Berduyun duyun karyawan sedang santai turun kebawah Ingin mengetahui apa yang terjadi.
Betapa terkejutnya Ibu Dian, Pak Budi juga karyawan lain, setibanya dibawah, Melihat jembatan dibawah sudah roboh, porak poranda diterjang Air Bah!
Jalan putus seketika! Material balok balok besar dan papan jembatan, ikut hanyut terbawa arus deras!
Ibu Dian mengatupkan kedua bibirnya. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya!
Pak Budianto tidak kalah panik. Memerintahkan anak buahnya mencari, dengan menyisir tebing sungai dikiri kanan, semampu mereka.
Tidak mungkin melalui sungai, karena air sudah meluap bergerak cepat tidak terkendali menuju hilir!
Menghampiri anak anak, Saat ini sedang menuju pulang!
Dewi, Maharani menangis sejadi jadinya, Di ikuti ibu ibu tukang masak ikut turun juga melihat kebawah menangis histeris.
Pak Budi terdiam sejenak, ikut gemetaran. Akhirnya menjawab.
Dengan segala tanggung jawab diembannya. Ibu Dian menghubungi Pak Hermanto.
CUT TO :
49. INT. — RUANG MEETING - SIANG
Di dalam ruang rapat, Hermanto sedang memimpin pertemuan direksi. Ponsel Hermanto berdering.
Selular Pak Hermanto berdering. Diangkat langsung, Padahal sedang memimpin rapat direksi.
Dengan tegar Ibu Andin menjelaskan.
Bagai disambar petir Pak Hermanto mendengar kabar itu.
Langsung menutup telponnya. Dengan gigi gemeretak menahan amarah!
Segera bertindak sigap, Menutup rapat direksi lebih awal. Menghubungi jajararan tertinggi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan. BASARNAS Pusat!
Kemudian mengontak kapolda bengkulu memang sudah dikenal baik, untuk dapat memberikan bantuannya
Sore hari ini juga berencana berangkat menuju kota Bengkulu menggunakan Jet Pribadi.
Hermanto juga mengabari istrinya.
CUT TO :
50. EXT. — JEMBATAN - SORE
Masyarakat desa Seluma berduyun duyun menuju jembatan menyaksikan banjir bandang dahsyat baru pertama kali ini terjadi didesanya.
CUT TO :
51. EXT — BAWAH SUNGAI - SORE
Udin dan Ipul beserta ketujuh anak muda pencinta alam,saat ini sedang bergulat menaklukan kembali sungai dan bebatuan yang pernah dilewati sebelumnya. Tapi kali ini mereka akan melawan arus, tidak seperti berangkatnya tadi.
Terdengar Raymond memberikan komando.
Raymond berbicara kepada Andin, bersiap berenang melawan arus.
Raymond menyemangati Andin,
Begitulah yang dilakukan oleh Marcel, Olive, Astrid, Bambang juga Arief, Andin, dan Raymond berulang kali Dalam usaha menaklukan arus deras penuh bebatuan.
Kali ini lebih sulit dari sebelumnya. Karena harus melawan arus.
Berhasil melewati. Sekarang sudah aman, mereka beristirahat dikelokan sungsi, tidak ada lagi rintangan menghalanginya. Tinggal menuju pulang, kemudian nantinya merayakan keberhasilan mereka telah menemukan air terjun yang didambakan selama ini.
Lain halnya dengan kedua anak muda warga setempat, Udin dan Ipul. Berdua sudah jauh di depan, untuk pulang kerumahnya.
Misi mereka telah berhasil mengantar anak anak kota menemukan air terjun.
CUT TO :
52. EXT. — KELOKAN SUNGAI - SORE
Mereka saat ini beristirahat di kelokan sungai.
Raymond mengajak anak anak untuk berjalan lagi.
Belum lama berjalan, tiba tiba mereka dikejutkan dengan suara bergemuruh di depan mereka. Datang begitu cepat, tanpa disadari!
Gulungan air bah setinggi dua meter menghadang mereka! Tidak sempat berbuat apa apa.
Secepat kilat menerjang ketujuh anak muda! Menyeret, mengombang-ambingkan mereka tanpa ampun!
Olivia, Marcel, Astrid, Bambang, juga Arief berjuang sekuat tenaga untuk bertahan, mereka sudah tidak terikat satu sama lainnya.
Demikian juga Raymond dan Andin, tergulung pusaran air bah.
Raymond berusaha menggapai. Andin namun belum berhasil juga.
Megap megap, timbul tenggelam mereka dibuatnya. Berusaha saling meraih satu sama lainnya, Menggapai apapun yang bisa menahan terjangan gulungan air bah. Begitu dahsyat datangnya!
Percuma saja! Sepertinya tidak diberi kesempatan untuk dapat menolong dirinya sendiri. Apa lagi menyelamatkan teman temannya!
Pelampung masih melekat dipundak masing masing, masih mampu menahan mereka untuk tidak tenggelam di dasar sungai!
Namun usaha mereka bertahan mati matian dari terjangan air bah sia sia! Mereka kini sudah terpisah jauh satu dengan yang lainnya.
Dengan leluasa air bah menyeret, menggulung mereka semakin jauh ke hilir!
Beruntung Raymond berhasil meraih Andin. Berupaya dengan sisa sisa tenaga dimilikinya menjaga Andin agar tidak terlepas darinya!
Sebongkah balok ditemukan kemudian direngkuh oleh keduanya, mampu menahan mereka untuk tidak terpisah.
Raymond berusaha mengikatkan balok tersebut ke tubuh Andin dan dianya sendiri.
Andin terlihat sudah tidak berdaya, pucat pasi wajahnya. Menggigil sekujur tubuhnya. Tidak ada lagi tenaga tersisa. Demikian juga dengan Raymond.
Habis sudah tenaga dimilikinya! Mereka berdua akhirnya tidak sadarkan diri, terombang-ambing ditengah sungai. Mengikuti arus deras terus menyeretnya sampai jauh!
CUT TO :