Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
AIDA DAN MUSIM HUJAN: KASUS PEMBUNUHAN AIDA SOESWOYO
Suka
Favorit
Bagikan
5. BABAK IV: AWAN HITAM

30. INT. RUMAH SUSUN, KAMAR AIDA – PAGI

Aida masih tertidur. Terdengar suara gerimis dan bangku yang digeser di luar.

Ia mulai setengah terbangun dari tidurnya.

Wastafel diluar menyala, terdengar orang sedang mencuci piring di dapur.

Aida yang sudah sepenuhnya bangun mulai curiga. Ia mengintip melalui lubang kunci tampak seorang wanita melintasi ruang tamu.

Ia menyenderkan tubuhnya ke pintu ketakutan. Ia mengambil sapu yang ada di kamarnya. Tiba-tiba sayub-sayub terdengar suara pintu dibuka. Ia memberanikan diri dengan sapu ditangannya membuka pintu kamarnya.

CONTINOUS...

31. INT. RUMAH SUSUN, KAMAR AIDA RUANG TAMU – PAGI

Namun tidak ada siapapun. Wanita itu hilang. Aida memeriksa dapur dan tetap tidak menemukan siapa-siapa. Ia pun mendudukkan dirinya di kursi ruang tamunya tersebut.

Ia mengambil teh dan menaruhnya di dalam cangkir. Ia kemudian menyalakan mengisi teko dengan air dari keran dan menyalakan kompor tersebut.

Aida kemudian mandi.

32. INT. RUMAH SUSUN, KAMAR AIDA RUANG TAMU – PAGI

Aida yang sudah rapi dengan pakaian kemeja navynya bercermin dan merapikan rambutnya. Ia kemudian menuangkan air panas dari teko ke cangkirnya. Ia mengaduk sedikit, kemudian menghirup tehnya.

Ia meletakkan cangkirnya dan meninggalkan kamarnya.

33. INT. KAMAR BRIAN – PAGI

KRIIIINGGGG...

(jam alarm berbunyi)

Dari dalam selimut keluar tangan anak lelaki yang berusaha mencari-cari jam alarm tersebut. Tanpa sengaja ia justru menjatuhkan jam itu. Alarm mati. Ia kembali masuk ke dalam selimut.

Kamar tidur brian tidak begitu besar. Hanya ada Kasur kecil di sudut kanan ruangan, sebuah meja belajar dan sebuah lemari pakaian.

Meja belajarnya terlihat berantakan. Alat tulis berserakan dengan buku catatan yang masih terbuka. Terdapat satu buah kaleng kopi dan cup mie instant yang sudah habis di makan. Di dinding depan meja belajar itu terdapat beberapa ilustrasi gambar kota Jakarta menggunakan pensil berwarna hitam-putih.

Lemari pakaian brian tidak tertutup rapat, terlihat beberapa pakaian mencuat keluar bahkan jatuh dan berserakan di lantai. Sebuah gitar berdebu bersender di lemari tersebut. Beberapa buku pelajaran dan komik berhamburan di lantai.

34. INT. KAMAR BRIAN – PAGI

BRIAN

Ehmmm...

(mengerang dan mulai meregangkan tubuhnya. Kepalanya mencuat dari ujung selimut)

Brian masih berusaha untuk bangun. Ia duduk diujung ranjangnya dan tangannya mulai mencari-cari jam yang ia jatuhkan dibawah ranjangnya tersebut. Jam menunjukkan pukul 06:15. Ia meletakan kembali jam di meja belajarnya.

Ia bangun dan keluar dari kamarnya.

35. INT. RUMAH BRIAN, RUANG MAKAN – PAGI

(BLACK OUT)

Brian menyalakan lampu ruang makan tersebut. Tidak ada siapapun di ruang makan itu. Ia berjalan menuju wastafel. Jalannya masih sempoyongan dan rambutnya berantakan. Brian mencuci mukanya.

Brian mulai memasak nasi. Ia mengambil panci besar, memotong wortel, dan sayur hijau lainnya dan memasukkan ke panci yang airnya sudah mendidih. Brian menutup panci tersebut.

Ia juga memotong daun bawang, sedikit cabai, dan mengocok-nya dengan telur. Ia menggoreng telur tersebut. Tidak lama rice cookernya berbunyi menandakan nasi sudah matang.

CONTINOUS...

DARIUS, 46, ayah Brian yang memakai kemeja lengan panjang berwarna biru muda masuk ke ruang makan meletakkan tas kopernya di kursi meja makan tersebut.

Darius kemudian mengambil dua buah piring ke samping Brian dan meletakkannya di meja. Ia mencabut rice cooker dan meletakkannya di tengah meja makan. Ia membuka panci menghirup aroma sop dan mematikan kompornya. Ia kemudian mengambil dua buah mangkok kecil dan menyendokkan sop sayur yang sudah matang itu.

Telur goreng Brian sudah matang ia meletakkannya di piring yang diberikan ayahnya kemudian duduk di meja makan.

36. INT. RUMAH BRIAN, RUANG MAKAN – PAGI

Mereka makan dalam diam.

BRIAN

Kemarin aku melihat Ibu di stasiun bersama pria itu.

DARIUS

Hmmm...

(mengangguk dan tetap menyeruput sop langsung dari mangkok)

Brian terus mengunyah dan melihat ke arah Darius menunggu jawabannya.

Darius tidak menjawab. Ia sudah menyelesaikan makanannya, ia berjalan ke wastafel dan mencuci piringnya. Sementara Brian masih terus menghabiskan makananannya. Selesai mencuci piring, Darius mengambil dompet dari dalam tas kopernya, dan mengeluarkan dua lembar dua puluh ribuan.

DARIUS

Ini uang jajan kamu...

Brian mengambilnya dan mengangguk.

Darius mengambil kopernya dan berjalan meninggalkan Brian. Namun baru beberapa Langkah ia berhenti dan berbalik.

DARIUS

Oia, ayah jadi pindah dua minggu lagi.

Mungkin besok mulai pindahin beberapa dus kecil.

BRIAN

(mengangguk)

Mau aku bantu?

DARIUS

(tersenyum)

That’s will really helpful. Saya dan Lina pasti kesusahan kalau angkat kardus-kardus itu sendirian.

BRIAN

OK, besok jam 11?

DARIUS

Yap! Nanti ayah tambahin uang jajan kamu deh.

Yaudah kamu habisin makananmu udah siang.

Nanti telat ke sekolah. Bye...

Darius pergi meninggalkan Brian yang masih menghabiskan makanannya.

Jarum jam di dinding menunjukkan pukul 07.00.

37. INT. RUMAH BRIAN, RUANG MAKAN – MALAM - FLASHBACK

Jarum jam di dinding menunjukkan pukul 19.00.

SUBTITLES FADE IN: “Satu tahun yang lalu”

Brian meletakkan sendok dan garpunya. Ia memandang ke ujung ruang makan tersebut dalam diam. Badannya gemetar. Wajahnya ketakutan.

Brian duduk di ruang makan tersebut sendirian. Dari luar terdengar suara Darius dan AGNI, 42, Ibu Brian bertengkar.

Darius muncul di ruang makan sambil menyeret dan mencengkram tangan Ibunya.

AGNI

LEPAS!!

DARIUS

BILANG SAMA ANAK KAMU APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN?!

(mendorong Ibunya sampai ia terbentur kulkas di ruangan tersebut)

Brian tersontak kaget namun tetap diam.

Agni memandang Brian dalam diam. Matanya sembap dan masih menangis. Ia hanya memegang lengannya yang terlihat memar.

DARIUS

BILANG KALAU KAMU HAMIL SAMA PRIA BRENGSEK ITU!

Terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Derap Langkah dua orang terdengar berlari menuju ruang makan. BOWO, 45 kakak Agni dan ARISTA, 63, ibu Agni muncul di ruang makan itu.

ARISTA

DARIUS, CUKUP!

Darius berbalik memandang kesal ke arah Bowo dan Arista. Bowo masuk dan membopong Agni keluar dari ruang makan tersebut. Mereka pergi meninggalkan Darius dan Brian.

Darius duduk di meja makan dengan nafas yang masih tersengal-sengal.

Terdengar suara mobil menyala dari luar. Suara mobil itu pergi menjauh.

CONTINOUS...

38. INT. RUMAH BRIAN, RUANG MAKAN – MALAM - FLASHBACK

SUBTITLES FADE IN: “Delapan bulan yang lalu”

Darius masih duduk didepan brian mengenakan kaos santai rumahan berwarna berbeda. Dia memandang kebawah meja makan. Wajahnya marah dan kedua tangannya mengepal.

Terdengar suara koper yang digerek paksa dari atas tangga. Ibu Brian dengan perut yang sudah membesar datang diruang makan mengenakan setelan baju berwarna merah. Ia memandang Brian dan Darius dalam diam.

AGNI

Aku pergi...

Tidak ada yang menjawab.

Agni menatap Brian. Mereka saling pandang. Agni melemparkan senyum hambar kepada Brian. Agni pergi meninggalkan mereka menyeret kopernya yang berukuran besar tersebut. Terdengar suara mobil menyala. Suara mobil itu pergi menjauh.

Ayah Brian hanya diam. Kemudian ia menggebrak meja dan pergi dari ruang makan. Brian menunduk tidak berani memandang ayahnya.

Jam di dinding menunjukkan pukul 19.15.

CONTINOUS...

39. INT. RUMAH BRIAN, RUANG MAKAN – PAGI

Jam di dinding menunjukkan pukul 07.15.

Brian bangkit dari kursinya, ia mengangkat piringnya yang kosong dan mencuci piringnya di wastafel.

Selesai mencuci piring ia pergi meninggalkan ruang makan tersebut dan mematikan lampu ruang makan itu.

(BLACK OUT)

40. EXT. PENDOPO DI TAMAN – PAGI

Aida duduk di pendopo itu sambil menulis di buku catatan hitamnya.

Brian tampak dari kejauahan berlari menuju ke arah pendopo itu.

BRIAN

Hey, pagi...

AIDA

Hey!

(terkejut, ia menutup bukunya dan melihat jam tangannya menunjukkan pukul 09.30)

Loh kok kamu ga sekolah?

Brian mengacuhkan Aida. Ia masuk ke dalam pendopo itu dan membuka relsleting ranselnya.

BRIAN

Tutup mata dong!

AIDA

Hah? Ngapain?

BRIAN

Udah nurut aja deh...

Wajah Aida kebingungan namun ia menurut.

Brian mengeluarkan setengkai mawar putih dari dalam tasnya dan menyodorkannya ke wajah Aida.

BRIAN

Tara...

Aida membuka matanya dan terkejut. Senyum merekah di wajah Aida. Ia menyambut bunga tersebut.

AIDA

Hah? Kok kamu tau aku suka mawar putih?

(sambil menghirup wangi bunga tersebut)

BRIAN

Tau dong!

(sambil duduk disamping Aida dan mengeluarkan catatan merah dan pensilnya yang biasa)

AIDA

Terima kasih ya. Eh tunggu kamu bolos hari ini?

BRIAN

(mengangguk)

Iya, uda deh jangan bawel.

Keduanya tertawa terbahak-bahak. Dan mulai mengobrol satu sama lain.

41. EXT. PENDOPO DI TAMAN – MALAM

Brian sedang menunjukkan beberapa hasil gambarnya. Gambar kota Jakarta dengan pensil hitam putih.

Aida melihat jam di tangannya menunjukkan pukul 17.30.

AIDA

Sudah setengah enam. Pulang yuk.

(sambil mengambil tasnya)

BRIAN

(menunjukkan muka kecewa)

Yah. Gak berasa ya. Kamu besok kesini lagi?

AIDA

Hmmm iya. Jam 2?

BRIAN

(mukanya ceria lagi)

Ok, jam 2 ya disini.

Mereka mengambil tasnya dan melambaikan satu sama lain. Mereka berjalan ke arah yang berbeda.

42. INT. RUMAH SUSUN, KAMAR AIDA RUANG TAMU – MALAM

Aida baru selesai mandi. Ia sedang menyisir rambutnya di depan cermin di ruang tamu tersebut.

Tiba-tiba ia merasa ada tangan yang meraba rambutnya dari cermin, ia menoleh ke belakang dan memegang rambutnya. Namun tidak ada apa-apa. Ia kembali menoleh ke cermin.

Tubuh Aida terbujur kaku. Wanita yang ada di cermin bukan lah dia. WANITA DI DALAM CERMIN, 28, berambut panjang terlihat sedang menyisir rambutnya. Ia adalah wanita yang sama yang Aida lihat dari lubang kunci tadi pagi. Aida berusaha bergerak dari tempat ia berdiri namun tidak bisa. Ia berusaha membuka mulutnya namun mulutnya juga tidak bergerak.

Tiba-tiba mata mereka beradu. WANITA DI DALAM CERMIN melihat ke arah Aida. Wajahnya menjadi pucat pasi. Ia menyentuh cermin. Darah tiba-tiba muncul dari cermin tersebut dan mulai memenuhi cermin itu. Wanita itu kemudian memukul-mukul cermin hingga retak. Ia memukul cermin itu semakin kencang.

Tubuh Aida tiba-tiba lemas, ia ketakutan dan terjatuh. Ia memejamkan matanya. Suara pukulan di cermin masih terdengar semakin kencang. Ia memberanikan diri membuka matanya. Wanita itu dan darah di dalam cermin telah hilang.

Aida menarik nafas panjang. Nafasnya terengah-engah. Tubuhnya mulai berkeringat.

Tiba-tiba ia mendengar pintu kamarnya diketok. Aida terkejut. Ia segera bangun, namun sebelum membuka pintu ia mengintip dari jendela.

CONTINOUS...

43. INT. LORONG RUMAH SUSUN – MALAM

PRIA BERTOPI HITAM berdiri di depan kamar Wanita A dan mengetok pintu kamarnya. Tidak lama Wanita A keluar.

WANITA A

Ada yang bisa saya bantu?

PRIA BERTOPI HITAM

Ha.. halo, ka.. kamu ba.. baru ya disini?

(berbicara dengan suara tergagap-gagap)

WANITA A

Iya mas.

(melemparkan senyum canggung)

PRIA BERTOPI HITAM

Sa.. saya ti.. tinggal di atas.

Ka.. kamar Ee.. Enam Satu Tu.. Tujuh.

WANITA A hanya mengangguk canggung. Wajahnya kebingungan.

PRIA BERTOPI HITAM

Bo.. boleh lihat ka.. kamar kamu?

WANITA A

(terdiam sejenak, wajahnya sedikit takut)

Sama kok semua kamar disini.

PRIA BERTOPI HITAM

Se.. sebentar saja kok.

Terdengar suara ceret yang mendidih dari dalam kamar WANITA A.

WANITA A

Mas, saya lagi masak air. Saya tinggal dulu ya.

(Langsung bergerak masuk ke kamar dan mengunci pintu kamar).

PRIA BERTOPI HITAM itu terdiam didepan kamar pintu WANITA A. Tiba-tiba ia menengok ke arah jendela kamar Aida. Mata mereka saling bertemu.

CONTINOUS...

44. INT. RUMAH SUSUN, KAMAR AIDA RUANG TAMU – MALAM

Aida terkejut ia segera menutup tirai jendelanya dan berjalan menjauhi pintu.

PRIA BERTOPI HITAM mulai menggedor-gedor pintu Aida. Aida yang ketakutan berlari ke kamarnya. Ia segera mengunci kamarnya dan masuk ke dalam selimut.

Namun gedoran pintunya semakin kencang hingga akhirnya Aida tertidur.

45. INT. RUANG KELAS SEKOLAH DASAR – PAGI

Situasi sekolah sedang istirahat makan siang. Terlihat beberapa anak berlari-larian di kelas. Beberapa siswi di tengah ruangan tersebut sedang makan bekal bersama. Enam orang siswa di baris depan sedang bermain do mi ka do di mejanya.

Sementara Ladya hanya duduk sendirian di pojok kelas. TANIA, 10, menghampiri meja Ladya membawa secarik kertas. Dua orang temannya berdiri dibelakang Tania berbisik-bisik sambil tertawa.

TANIA

Hai Ladya... Ini untuk kamu...

(menyodorkan kertas)

LADYA

(tersenyum lebar dan mengambil kertas itu)

Terima kasih.

Ladya mengambil kertas itu dan bertuliskan: “LADYA ANAK ANEH”. Ladya sedih, menahan tangis dan melihat ke arah Tania. Tania hanya tersenyum bersama kedua temannya dan pergi meninggalkan Ladya keluar dari ruangan kelas itu.

ANAK LAKI-LAKI, 10, berwajah pucat bertubuh gempal muncul dari balik pintu itu melihat Ladya. Mereka bertatapan satu sama lain.

ANAK LAKI-LAKI itu melambaikan tanggan memanggil Ladya.

Ladya menengok ke belakangnya namun tidak ada orang.

LADYA

Aku?

(menunjuk dirinya sendiri).

ANAK LAKI-LAKI itu mengangguk dan tersenyum kepada Ladya.

Ladya bangkit dan berjalan ke arah anak itu. Anak itu justru pergi berlari.

CONTINOUS...

46. INT. LORONG SEKOLAH DASAR – PAGI

Ladya melihatnya berlari menuruni anak tangga. Ia mengikuti anak itu dan mengejarnya.

Hingga akhirnya di depan pintu perpustakaan anak laki-laki itu melambaikan tangan lagi kepada Ladya dan masuk ke dalam perpustakaan.

Ladya mengikutinya.

KRIIIINGGGGGG...

(Bunyi bel sekolah)

CONTINOUS...

47. INT. PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR – PAGI

Perpustakaan saat itu kosong. Lampunya belum menyala.

Ladya mencari anak itu dibalik rak-rak buku namun ia tidak menemukannya. Hingga akhirnya ia berhenti memperhatikan sebuah koran yang berada di salah satu rak.

LADYA

Kak Aida?

Ladya merobek halaman koran tersebut dan memasukkan ke saku celananya.

ANAK LAKI-LAKI

Halo...

(tersenyum lebar dan menjulurkan tangannya)

LADYA

(menjabat tangan anak laki-laki itu)

Halo...

ANAK LAKI-LAKI

Main petak umpet yuk...

Kamu sembunyi nanti aku panggil. Tapi kamu gak boleh jawab ya.

Ladya mengangguk senang. Ladya melihat ke arah jendela terlihat beberapa guru lari mondar-mandir di depan perpustakaan tersebut.

ANAK LAKI-LAKI

Aku hitung sampai tiga ya.

Satu... Dua...

Ladya segera berlari dan bersembunyi diantara rak buku.

ANAK LAKI-LAKI (O.S)

Ladya? Ladya?

Ladya tersenyum senang di tempat persembunyiannya. Suara pintu perpustakaan dibuka.

IBU KIKI, 25 (O.S)

Ladya? Kamu disini? Ladya?

Tetap tidak ada jawaban.

Akhirnya Ibu Kiki berdiri di depan Ladya yang sedang jongkok dibawah rak buku tersebut.

IBU KIKI (O.S)

Kok kamu dipanggil gamau jawab?

(menarik tangan ladya dengan wajah kesal)

Ladya menengok ke belakang ANAK LAKI-LAKI itu melambaikan tangan ke Ladya. Ladya membalasnya.

48. INT. RUANG BP SEKOLAH DASAR – PAGI

Ladya duduk tidak berani menatap ibunya LIDYA, 29 yang sedang berbicara dengan Ibu Kiki. Lidya kemudian menatap Ladya.

LIDYA

Ladya, bilang sama mama yang jujur... Kenapa kamu keluar dari kelas?

Ladya terlihat takut, ia melihat beberapa foto yang ditempel di meja Ibu Kiki. Ia berhenti ke sebuah foto. Ladya bangkit dari kursinya dan menunjuk ANAK LAKI-LAKI tadi yang berada dalam foto itu.

IBU KIKI

Apa maksud kamu Ladya?

LADYA

Tadi aku main sama dia.

Ibu Kiki menghela nafas panjang.

IBU KIKI

Ibu Lidya, tolong bantu kami bimbing Ladya.

Kami tidak bisa kalau dia terus begini.

LIDYA

Maaf bu, sekali lagi maaf.

Saya janji tidak akan terulang lagi.

(bangkit dan menggandeng Ladya)

Lidya bersalaman dengan Ibu Kiki. Sebelum pergi ia melihat ke arah foto yang ditunjuk Ladya. Foto itu bertuliskan: “KELAS 1B – ANGKATAN 3 – JULY 1987”.

48. EXT. JALAN DI LUAR SEKOLAH DASAR – PAGI

Lidya menggandeng Ladya, mereka berjalan dalam diam. Ladya melihat ke arah sekolahnya dan di salah satu jendela tersebut terlihat ANAK LAKI-LAKI tadi melambaikan tangan ke arah Ladya. Ladya tersenyum dan membalas lambaian tangan tersebut.

Lidya dan Ladya berpapasan jalan dengan Brian yang sedang membawa sebuah kardus kecil di tangannya.

CONTINOUS...

49. EXT. DEPAN RUMAH DARIUS – PAGI

Brian meletakkan kardus di depan pintu rumah Darius dan mengetuk pintu.

LINA, 38 membukakan pintu. Lina tidak begitu tinggi rambutnya pendek sebahu, tubuhnya kecil, kulitnya berwarna kecoklatan. Lina tersenyum kepada Brian.

LINA

Akhirnya sampai juga

(menyambut kardus tersebut)

Makasih loh, yuk masuk...

Dari luar terlihat Darius sedang sibuk memasang foto di dinding rumahnya. Brian masuk dan menutup pintu rumah.

50. INT. RUMAH DARIUS – SORE

Mereka selesai merapikan rumah Darius. Brian sedang minum segelas teh manis dingin yang disuguhkan Lina. Darius sedang menyiapkan makanan untuk mereka semua.

Jam di dinding menunjukkan pukul 16.00.

Brian terkejut mengingat ia ada janji dengan Aida.

BRIAN

Ah udah jam empat...

Aku pergi dulu ya...

(sambil bangun)

DARIUS

Loh kamu gamau makan dulu?

Uda mau siap nih.

LINA

Iya nanggung. Yuk makan dulu.

BRIAN

(bergegas lari ke pintu depan)

Kapan-kapan deh, aku ada janji.

Daaah...

CONTINOUS...

51. EXT. DEPAN RUMAH DARIUS – SORE

Brian bergegas memakai sepatunya. Ia menginjak ujung sepatunya dan langsung berlari meninggalkan rumah Darius. Lina mengikuti Brian dan menutup pintu rumahnya.

52. EXT. PENDOPO DI TAMAN – SORE

Brian muncul di ujung jalan depan pendopo tersebut. Ia berlari, nafasnya terengah-engah. Namun tidak ada siapapun di pendopo itu. Ia menengok ke kiri dan kanan pun tidak menemukan Aida ada di sekitar pendopo itu.

Ia melempar dirinya ke kursi pendopo itu. Wajahnya Lelah sekaligus kesal. Ia memukul kursi pendopo itu.

53. INT. RUMAH SUSUN, KAMAR AIDA KAMAR TIDUR – SORE

Suara ketukan terdengar dari pintu depan.

Aida terkejut dan terbangun dari tidurnya. Ia keluar dari selimut. Aida terlihat takut, ia mendekati pintu kamar tidur tersebut.

CONTINOUS...

54. INT. RUMAH SUSUN, KAMAR AIDA RUANG TAMU – SORE

Aida mengintip dari lubang pintu. Ladya berdiri di depannya. Aida segera membuka pintu dan melihat ke kiri dan ke kanan, tidak ada orang lain selain Ladya di lorong itu.

LADYA

Kak Aida kenapa?

Aida hanya menggeleng tidak menjawab dan melemparkan senyuman. Kemudian Aida melihat ke arah kamar WANITA A. Kamarnya gelap. Ia menatap curiga ke kamar tersebut.

AIDA

Gapapa...

Kamu tunggu disini sebentar ya...

Ladya menurut dan mengangguk.

55. INT. LORONG RUMAH SUSUN – SORE

Aida mulai mengetuk kamar WANITA A namun tidak ada jawaban. Ladya menatap Aida dengan tatapan bingung.

LADYA

Kak kenapa sih?

Aida jongkok dan berbisik di telinga Ladya.

AIDA

Kemarin ada yang memaksa masuk ke kamar ini.

Ada yang tidak beres.

Aida kembali mengetuk dan ia mencoba membuka pintu kamar WANITA A. Pintunya tidak terkunci.

CONTINOUS...

56. INT. KAMAR WANITA A – SORE

Tidak ada siapapun di kamar tersebut. Hanya ada sepiring makanan yang belum habis dan gelas yang sudah pecah di lantai.

Aida menelan air ludahnya. Ia segera menutup pintu kamar itu.

CONTINOUS...

57. INT. LORONG RUMAH SUSUN – SORE

AIDA

Kakak mau ke atas sebentar, kamu tunggu disini aja ya.

LADYA

Gapapa, aku ikut kakak aja.

AIDA

Tapi kalau ada apa-apa kamu lari ya.

Ladya mengangguk. Mereka berdua menuju ke lantai enam.

CONTINOUS...

58. INT. LORONG RUMAH SUSUN DEPAN KAMAR 617 – SORE

Kamar 617 gelap gulita. Tidak ada suara apapun dari dalam. Lorong lantai itu pun sepi tidak ada siapa-siapa.

Aida berdiri di depan kamar tersebut. Ladya berdiri dibelakangnya. Ia kemudian menempelkan telinganya di pintu kamar tersebut. Tidak ada suara sama sekali.

Ia mengintip dari jendela kamar itu, dan kamar itu gelap tidak ada tanda-tanda orang di dalamnya.

Aida kemudian mencoba membuka pintu kamar itu. Kamar itu tidak terkunci.

LADYA

Kak Aida, mendingan kita gausah masuk deh.

(Wajah Ladya mulai ketakutan sambil melihat ke kiri dan kanan lorong rumah susun tersebut)

AIDA

Gapapa, kamu mau tunggu di kamar kakak?

Ladya menggeleng dan memegangi baju Aida.

CONTINOUS...

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar