Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
A Trip to Your Wedding
Suka
Favorit
Bagikan
1. SCENE 1 - 6

EXT. SEKOLAH SMA. LAPANGAN UTAMA - DAY

Sekolah sedang melaksanakan upacara hari senin, tampak semua siswa dan siswi SMA berkumpul semua di lapangan, di podium utama, berdiri seorang bapak-bapak yang tak terlalu tua, mengenakan baju pegawai, tampilannya seperti bapak-bapak kepala sekolah pada umumnya. Di podium itu, ia berpidato.

KEPALA SEKOLAH

Untuk yang kelas 3, tolong belajar yang sungguh-sungguh, sebentar lagi UN, saya tidak mau sekolah saya tercoreng namanya gara-gara otak bodoh kalian tak mampu saya bina...

Para siswa dan guru tertawa mendengar pidato kepala sekolah. Kepala sekolah lalu tersenyum.

KEPALA SEKOLAH

Kalian semua harus bikin bangga saya, ya???

(menanyakan pada seluruh siswa)

PARA SISWA

YAA PAAAAK!!!

KEPALA SEKOLAH

Bagus! Saya suka lihat anak muda yang semangat...

(memanggil asistennya)

Gus, siapa kemarin yang juara puisi itu?

(asisten itu berbisik padanya, kemudian kembali menghadap kerumunan)

Ada seorang siswi yang membuat saya bangga, berkali-kali ia telah mengharumkan nama sekolah dengan jiwa seninya...pada kesempatan kali ini, saya ingin memberi apresiasi pada murid itu, ARFAANA SOFYAN, siswi 3 IPA 1, tolong maju ke depan!

Dari kerumunan, ARFA, seorang gadis cantik berjilbab maju ke podium utama, lalu berdiri di samping Kepala Sekolah.

KEPALA SEKOLAH

Arfa baru saja menjadi juara puisi tingkat Nasional minggu kemarin di Lombok.

Dalam barisan Upacara para siswa yang khidmat. ZUMI, seorang siswa yang menyukai Arfa bertepuk tangan sendirian. Murid-murid lain memandangnya dengan aneh, tapi tak diperdulikannya, ia teru bertepuk tangan sambil menyuit. Kepela sekolah mendengar suara tepuk tangannya. 

KEPALA SEKOLAH

Coba di bantu dulu tepuk tangan si kunyuk itu, sayang dia sendirian...

Seluruh siswa dan guru bertepuk tangan. Arfa tersenyum.

KEPALA SEKOLAH

Ada yang ingin disampaikan Arfa?

Bapak Kepala Sekolah mempersilahkannya berdiri di depan mic, Arfa menggeleng sambil tersenyum.

KEPALA SEKOLAH

Kalau tidak, bagaimana kalau kau membaca puisi...sudah lama bapak tidak dengar kata-kata yang indah, istri bapak di rumah ngomel saja kerjanya, tak pernah berkata manis pada bapak...

(seluruh orang tertawa)

Jadi, coba kau gombalin bapak dulu pakai puisimu? Ya?

Arfa tersenyum menuju ke depan mic, Kepala Sekolah berdiri di sampingnya. Arfa melihat kerumunan barisan siswa, lalu ia menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata.

ARFA

“Surga bagi Nabi Adam”...

(menarik nafas)

Surga bagi nabi kita, Adam. Hanyalah taman hijau yang sepi. Telaga bening meriak-riak sunyi. Malaikat-malaikat tampan berserah diri. Iblis-iblis durjana terasing. Lengang...tak seperti khabar dari kitab-kitab...

(kerumunan lengang, Arfa menarik nafasnya)

Semua berubah sejak kehadiran... Hawa...

Arfa membuka matanya, kerumunan tampak lengang terbius puisi indah yang dibacakan Arfa, Kepala Sekolah takjub tak bisa berkata-kata, terdengar suara tepuk tangan yang semula kecil menjadi membahana untuk Arfa. Zumi dalam barisan upacara, tampak sangat senang sampai menyuit-nyuit pada Arfa. Asisten kepala sekolah memberi sebuah piala pada Kepala sekolah, Lalu Bapak kepala sekolah memberikan piala itu dengan bangga pada Arfa, kerumunan makin riuh bertepuk tangan. Gadis cantik berhijab itu tak berhenti tersenyum. Ia menganggat piala itu di podium.

MATCH CUT TO:

INT. RUMAH ARFA - NIGHT

Tampak piala pemberian kepala sekolah terpanjang di lemari. pantulan kaca dari lemari itu memperlihatkan Arfa dan ayahnya sedang berdebat hebat. Mereka tak berhenti beradu argumen panjang tanpa suara. Kamera menyorot Arfa yang duduk di sebuah kursi, memperlihatkan wajahnya yang kecewa.

AYAH ARFA (O.C.)

Buku sudah tak diminati lagi di zaman modern ini, semuanya sudah tersedia di Internet... lagipula seni hanya akan laku di negara-negara maju, sedang kau tau sendiri bagaimana kondisi negara kita dengan masyarakatnya yang kurang suka membaca, kuliah di jurusan sastra tak menjamin masa depanmu...

(jeda)

Arfa???

Arfa melihat ke arah kamera, mencoba tegar.

AYAH ARFA

Ambil jurusan manajemen, ya nak?

Arfa yang mencoba tegar, menghadap kamera, menarik nafas dalam-dalam.

ARFA

(mengangguk)

Ia abah...

Kamera kemudian berputar ke arah bagian belakang kepala Arfa, tampak buram ayah dan ibunya berbahagia dengan keputusan Arfa.

CUT TO:

INT. STUDIO FOTO - VARIOUS TIME - MONTAGE

Tampak di depan kamera layar biru, dari samping kanan Arfa muncul memakai baju berhijab dan berbaju putih lalu berdiri tepat di tengah. Arfa menghadap kamera dengan wajah dingin. KLIK! Suara kamera memfoto Arfa yang hendak masuk kuliah.

Dengan ekpresi muka yang sama, Layar berganti dengan Arfa memakai jas almamater, jilbabnya senada dengan warna almamaternya. Klik.

Dengan ekpresi muka yang masih sama, layar berganti dengan Arfa memakai jilbab hitam dan baju toga, kedua orang tuanya berdiri di kedua sisinya sambil tersenyum menghadap kamera.

MATCH CUT TO:

JAKARTA

INT. KANTOR. RUANG KERJA ARFA - DAY

Kamera menorot Dengan ekpresi wajah Arfa yang masih sama. Tampilannya tampak seperti pekerja eksekutif dengan jabatan tinggi. Ia lalu melihat ke arah mejanya, tampak sebuah papan nama meja bertuliskan “ARFAANA SOFYAN. MARKETING MANAGER.”

Arfa termenung memandang papan nama meja itu.

PEGAWAI ARFA (O.C.)

Design baliho di Matraman bisa gini mbak?

Suara pegawai Arfa mengejutkan lamunannya. Tampak pegawai Arfa masuk ke ruang kerjanya, menghampiri Arfa yang duduk di kursi sambil menyerahkan sebuah print design. Arfa melihat design itu.

ARFA

Teksnya terlalu kaku, buat yang simpel aja, biar gak ribet pas dibaca, terus warnanya jangan terlalu ngejreng gini, agak kaleman dikit...

PEGAWAI ARFA

Oooo gitu, apalagi mbak yang perlu di edit

ARFA

Itu aja dulu, kalau udah kelar, anterin lagi ke saya ya...

PEGAWAI ARFA

Baik mbak

Arfa memperhatikan pegawainya meninggalkan ruang kerjanya.

CUT TO:

I/E. JALAN RAYA. DALAM MOBIL ARFA - NIGHT

Wajah Arfa tampak lesu mengandarai mobil. Hpnya di desk mobil menampilkan sebuah pesan. sambil mengendarai mobil ia melihat pesan hpnya, tampak di layar bahwa akan di adakan reuni SMA 23.

CUT TO:

EXT. KAFE MODERN - NIGHT

Arfa duduk bersama teman-teman smanya di sebuah meja. Tampak di muka tulisan yang besar “WE MEET AGAIN SMA 23”. Arfa tampak tak tertarik mendengar pembicaaraan teman-temannya tentang pekerjaan dan gaji mereka. Dari kejauhan, tanpa disadari Arfa, Zumi senang melihat Arfa.

TEMAN PEREMPUAN ARFA #1

Lo kok diem aja sih fa?

ANI

Ia nih, padahal lo yang paling sukses di antara kita-kita...

TEMAN PEREMPUAN ARFA #2

Emang Arfa kerja dimana?

ANI

Manajer marketing sekarang ni orang... Lu pada belum tau?

TEMAN PEREMPUAN ARFA #3

Wahhh... Duitnya banyak ni...gak perlu lagi cari om-om kalau Iphone baru keluar

Teman-teman Arfa tertawa keras mendengar itu, lelucon temannya itu mampu membuat Arfa tersenyum.

TEMAN PEREMPUAN ARFA #1

Hush.. lu kira si Arfa jablay kek elu apa? Cewe baik-baik dia...

Zumi datang ke meja mereka

ZUMI

Halo ciwi-ciwi... makin menor aja dandanan lu pada...

ANI

Ngapaind lu kesini kutu kupret! Minggir sana, bau tau!

ZUMI

Yaelah lo na, masih aja sewot.

ANI

Ya elu datang-datang ngajak berantem, kesel gua...

ZUMI

(menyengir)

Hehehe, sorry, udah lama gak ngatein lu pada...

TEMAN PEREMPUAN ARFA #2

Yaudah lu pegi sana mi, gangguin kita aja...

ZUMI

Yaelah sangar amat kayak ibu-ibu ketemu pelakor...

ANI

(marah)

Mi, gua gampar ya kalo elo gak pergi...

ZUMI

Iaa deh ia deh iaa

Zumi melihat Arfa yang dingin menatapnya sambil tersenyum. Arfa tak acuh.

ZUMI

Dada tante-tante...

Zumi berlalu, salah seorang teman perempuan Arfa berdiri ingin mengejar Rumi tapi di tahan oleh temannya yang lain. Zumi berlari kencang meninggalkan mereka.

TEMAN PEREMPUAN ARFA #2

Masih ngeselin aja yah tuh si cumik..

ANI

Elo sih ta, ngapaind nahan-nahan gua, padahal pengen gua gampar tuh orang..

TEMAN PEREMPUAN ARFA #1

Ya maaf...

ARFA

Emang siapa sih dia?

ANI

Elo ingat gak siswa yang gak pake baju seharian hormatin bendera gara-gara mencet bel sekolah?

ARFA

Ooo..Yang Pak Karman marah banget soalnya kita pada pulang padahal pelajaran belum abis ya?

ANI

O oh..

TEMAN PEREMPUAN ARFA #3

Sampe diketawain waktu sekolah

ARFA

Padahal gua waktu itu pengen banget latihan, persiapan lomba puisi udah mepet, tapi gak dikasih izin sama bu Diah...

TEMAN PEREMPUAN ARFA #1

Buk Diah, hahaha, lucu gue inget sama beliau, udah killer ngajarin fisika lagi...

TEMAN PEREMPUAN ARFA #2

Iaa iaa, bosenin lagi ngajarnya...

ARFA

Bersyukur banget gua sii...

(mencoba mengingat)

siapa namanya...

TEMAN PEREMPUAN ARFA #2

Zumik

ARFA

Aa! Zumi..gara-gara dia iseng mencet bel, gua jadi bisa latihan, trus gua bisa dapatin juara nasional, hehe...

ANI

Elu masih suka nulis puisi, fa?

Jeda.

Arfa yang semula gembira langsung termenung sedih mendengar pertanyaan itu.

ANI

Loh fa? Kok lu jadi sedih sih??

(teman-temannya mendekat ke Arfa)

Cerita dong?

TEMAN PEREMPUAN ARFA #1

Iaa fa, lu dari tadi diem aja kita liat.

ARFA

(tersenyum kecil)

Gak papa kok, cuma lagi pening aja, kerjaan di kantor lagi numpuk...

TEMAN PEREMPUAN ARFA #3

Yaelah fa, elu kan dah jadi bos, suruh dong beresin sama anak buah lu..

TEMAN PEREMPUAN ARFA #1

Ya Allah peni, si Arfa itu manager bukan Ceo..

TEMAN PEREMPUAN ARFA #3

Oohh, gua kirain sama, hehehe..

ANI

Kebanyakan open B.O Sih lo...

TEMAN PEREMPUAN ARFA #3

Heh, itu mulut mau gua kuliahin apa?

Keremunan teman Arfa tertawa, Arfa tersenyum kecil, dalam senyumnya itu, ia masih termenung.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar