Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
2 INT RUMAH – RUANG TAMU – MALAM
Hafa dan Hazza duduk di lantai bersebelahan dengan meja pendek tempat mereka mengerjakan tugas dengan laptop.
HAZZA
Udah selesai? Jangan ketiduran di sini, ribet.
HAFA
Kenapa ya, Za. Gue nggak suka sejak lo datang sama papa karena gue ngerasa lo ngerebut perhatian papa apalagi katanya lo pernah tinggal bareng di Kanada. Sementara gue, jaraaang banget ketemu dia. Terus lo masuk ke sekolah, dengan gampangnya lulus tes, langsung ke tingkat 3, ngerebut posisi tertinggi yang selama ini gue dapet. Sosok yang gue ga tau siapa. Tapi gue tau lo jujur. Jadi gue pengen jujur juga ya sebagaimana gue juga orangnya terbuka dan blak-blakan dan gue juga mantan ketua club speech... (Terdiam) It`s embarrassing. Gue suka sama lo.
HAZZA
(Senyum tapi tak excited) Gimana rasanya menyukai dalam kepastian, mencintai tanpa penolakan, dan menginginkan langsung memiliki?
HAFA
Feel special. (tersenyum berbinar)
HAZZA
Like what I`m feeling.
Hazza menyeka rambut Hafa, Hafa terdiam canggung, tak lama tersenyum.
3 BANYAK TEMPAT – BANYAK LATAR WAKTU – SINGKAT TANPA DIALOG
Hafa mulai kebiasaannya kembali dengan selalu memakai hoodie, sweater, semacamnya dan celana panjang. Hubungan mereka tidak lagi kaku dan dingin. Mereka jadi sering menolong orang-orang yang kesulitan, membeli dagangan dari pedangan kecil, lansia yang ingin menyeberang jalan, anak kecil yang menangis di pinggir jalan, datang bermain dan berdonasi langsung ke panti asuhan. Di kampus, mereka sering mengajari teman-teman yang bertanya tentang bahasa Inggris atau pun yang lainnya. Mereka berdua tampak bahagia menjalaninya. Namun belum ada teman di kampus yang tahu hubungan mereka.
Sehabis berbagi nasi kotak dengan motor, motor mereka mogok di lorong menuju rumah sehingga mereka harus jalan kaki sampai di rumah. Lorong di sana sepi dan teduh sehingga sangat menyenangkan berjalan kaki di sana. Tiap tiba di rumah, Hazza masih sering menanam tanaman di halaman rumah, Hafa pun ikut. Mereka mengerjakan tugas kuliah larut malam bersama hingga Hafa duduk ketiduran di bahu Hazza.
4 INT. WASTAFEL KAMAR MANDI – PAGI
Hafa mual-mual di wastafel. Hazza datang.
HAZZA
Kamu kenapa, Fa?
HAFA
(Menyeka mulut dan pipinya) Eh… Nggak apa-apa. (Tiba-tiba mual kembali)
Hazza diam.
CUT TO:
5 INT. RUANG RUMAH SAKIT
Hafa dan Hazza duduk di kursi berhadapan dengan seorang dokter.
DOKTER
Selamat, ya.
Hazza tersenyum kecil, lalu menoleh ke Hafa yang tampak pucat dan datar.
6 INT. KAFE – MEJA PELANGGAN – SIANG
Sebelum memesan makanan, Hafa searching di ponselnya, makanan yang dapat menggug…".Hazza datang Hafa langsung menghapus ketikannya dengan tangan bergetar. Hazza pura-pura tak tahu.
HAZZA
Mau search apa tadi? Makanan yang dapat meng…? Mengenyangkan? Harusnya cari yang menyehatkan? Tapi nggak usah. I'm your Google. Aku yang akan atur makanan kamu mulai sekarang.
Hafa diam murung, Hazza pelan-pelan menghapus senyumnya.
6 KAMPUS - LORONG KAMPUS – PAGI
Lorong sepi. Hafa dan Hazza berjalan bersama. Ponsel Hazza bordering sehingga Hazza pergi agak menjauh dari Hafa. Hafa lanjut berjalan menuju kelas. Hazza mengangkat teleponnya tanpa berbicara namun menunggu orang yang menelponnya berbicara. Raut wajahnya serius.
SUARA TELEPON
Leooon! Is that you? Where have you been? (suara berat laki-laki, serius)
Mata Hazza terbelalak, diam lama, lalu menutup telponnya. 5 meter darinya ada dua orang dosen wanita yang berdiri mengobrol.
DOSEN 1
Sebelum ibu dosen berangkat ke Swiss, nih saya ada buah tangan.
DOSEN 2
Oh ya? Makasih. Ha? Kantong muntah? (senyum terpaksa)
DOSEN 1
Ibu bilang suka mabuk udara kan? Jadi ini pasti bermanfaat sekali, Bu. Jangan lupa jaga kebersihan. Kantongnya kalau udah dipake, buang di tempat sampah di bandara di Swiss yah. Jangan dikasih mbak pramugarinya. Kasian dong sama baunya. (Nada julid)
DOSEN 2
Anda ini sebenarnya iri kan karena saya mau ke luar negeri?
DOSEN 1
Ih nggak. Saya cuma mau menghargai ibu, pramugari, dan kebersihan pesawat. Itu aja.
Sambil dua orang dosen itu berbicara, Hazza berjalan dengan pandangan lurus ke depan dan langkah yang pelan namun tegap. Tangan kanannya memegang kartu SIM HPnya. Matanya tetap lurus ke depan saat ia menyisipkan kartu SIM itu di kantong muntah yang dipegang ibu dosen tanpa ibu itu sadari. Kantong muntah itu kemudian diterima dan disimpan ke dalam tas yang akan dibawa terbang menuju Swiss. Ya, Hazza baru saja membuang kartu SIMnya tepat setelah sosok misterius yang dikenalnya menghubunginya.
DOSEN 2
Yaudah makasih.
7 KANADA – RUANG KOMPUTER - MALAM
Gadis dengan gaun kasual namun mewah duduk di sofa mahal bersilang tangan dan kaki dengan ekspresi kesal dan angkuh, memandangi dua orang petugas di depannya yang duduk sibuk dengan komputer. Namanya Lyona. Percakapan di sini berlangsung dalam bahasa Inggris.
LYONA
Hei, aku bilang tidak usah mengerjakan itu. Biar aku saja. Hanya saja belum waktunya aku ingin mengerjakannya karena itu pekerjaan yang mudah. Tidak perlu terburu-buru. Aku telah berjanji pada ayahku.
PETUGAS 1
Maaf, tapi ini tugas langsung dari bos, ayah anda sendiri.
PETUGAS 2
(Excited) Hei, aku mendapat signal. Bantu aku melacak informasi dan rekamannya. Lihat kontak ponsel ini. Cari ini kode negara apa.
Petugas 1 cepat mengetik di keyboard, mencari negara dengan awalan kontak +62. Lyona mengernyitkan dahi dan ikut penasaran sehingga ia mendekat ke meja komputer.
PETUGAS 1
Indonesia!
PETUGAS 2
Tunggu, lihat lokasinya sekarang. Di bandara. Aku rasa ini penerbangan internasional.
PETUGAS 1
Okey. Kita tunggu dan kemudian lacak penerbangan dengan pesawat apa, kapan, dan ke negara apa? Sepertinya ini alasan kita kesuliatan menemukannya. Dia sering menyembunyikan dirinya dengan berpindah-pindah negara.
LYONA
(Memukul meja komputer) Aku bilang kalian tidak usah meneruskan pencarian itu! Aku yakin kalian tidak akan berhasil. Dan kalau kali ini pekerjaan kalian tidak ada hasilnya juga, tenang saja. Kalian pasti absolutely dipecat! (pergi)
PETUGAS 2
Heh, gadis sok pintar itu selalu sombong dan merendahkan orang lain.
PETUGAS 1
Tapi dia memang pintar. Pengalaman belajar dan bidang yang dikuasainya sangat banyak dan high quality. Bos membayarkannya banyak tempat belajar hanya agar bisa langsung lolos masuk dan kemudian lulus cepat juga. Semua karena uang, ia bisa menjadi apa saja yang ia mau. Untung saja otaknya juga cerdas menerima banyak pelajaran yang berbeda.
PETUGAS 2
Itu berkat yayasan Pure Promises milik ayahnya sendiri. Tapi kau pasti tidak akan pernah mau memasukkan anakmu di dalam sana, bukan?
PETUGAS 1
Ya… Mereka dibimbing dan dijadikan hebat dalam kecerdasan dan good looking, dan lahir dengan gen istimewa. Itulah mereka. Tapi untuk apa jika pada akhirnya setiap potong tubuh mereka hanya akan dijual.
PETUGAS 2
Setidaknya jangan sampai aku dipecat karena kau. Cepat lacak itu!
Sementara itu, Lyona berdiri memandang dinding bergambarkan peta dunia yang sangat besar. Wajahnya datar, sorot mata tajam namun penuh harap.
LYONA
Leon... Aku akan menemukan mu. Sahabat kecilmu... Lyona.
8 LORONG KAMPUS - PAGI
Hazza belum menyusul setelah mengangkat telepon. Hafa jalan sendiri. David tiba-tiba menarik pergelangan tangan Hafa.
DAVID
Hafa, kenapa kamu nggak pernah lagi mesen driver online? Tiap pulang kampus, aku sering nungguin kamu di parkiran, loh. Harusnya bisa satu mobil lagi sama kamu. Padahal aku mau traktir loh. Gratis.
HAFA
Maaf, Kak. Aku ada gandengan sih. Jadi nggak mesen lagi.
DAVID
Hazza? Ya… Sering liat sih. Tapi… Kamu ngerasa nggak sih, dia anaknya aneh, mencurigakan.
HAFA
(Senyum kecil menggeleng) Nggak, kok, dia anaknya baik.
DAVID
Aku tau kalian sesama maba. Tapi lebih jelasnya kamu kenal dia dari mana? Kamu tau asal-usul dia dari mana?
HAFA
Emang ini sinetron legenda? Aku juga nggak tau asal-usul kakak tapi aku masih mau bicara.
DAVID
Nggak gitu, Hafa. (meraih lagi tangan Hafa namun lebih keras)
HAFA
A!! (teriak kesakitan)
DAVID
Maaf, Fa. (melepas genggamannya)
HAFA
Mungkin aku nggak akan bicara lagi sama Kakak (menatap kesal lalu pergi cepat)
9 RUMAH HAFA – TERAS RUMAH - MALAM
Hafa gelisah karena David tiba-tiba ada di depan rumahnya, menunggunya keluar.
HAFA
Aduh gimana nih? Ngapain juga sih dia ngedrama gitu malem-malem depan rumah orang. Eh! Hazza lagi di luar beli makanan lagi. Gimana kalau Kak David ngeliat Hazza balik?! Telpon telpon telpon!
HAZZA
Ada apa, Fa?
Suara Hazza di telepon juga terdengar di depan rumah.
HAFA
Hah, lo udah di depan!? Zza, gue harap lo bisa ngurusin ini. Oke. (menutup telponnya)
David terdiam heran di teras rumah. Kenapa ada Hazza dengan kantong plastik di tangannya dan baru saja ditelpon Hafa.
DAVID
Ada apa lo ke sini?
HAFA
Haduh tuh anak mana bisa boong. Susah nih. Kebongkar semua udah (gelisah)
HAZZA
Gue nganterin makanan buat Hafa. Lo?
DAVID
Ada yang mau gue omongin.
HAZZA
Kan bisa di kampus aja besok.
DAVID
Gue ga bisa tidur kalau ini belum selesai.
HAZZA
Kebanyakan kopi kali. Udahlah sana balik.
DAVID
Ngapain Lo ngurusin gue.
HAZZA
Yaudah. Kasi tau yang mau Lo bilang, nanti gue yang sampein.
DAVID
Terus ngubah-ngubah penjelasan gue?
HAZZA
Gue nih orangnya jujur ya.
DAVID
Oke! Lo siapanya hafa?
Hafa tepok jidat, gemas cemas.
HAZZA
Temen... Hidup (Nada hazza menyusut)
DAVID
Apa? Temen hidup?
HAZZA
Iya.. gue idup. Hafa idup. Lo juga idup. (Awkward namun datar)
DAVID
Lo bisa jamin apa kalau lo cuma ngasih makanan ke hafa setelah gue pergi?
HAFA
Sorry, bisa nggak, nggak berisik di rumah orang?
Hafa tiba-tiba keluar. Sudah kesal. Hazza langsung berdiri di depan Hafa, membelakangi hafa sehingga David kurang dapat melihatnya.
HAZZA
Nih pesanannya.
Hazza menyodorkan plastik itu ke Hafa tanpa menoleh. Hafa mengambilnya dan menutup pintunya lagi.
DAVID
Hafa, aku mau jelasin yang tadi. Fa!!!
HAZZA
Lo bisa jelasin besok... Kalau Lo masih idup… teman.
DAVID
Okey... sebelum gue balik, lo duluan ke rumah Lo. Pasti deket dari sini kan karena dateng ke sini cuma jalan kaki.
Hazza malas menanggapi. Akhirnya Hazza beralibi berjalan kaki melewati 3 rumah dari rumah hafa yang tidak lain juga tempat tinggalnya. David membuntuti di belakang dengan mobilnya. Hazza berhenti di depan sebuah rumah. David juga berhenti dan melihati Hazza dari jendela mobilnya yang terbuka.
HAZZA
Makasih udah nemenin... Temen hidup.
David menatap malas. Lalu menarik gas untuk pergi. Setelah David sudah jauh, Hazza bergegas kembali Hafa. Tiba di rumah, Hafa ternyata pingsan di sofa tampaknya setelah memakan makanan dari Hazza. Hazza cemas. Ponsel Hafa berbunyi lagi ditelpon David. Hazza ragu, namun ia akhirnya mengangkatnya.
HAZZA
David… Gue minta bantuan lo.
David putar balik tanpa bicara. Ia putar balik.
7 INT. RUMAH SAKIT - MALAM
Hazza menggendong Hafa lalu kasur pasien dibawakan untuknya.
HAZZA
Dia pingsan setelah makan. Tolong istri saya, dok.
David terhenyak. Hafa telah dibawa ke ruang pasien.
HAZZA
Makasih bantuannya Vid, I mean, Kak David. Sorry soal yang tadi. Mungkin ini butuh penjelasan tapi...
DAVID
Sebelumnya, ya, gue butuh penjelasan. Tapi sekarang nggak lagi. Tadinya gue mau nungguin hafa, tapi ada orang yang lebih pantas untuk ngejaga dia.
10 INT. KELAS – SIANG
Selesai kelas, Hazza mendatangi 2 orang teman Hafa.
HAZZA
Hafa di rumah sakit dekat sini. Sore ini dia udah bisa pulang. Tolong kalian antarin ya. Ini kunci rumahnya.
VIRA
Hah? Hafa sakit?
TARI
Hafa udah chat gue sih tadi. Oke. Mobil gue siap untuk sahabat tercinta.
Hazza pergi.
VIRA
But, kunci rumah? Kok bisa sama dia?
TARI
Mereka sih emang sering bareng belakangan ini, tapi Hafa nggak pernah cerita apapun tentang hubungan mereka.
11 RUMAH HAFA – KAMAR HAFA - SORE
Hafa terbaring di kasur, Vira dan Tari di sampingnya.
VIRA
Hafa, ini ga salah rumah lo nih? Kaos cowok, sepatu cowok?
Hafa ragu menjelaskan. Hazza tiba di ambang pintu kamar. Vira dan Tari melongo kebingungan.
HAFA
Ehm… Yang punya baru datang dari kerja. My… husband.
HAZZA
Jangan bicara hal berat dulu, Fa.
HAFA
I'm okay. It's girls time.