Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
7.INT.RUMAH KEKE - PAGI
Jam menunjukan pukul setengah 7 pagi. Suara alarm dari ponsel sudah berbunyi sejak setengah jam lalu, tapi tidak membuat Keke bergerak sama sekali dari tempat tidurnya. Bahkan suara ribut-ribut di lantai bawah sejak setengah jam lalu sama sekali tidak mengganggu Keke. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
KIA
Kak! Kakak udah bangun?
Mendengar tidak ada sahutan, Kia kembali mengetuk pintu sedikit keras.
KIA (CONT'D)
Kak!
Kali ini Kia mengetuk lebih keras. Hingga ketukan ketiga, pintu terbuka, menampakan Keke dengan wajah kesal.
KEKE
Apasih pagi-pagi udah bikin ribut di kamar orang?!
KIA
Rumah kita kemalingan, Kak.
Kening Keke mengernyit menatap Kia.
KEKE
Kok, bisa?
KIA
(Menggeleng)
Enggak tau.
KEKE
Oh, yaudah sana.
Kia mengangguk, lalu Keke segera menutup pintu sambil berpikir. Tak lama kemudian ia mengingat dua orang yang masuk melalui jendela dapur semalam. Keke mengangguk-angguk paham.
KEKE
Ohh... maling yang itu.
Keke berjalan untuk mematikan alarm di ponselnya. Tapi matanya langsung membulat ketika melihat jam di layar ponsel.
KEKE
(Melempar ponsel dan langsung lari ke kamar mandi)
Aduh! mampus telat, nih.
CUT TO:
8.INT.RUMAH AMBAR - PAGI
Ambar duduk di kursi sambil memakai sepatunya yang sudah lusuh di teras rumah. Ia melirik ibu-ibu yang sedang heboh mengerumuni tukang sayur di depan rumahnya sambil bergosip ria membicarakan janda muda anak satu yang baru pindah ke kampungnya.
AMBAR (V.O)
Pagi-pagi udah pada nyari dosa aja.
Dari arah pintu terlihat Aini dengan seragam sekolah SD-nya sedikit melongokan kepala menatap Ambar. Ambar menoleh dengan raut bingung juga galak.
AMBAR
Ngapain ngintip-ngintip?!
Aini sedikit menunduk, lalu perlahan menampakan seluruh tubuhnya, dengan takut-takut ia berjalan mendekati Ambar.
AINI
Bekel Kak Ambar ketinggalan.
Ambar mengambil bekal itu dari Aini. Bocah bertubuh mungil itu segera berbalik dan berlari ke dalam rumah.
Ambar selesai mengikat tali sepatunya, lalu memasukan bekal ke dalam tas. Ia berdiri dan melongokan kepala ke dalam rumah.
AMBAR
Bu! Ambar pulangnya agak sorean, ya!
IBU AMBAR (O.S)
Iya! Asal jangan malam-malam.
AMBAR
Iya! Ambar berangkat! ASSALAMU'ALAIKUM!
CUT TO:
9.INT.RUMAH TIAR - PAGI
Tiar yang baru saja keluar dari kamar mengernyit bingung ketika melihat Bapak seperti sedang mencari sesuatu.
TIAR
Nyari apa, Pak?
BAPAK TIAR
(Menoleh)
Kamu liat si Bento nggak, Yar?
Tiar sedikit berpikir.
TIAR
Tokek yang Bapak pelihara itu?
Bapak masih mondar-mandir ke segala penjuru.
BAPAK TIAR
Iya, itu si Bento. Pas bangun tidur, Bapak liat udah nggak ada di kandangnya.
TIAR
Kabur kali, nggak mau dipelihara dia.
Bapak bertolak pinggang dengan sebelah tangan menggaruk kening pusing.
BAPAK TIAR
Aduhhh... padahal Bapak susah payah nangkep si Bento.
TIAR
Lagian, Bapak aneh. Melihara, kok Tokek.
BAPAK TIAR
Itu, si Bento, kalo udah gede mau Bapak jual. Udah ada yang nawar ke Bapak 10 juta.
TIAR
(Kedua matanya membulat)
Wah! Serius, Pak?
BAPAK TIAR
Iya. Makanya Bapak pusing si Bento malah kabur.
TIAR
Emang Bapak dapet si Bento dari mana?
BAPAK TIAR
Dari rumah Pak RT, waktu itu Pak RT minta tolong ke Bapak buat nangkep tokek di rumahnya.
TIAR
Yaudah, Bapak nyari lagi aja ke rumah Pak RT, siapa tau masih ada.
Bapak mengangguk-angguk menyetujui usul Tiar.
BAPAK TIAR
Iya-iya. Udah, kamu berangkat sana, udah siang.
Tiar berjalan untuk memberi salam pada Bapak.
TIAR
Kalo gitu, Tiar berangkat, ya, Pak.
BAPAK TIAR
Iya, hati-hati.
Tiar bergegas keluar dari rumah.
BAPAK TIAR
Tiar! Kalo ada yang ganggu kamu di sekolah tonjok aja mukanya!
TIAR
IYAA!
CUT TO:
10.EKS.SEKOLAH - PAGI
Tiar membenarkan kacamatanya yang melorot sambil mengamati jalan di ujung sana.
TIAR
Keke ke mana ya, jam segini belum dateng juga.
AMBAR
Paling kesiangan lagi dia. Keke, kan kalo tidur kayak orang mati.
Saat ini, Ambar dan Tiar sedang menunggu Keke di depan pos satpam sekolah. Keduanya sesekali mengecek jam dengan bertanya pada pak Satpam yang memakai jam ditangannya.
Tidak lama, Keke terlihat berlari dari kejauhan.
Tiar melambai-lambaikan tangannya pada Keke.
TIAR
KEKE!
Keke datang dengan napas terengah-engah. Rambutnya sedikit basah dan dibiarkan berantakan tanpa disisir. Ia mengusap keringat di keningnya dengan asal.
AMBAR
Tumben telat.
KEKE
Biasa, kesiangan. Ditambah tadi gue naik angkot.
AMBAR
Biasanya lo dianterin.
KEKE
Orang tua gue lagi sibuk laporan ke Pak RT.
TIAR
Emang laporan apa?
KEKE
Laporan kemalingan.
AMBAR
Rumah lo kemalingan?
KEKE
Iya.
AMBAR
Kok, bisa? Bukannya di komplek lo ada satpamnya?
Keke mengedikan kedua bahunya.
KEKE
Lagian udah gue ijinin, kok.
AMBAR
Ijin?
KEKE
Iya. Tadi malem gue ketemu sama malingnya, gue males teriak-teriak, yaudah gue biarin aja mereka maling di rumah gua.
Ambar dan Tiar mengernyit bingung, lalu saling pandang.
TIAR
Orang kaya, mah bebas.
Setelahnya mereka berjalan beriringan menuju gedung sekolah. Saat mereka berjalan di koridor kelas. Tampak para murid yang sedang berkumpul di mading sekolah.
AMBAR
Kenapa, tuh? Tumben rame-rame. Liat, yuk!
Keke dan Tiar segera menyusul Ambar yang sudah terlebih dahulu berlari menuju mading.
Mata Ambar menelusuri berupa kertas yang menjadi perbincangan.
KEKE
Ada info apa?
Ambar tersenyum lebar menatap kedua sahabatnya.
AMBAR
Nanti siang pas jam istirahat bakal ada tanding basket.
KEKE
Terus? Istimewanya apa?
AMBAR
Dirga ikut main lagi.
Keke mengangguk-angguk paham.
KEKE
Ohh... pantesan rame.
TIAR
Dirga? Anak basket yang lo suka itu, ya?
Ambar segera menempelkan telunjuk di bibirnya, matanya menoleh kanan-kiri waspada.
AMBAR
Jangan keras-keras, kalo sampe ada yang denger gimana?
Tiar ikut memperhatikan sekitar.
TIAR
Iya, maaf-maaf.
11.EKS.SEKOLAH - SIANG
TIAR
Ambar!
Aksi Ambar yang baru saja berancang-ancang menuju lapangan terhenti. Ia menoleh pada Tiar dan Keke yang berjalan ke arahnya.
KEKE
Lo mau ke mana?
Ambar mengulas senyum lebar.
AMBAR
Gue mau nonton Dirga main basket.
Tiar dan Keke menoleh ke arah lapangan yang saat ini sedang dipenuhi oleh para murid yang sudah berkerumun di pinggir lapangan.
KEKE
Lo nggak mau ikut makan siang?
Ambar melirik plastik transparan berisi nasi box yang ditenteng Keke.
AMBAR
Enggak, deh. Lagian gue juga bawa bekel dari rumah. Gue mau nonton Dirga main basket dulu, bye!
Setelahnya Ambar berlari menuju kerumunan di pinggir lapangan, meninggalkan Tiar dan Keke yang kini saling pandang.
Tiba-tiba Tiar tersenyum senang.
TIAR
(Bertepuk tangan)
Asiikkk! Jatah makan gue nambah hehe.
Keke mengalihkan pandangannya pada Ambar yang kini sudah tak terlihat karena tertutup oleh para murid lain yang berdiri di sana.
KEKE
Yaudah, yuk!
Keduanya pun pergi dari sana menuju tempat mereka seperti biasa.
12.EKS.LAPANGAN SEKOLAH - SIANG
Terlihat Ambar berdiri di barisan depan. Ia menoleh pada seorang siswi dengan rambut lurus yang dikuncir menggunakan pita berwarna merah. Di kedua tangannya sudah ada pom-pom cheerleader lengkap dengan pakaiannya. Tak lupa aroma parfume yang menyapa hidungnya. Ambar tersenyum singkat saat cewek itu berteriak menyemangati para pemain sambil mengangkat pom-pom dan menggoyang-goyangkannya.
Kemudian ia menoleh ke samping kirinya, ada beberapa siswi yang sama hebohnya. Rambut mereka ditata dengan rapi, bahkan semilir pewangi rambut pun sudah dapat tercium ke indra penciumannya. Wajah yang putih bersih, bibir yang diwarnai, juga alis yang digambar tipis-tipis.
Kedua siswi itu tampak rapi dan harum. Ambar membandingkan kedua siswi di sampingnya dengan dirinya sendiri. Wajah kusam, rambut diikat seadanya, seragam yang sedikit kebesaran, lalu, ia menghirup dirinya sendiri... hanya tercium bau gosong pakaian bekas setrikaan.
Ambar menghentikan aktifitasnya saat sesuatu menyentuh ujung sepatunya. Ia menunduk dan menemukan sebuah bola basket di sana. Dengan segera ia mengambil bola itu, dan tak lama, terdengar suara langkah kaki seseorang menghampirinya.
Ambar menahan napas ketika orang yang menghampirinya ternyata adalah Dirga. Ambar tampak terdiam memandang wajah Dirga yang kini tersenyum padanya.
DIRGA
Gue mau ngambil bola.
Ambar mengerjap, cepat-cepat menyerahkan bola itu pada Dirga.
AMBAR
Oh, iya.
Dirga mengambil bola itu dan segera kembali berlari ke lapangan. Melanjutkan permainan yang sempat tertunda.
Ambar melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada yang menyadari tingkah anehnya, lalu ia menghela napas.
Di seberang sana, Ambar melihat Fanny kedua temannya yang baru saja melewati kerumunan dengan mudah karena sudah diberi jalan dan berdiri di baris terdepan.
Permainan basket berakhir, Fanny terlihat menghampiri Dirga dan memberikan pria itu sebotol air mineral.
Ambar menghela napas lesu, kemudian berbalik dan pergi dari sana.