Cuplikan Chapter ini
Kiara duduk termenung di ruang tamu yang masih sepi meski semua pekerjaan rumah tangga hampir selesai Tangan dan wajahnya terasa lelah tetapi pikirannya tetap berputar kencang bergumul dengan kekhawatiran yang tak terucapkan Setiap kali ia melirik ponselnya harapan agar sebuah kabar baik datang seolah semakin menipis Waktu berjalan lambat seperti setiap detik yang berlalu menambah beban di dadanyaKenapa harus seperti ini Tuhan Kiara bergumam suaranya terdengar serak oleh tangis